1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikKorea Utara

Pengembangan Arsenal Korea Utara Ancam Perdamaian Asia

5 Januari 2023

Rezim Korea Utara mengawali tahun 2023 dengan mengancam Korea Selatan dan mengumumkan rencana pelngembangan rudal balistik yang lebih mumpuni serta persenjataan nuklir yang lebih besar.

https://p.dw.com/p/4Lkdc
Tangkapan layar berita peluncuran roket dari media pemerintah Korea Utara
Korea Utara melakukan sejumlah uji coba rudal yang belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang tahun 2022Foto: KCNA/KNS/STR/AFP

Korea Utara mengawali tahun 2023 dengan serangkaian peluncuran peluru kendali balistik. Pemimpin Korut Kim Jong Un menegaskan, Pyoyang siap meningkatkan produksi senjata nuklir dan mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang lebih handal, menurut pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita milik negara KCNA.

Kim juga menyatakan, Korea Selatan adalah "musuh yang tidak diragukan lagi" dari Korea Utara dan "sangat ingin membangun senjata yang dahsyat dan berbahaya."

Korea Selatan hidup dalam bayang-bayang agresi dari tetangga utaranya sejak 1950-an. Namun, para analis mengatakan, ancaman dan provokasi yang dilontarkan Pyongyang saat ini harus menjadi perhatian yang mendalam.

Kim Sang-woo, mantan politikus sayap kiri Kongres Korea Selatan untuk Politik Baru dan sekarang menjadi anggota Dewan Yayasan Perdamaian Kim Dae-jung, mengatakan situasi keamanan di Semenanjung Korea kembali memburuk.

"Saya pikir ada alasan bagus untuk waspada, karena rezim Korea Utara memantau pemerintahan saat ini di Korea Selatan dan melihat pemerintahan sekarang tidak membuat nyaman Korea Utara, seperti halnya pemerintahan sebelumnya," katanya kepada DW.

Penggambaran kartun misil dalam bahasa Korea
Perangko propaganda Korea Utara yang menunjukkan rudal dirilis pada Malam Tahun BaruFoto: YONHAPNEWS AGENCY/picture alliance

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, yang mulai memangku jabatan pada Mei 2022, telah berjanji untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap Korea Utara dibandingkan dengan pendahulunya Moon Jae-in.

Yoon menanggapi dengan cepat provokasi negara tetangganya, di mana Kepala Staf Gabungan mengumumkan pembentukan direktorat baru untuk mengembangkan tanggapan terhadap ancaman rudal dan nuklir Korea Utara pada hari Senin (02/01).

Presiden Korea Selatan juga mengumumkan, sedang mendiskusikan kemungkinan Seoul menggelar latihan nuklir bersama dengan Washington.

Kim targetkan kekuatan militer yang luar biasa

Pada pertemuan Partai Buruh Korea selama pekan terakhir di bulan Desember 2022, dalam pernyataan yang pertama kali dirilis1 Januari 2023, Kim menggarisbawahi perlunya mengembangkan dan mengerahkan "kekuatan militer yang luar biasa" dan mengklaim perlunya melindungi kedaulatan Korea Utara.

Kim menyebut Amerika Serikat dan Korea Selatan berusaha untuk "mengisolasi dan mencekik" negaranya, menurut KCNA.

Solusinya, kata Kim kepada kabinetnya, adalah ICBM baru "yang misi utamanya adalah reaksi cepat serangan balasan nuklir" dibarengi dengan pengembangan senjata nuklir taktis yang ditujukan ke Korea Selatan.

Foto udara hitam putih
Gambar yang dirilis oleh media Korea Utara yang diklaim diambil oleh satelit mata-mata di atas Kota Incheon, Korea SelatanFoto: Yonhap/picture alliance

Analisis gambar satelit mata-mata dari Tempat Peluncuran Satelit Sohae di Korea Utara menunjukkan,  pekerjaan berlanjut pada pengembangan kendaraan peluncur yang lebih besar dan lebih mumpuni untuk satelit dan rudal jarak jauh, termasuk sistem pendorong bahan bakar padat.

"Dibandingkan dengan senjata berbahan bakar cair, rudal berbahan bakar padat lebih mobile, lebih cepat diluncurkan, dan lebih mudah disembunyikan serta digunakan selama konflik,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor studi internasional di Ewha Womans University di Seoul.

Kim Jong Un dan putrinya
Kim Jong Un dan putrinya berpose untuk foto propaganda di depan ICBMFoto: KCNA via REUTERS

Ancaman nuklir Korea Utara

Korea Utara juga diperkirakan akan segera melakukan uji coba senjata nuklir bawah tanah lainnya, yang pertama sejak 2017.

Cheong Seong-chang, seorang analis di think tank Institut Sejong, mengatakan kepada surat kabar The Korea Times pada pekan ini, dia meyakini uji coba nuklir ketujuh Korea Utara akan bertepatan dengan salah satu dari tiga tanggal penting yang akan datang di Korea Utara.

8 Januari adalah hari ulang tahun Kim Jong Un, 16 Februari menandai hari ulang tahun Kim Jong Il, mendiang ayahnya, sedangkan 8 Februari adalah peringatan 75 tahun berdirinya Tentara Rakyat Korea.

Kim Sang-woo dari Kim Dae-jung Peace Foundation mengatakan, pengumuman bahwa Korea Utara berhak untuk melakukan serangan nuklir preventiv jika dianggap ada ancaman terhadap rezim di Pyongyang, merupakan perubahan yang mengkhawatirkan dalam filosofi keamanan.

"Saya tidak melihat ini sebagai perlombaan senjata di semenanjung Korea, karena Korut terus-menerus mengembangkan kemampuan nuklirnya, bahkan ketika mereka membantahnya, tetapi jelas ada alasan untuk khawatir dengan situasi keamanan saat ini," kata Kim.

"Dan ada kemungkinan yang sangat menakutkan, konflik bisa pecah jika insiden kecil di perbatasan, misalnya, dengan cepat menjadi eskalasi situasi, karena kedua Korea selama ini tidak melakukan pembicaraan," tambahnya.

(ha/)