1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikKorea Utara

Korea Selatan dan AS Rencanakan Latihan Nuklir Bersama

2 Januari 2023

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan negaranya dan AS sedang mempertimbangkan rencana latihan bersama menggunakan aset nuklir AS. Gagasan ini muncul karena meningkatnya ancaman dari Korea Utara.

https://p.dw.com/p/4Ld6H
Tentara AS dan Korea Selatan melakukan latihan militer gabungan pada tahun 2022
Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan meningkat dalam beberapa bulan terakhirFoto: South Korean Defense Ministry/ZUMA Press Wire/picture alliance

Seoul dan Washington sedang mendiskusikan perencanaan dan latihan bersama menggunakan aset nuklir Amerika Serikat, kata Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol.

"Senjata nuklir itu milik Amerika Serikat, tetapi perencanaan, pembagian informasi, latihan, dan pelatihan harus dilakukan bersama oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat," kata presiden Korea Selatan itu kepada surat kabar Chosun Ilbo dalam wawancara yang diterbitkan pada hari Senin (02/01). Dia juga mengatakan AS menanggapi "cukup positif" tentang gagasan itu.

Yoon mengatakan lebih lanjut, perencanaan dan latihan akan ditujukan untuk implementasi yang lebih efektif dari "pencegahan yang diperluas" AS, mengacu pada kemampuan militer Washington untuk mencegah serangan terhadap sekutunya.

Ancaman dari Korea Utara

Pernyataan Yoon diumumkan di tengah meningkatnya ancaman dari Korea Utara. Dia juga menegaskan upaya untuk mempertahankan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir masih penting dilakukan. Ketegangan antara kedua negara Korea kembali meningkat sejak Yoon berkuasa.

Yoon juga mendesak militer untuk mempersiapkan perang dengan kemampuan "luar biasa" setelah drone Korea Utara menyusup terbang ke Selatan pada pekan lalu.

Belum lama ini, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyerukan pengembangan rudal balistik antarbenua (ICBM), seraya mengatakan dia ingin meningkatkan persenjataan nuklir negara komunis itu untuk mengantisipasi eskalasi ketegangan dengan Korea Selatan dan AS.

Pada pertemuan Partai Buruh yang berkuasa pada pekan lalu, Kim meluncurkan tujuan militer baru. Dia menyebut Korea Selatan sekarang telah menjadi "musuh yang tidak diragukan lagi" bagi Korea Utara.

Pada hari Minggu (01/01), Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak pendek di lepas pantai timurnya. Sehari sebelumnya, Pyongyang telah meluncurkan tiga rudal balistik.

Korea Utara mengabaikan sanksi dan melakukan uji coba senjata hampir setiap bulan pada tahun 2022.

Sementara itu, Korea Selatan juga meningkatkan latihan militer bersama dengan Amerika Serikat, setelah sempat terhambat karena pandemi virus corona.

Setelah pembicaraan damai antara kedua Korea gagal pada 2019, Kim meningkatkan uji coba persenjataaan baik konvensional maupun nuklir. Seoul dan Washington yakin Pyongyang sedang mempersiapkan uji coba nuklir ketujuh.

Ketegangan antara Seoul dan Pyongyang bisa memburuk

Analis menilai ketegangan antara kedua negara tetangga di semenajung Korea itu bisa semakin memburuk.

"Tahun ini bisa menjadi tahun krisis dengan ketegangan militer di semenanjung Korea melampaui apa yang terjadi pada 2017," kata Hong Min, seorang peneliti senior di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional, merujuk pada hari-hari "api dan kemarahan" di bawah administrasi mantan Presiden AS Donald Trump.

"Sikap garis keras Korea Utara ... dan pengembangan senjata secara agresif dalam menanggapi latihan perang bersama Korea Selatan-AS dan respons yang proporsional, dapat meningkatkan ketegangan dalam sekejap. Kami tidak dapat mengesampingkan apa yang mirip dengan konflik regional ini, ketika kedua belah pihak memiliki kesalahpahaman situasi," pungkas Hong.

ha/as (AFP, Reuters)