1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TerorismeTimur Tengah

PBB Desak Repatriasi 27.000 'Anak-anak ISIS' dari Suriah

30 Januari 2021

Negara-negara anggota PBB enggan memulangkan ‘anak-anak ISIS’ karena menimbang risiko keamanan. Namun Kepala Kontraterorisme PBB mengatakan klaim ini tidak berdasar.

https://p.dw.com/p/3obtz
	
Anak-anak di Kamp Al Hol di Suriah
Anak-anak di Kamp Al Hol di Suriah yang telah penuh sesak. Foto diambil pada 3 Juni 2019.Foto: picture-alliance/dpa/B. Ahmad

Kepala Kontraterorisme Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Vladimir Voronkov, pada hari Jumat (29/01) mendesak negara-negara anggotanya untuk merepatriasi atau memulangkan sekitar 27.000 anak yang terdampar di sebuah kamp besar di timur laut Suriah.

Al Hol, kamp pengungsi terbesar di Suriah tersebut menampung hampir 62.000 jiwa, menurut pejabat kemanusiaan PBB. Lebih dari 80 persen penghuninya adalah perempuan dan anak-anak. Banyak dari mereka datang ke kamp itu setelah kelompok militan ISIS kehilangan benteng pertahanan terakhirnya di Suriah pada 2019.

Voronkov mengatakan bahwa situasi di kamp itu "mengerikan" dan merupakan "salah satu masalah paling mendesak di dunia saat ini." Sekitar 27.000 anak-anak yang tinggal di sana "terlantar, dibiarkan tergantung takdir." Mereka rentan didekati oleh simpatisan ISIS, "dan berisiko mengalami radikalisasi di dalam kamp," ujar Voronkov dalam pertemuan informal Dewan Keamanan PBB, Jumat. 

Suasana di Kamp Al Hol, Suriah
Anak-anak di Kamp Al Hol di Suriah rentan didekati oleh simpatisan ISIS dan terekspos radikalisasi.Foto: Delil SOULEIMAN/AFP

Tanggung jawab sebagai negara anggota

Voronkov mengatakan anak-anak di Kamp Al Hol berasal dari 60 negara dan menjadi tanggung jawab negara-negara tersebut, bukan Suriah atau kelompok Kurdi yang menguasai kamp itu.

Hingga kini, hanya ada beberapa negara, termasuk Rusia dan Kazakhstan yang mengadakan pertemuan virtual dengan PBB, telah "secara kolektif memulangkan hampir 1.000 anak dan anggota keluarga mereka," kata Voronkov.

Kepala Kontraterorisme PBB mengatakan bahwa anak-anak ini "harus diperlakukan terutama sebagai korban," dan mereka yang berusia di bawah 14 tahun tidak boleh ditahan atau dituntut setelah pemulangan.

"Segala upaya harus dilakukan untuk memastikan anak-anak tidak ditahan di lembaga tetapi diizinkan untuk berintegrasi kembali dengan anggota keluarga dalam komunitas mereka," tegasnya. 

Trauma dan stigmatisasi

Virginia Gamba, perwakilan khusus PBB untuk anak-anak dan konflik bersenjata, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa kesehatan mental, keselamatan, dan perkembangan anak-anak yang ditahan dalam waktu yang lama di kamp-kamp di timur laut Suriah dan Irak sedang dipertaruhkan.

"Mereka terekspos trauma dan stigmatisasi lebih lanjut, serta berisiko karena berada dekat dengan anggota kelompok teroris," ujarnya.

Gamba menekankan bahwa anak-anak di kamp Suriah dan Irak memiliki hak atas kewarganegaraan dan identitas, dan bahwa mereka tidak boleh dibiarkan tidak memiliki kewarganegaraan. Dia mendesak negara-negara anggota PBB untuk memulangkan anak-anak ini sehingga mereka dapat diintegrasikan kembali ke negara mereka.

"Masa kecil mereka harus dikembalikan di lingkungan yang aman, di mana mereka dapat membangun masa depan yang jauh dari kekerasan," kata Gamba, menambahkan bahwa "mereka berhak mendapatkan kesempatan dalam hidup, seperti anak lainnya."

ae/yp (AP)

Shamil Shams
Shamil Shams Penulis isu seputar konflik di Afganistan dan Pakistan, dan Asia Selatan.@ImamShamil