1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Inggris Kejar Perjanjian Dagang dengan ASEAN dan Pasifik

Srinivas Mazumdaru
17 Desember 2020

Sementara perundingan dengan Uni Eropa belum kunjung rampung, Inggris berupaya menjalin perdagangan bebas dengan ASEAN dan negara-negara Pasifik, untuk antisipasi kemerosotan ekonomi pasca-Brexit.

https://p.dw.com/p/3mnnh
Vietnam Hanoi | Abschluss virtueller ASEAN-Gipfel | Freihandelsabkommen
Penandatanganan kesepatan dagang ASEAN-Cina, November 2020 di HanoiFoto: Kham/REUTERS

Masa transisi proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa, atau lebih dikenal sebagai Brexit, akan berakhir pada 31 Desember 2020. Mulai 1 Januari 2021, Inggris secara resmi tidak menjadi anggota Uni Eropa lagi. Itu berarti, semua lalu lintas barang antara Uni Eropa dan Inggris akan terhenti dan perlu diregulasi ulang.

Mengantisipasi dampak kemerosotan ekonomi pasca Brexit, Inggris kini memburu kesepakatan perdagangan bebas dengan berbagai kawasan, terutama di Asia. Hari Jumat (11/12) lalu Inggris dan Vietnam mengatakan mereka telah merampungkan perundingan perjanjian perdagangan bebas bilateral. Sehari sebelumnya London sudah menandatangani perjanjian peedagangan bebas dengan Singapura.

"Saya gembira bersama dengan Tran Tuan Anh dapat menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas bilateral ini, yang akan memberikan kesinambungan penting bagi hubungan perdagangan kami yang tumbuh cepat dan dinamis," kata Menteri Perdagangan Internasional Inggris, Liz Truss.

Perjanjian dagang kilat dengan Singapura dan Inggris

Menteri Perdagangan Vietnam Tran Tuan Anh mengatakan dia "menyambut hangat" kesepakatan itu, yang diharapkan dapat secara signifikan meningkatkan perdagangan antara kedua negara dan mengurangi "proteksionisme perdagangan."

Tidak jelas kapan kesepakatan Inggris-Vietnam itu akan ditandatangani, namun perjanjian itu diharapkan sudah mulai diberlakukan pada 1 Januari 2021.

"Saya pikir kesepakatan perdagangan Inggris-Vietnam pada dasarnya akan meniru kesepakatan Uni Eropa dengan Vietnam, tetapi dengan persyaratan yang kurang menguntungkan bagi Inggris," kata Alicia Garcia-Herrero, peneliti senior dan direktur ekonom untuk Asia-Pasifik di Natixis, sebuah bank investasi di Brussels. Dia menambahkan, bagi Vietnam perjanjian dengan banyak negara, termasuk Inggris, dapat membantu meningkatkan investasi asing yang menarik di sektor manufaktur.

Inggris pekan lalu menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Singapura
Inggris pekan lalu menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan SingapuraFoto: Yeen Ling Chong/AP Photo/picture-alliance

Meningkatkan hubungan dengan ASEAN

Sebagai anggota Uni Eropa, sekitar 45% ekspor Inggris dikirim ke 27 negara anggota persemakmuran itu, dan hanya 8% yang ditujukan ke nagara-negara Asia dan Pasifik.

Sekarang Inggris juga mengupayakan peningkatan perdagangan dengan sepuluh anggota ASEAN, sebuah kawasan utama yang dianggap sebagai kawasan yang berkembang paling pesat dan dinamis saat ini.

Tetapi Uni Eropa saat ini juga sedang merundingkan kesepakatan perdagangan bebas dengan ASEAN. Jadi Inggris dan Uni Eropa seakan terlibat dalam persaingan ketat di kasaan Asia Tenggara.

"Perjanjian perdagangan bebas dengan Vietnam bisa menjadi acuan bagi Inggris untuk bernegosiasi dengan ASEAN. Tetapi kenyataannya, ASEAN mungkin akan berunding lebih dulu dengan Uni Eropa," kata Garcia-Herrero. Jadi "Gagasan memperluas negosiasi dengan Vietnam ke seluruh ASEAN tampaknya terlalu optimis."

(hp/rap)