1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Facebook Blokir Kampanye Anti-Vaksin Perusahaan Asal Rusia

11 Agustus 2021

Facebook blokir Fazze, perusahaan asal Rusia yang beroperasi di luar negeri, yang menggalang kampanye anti-vaksin Barat dengan informasi palsu tentang AstraZeneca dan BioNTech-Pfizer.

https://p.dw.com/p/3yptv
Foto ilustrasi Facebook dan kampanye anti-vaksin
Foto ilustrasi Facebook dan kampanye anti-vaksinFoto: Artur Widak/NurPhoto/picture alliance

Facebook mengatakan hari Selasa (10/8) mereka telah menutup kampanye hoaks yang berusaha menyebarkan informasi palsu tentang vaksin COVID-19 yang dibuat oleh perusahaan BioNTech-Pfizer dan AstraZeneca.

Teori konspirasi anti-vaksin dan virus corona, dalam beberapa bulan terakhir telah menyebar luas di situs media sosial. Facebook mengatakan, setelah melacak ratusan akun palsu, semua kembali ke Fazze, sebuah perusahaan asal Rusia yang terdaftar di Inggris.

Akun-akun palsu itu misalnya mengklaim, vaksin AstraZeneca bisa mengubah orang menjadi simpanse. Facebook mengatakan telah memblokir Fazze karena melanggar aturan di platform media sosial itu.

Isu hoaks orang yang divaksin bisa jadi simpanse

Para penyelidik Facebook menggambarkan, kampanye hoaks tersebut sebagai penggalangan "disinformasi lintas platform" lewat berbagai platform seperti Reddit, Medium dan Change.org, serta akun-akun palsu di Facebook dan Instagram.

Tahun lalu, jaringan akun palsu mulai mengedarkan meme, bahwa vaksin AstraZeneca untzuk melawan Covid-19 akan mengubah orang menjadi simpanse, kata Facebook.

Sekitar lima bulan kemudian, kampanye hitam yang dikoordinir Fazze tersebut mulai menyebar hoaks berikutnya, tentang keamanan vaksin BioNTech-Pfizer dan menyebarkan apa yang diklaim sebagai dokumen AstraZeneca yang bocor. Kampanye ini terutama menargetkan pengguna media sosial di India Amerika Latin serta AS.

Facebook ingatkan pengguna: 'Lakukan riset sendiri'

Fazze juga membayar para influencer di YouTube, Instagram, dan TikTok di beberapa negara untuk mendorong penyebaran konten anti-vaksin mereka, demikian menurut Facebook.

Nathaniel Gleicher, kepala kebijakan keamanan Facebook mengatakan, upaya Fazze merekrut influencer patut diperhatikan, meskipun kampanye mereka tidak mendapatkan banyak daya tarik online.

"Meskipun ceroboh dan tidak memiliki jangkauan yang sangat baik, itu adalah strategi bermasalah," kata Nataniel Gleicher, dan mengimbau para influencer untuk tidak berpartisipasi dalam kampanye hoaks itu.

Facebook mengatakan beberapa influencer telah memposting materi Fazze, tetapi kemudian menghapusnya lagi, ketika cerita tentang kampanye hitam itu mulai muncul. Dua influencer Jerman dan Prancis awal tahun ini mengungkapkan kampanye hoaks Fazze ke publik. Pemimpin divisi intelijen keamanan Facebook Ben Nimmo mengatakan, banyak influencer terpengaruh kampanye hoaks itu, terutama di India dan Brazil, tapi dua influencer Jerman telah "mengerjakan pekerjaan rumah mereka dengan baik".

"Ini benar-benar peringatan - berhati-hatilah saat seseorang mencoba memberimu cerita. Lakukan riset sendiri," kata Ben Nimmo mengingatkan.

hp/as (afp, ap, rtr)