1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

Usai Kunjungan Pelosi, Cina Gelar Latihan Militer Terbesar

William Yang | Wesley Rahn
4 Agustus 2022

Setelah kunjungan Nancy Pelosi, Cina bersiap gelar latihan militer terbesarnya dalam beberapa dasawarsa di sekitar Taiwan. Sebagian warga Taiwan khawatir, dan lainnya mengatakan taktik Beijing tidak berubah.

https://p.dw.com/p/4F5ph
Dukungan warga Taipei untuk Nancy Pelosi
Penduduk Taipei mendukung kunjungan Ketua DPR AS Nancy PelosiFoto: Ann Wang/REUTERS

Saat Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi meninggalkan Taipei pada Rabu (03/08) setelah bertemu dengan Presiden Tsai Ing-wen dan membuat komitmen bahwa AS akan "selalu mendukung Taiwan," kini Taiwan harus menghadapi Cina yang bersiap menggelar latihan militer terbesarnya.

"Sekarang, lebih dari sebelumnya, solidaritas Amerika dengan Taiwan sangat penting, dan itulah pesan yang kami bawa ke sini, hari ini," kata Pelosi.

"Jika Ketua DPR AS bersedia datang ke Taiwan untuk memvalidasi hubungan dengan Taiwan dari perspektif demokrasi, ini akan memengaruhi para pemimpin negara lainnya," kata Wei-Ting Yen, profesor ilmu politik Taiwan di Franklin and Marshall, sebuah perguruan tinggi di AS.

Nancy Pelosi dan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen
Kunjungan Pelosi ke Taipei merupakan penegasan kembali komitmen AS untuk TaiwanFoto: Taiwan Presidential Office/AP/picture alliance

Beijing merespons dengan operasi militer

Setelah Pelosi tiba Selasa (02/08) malam, Beijing mengumumkan latihan tembakan langsung dan latihan lainnya di sekitar Taiwan mulai Kamis (04/08) dan berlangsung hingga Minggu (07/08).

Latihan yang akan dimulai Kamis (04/08) pukul 12 siang waktu setempat itu akan melibatkan aktivitas latihan tembak langsung, menurut pengumuman media pemerintah Cina. Operasi militer yang berlangsung di beberapa zona yang mengelilingi Taiwan itu juga mencakup "latihan gabungan angkatan laut-udara ... penembakan peluru tajam jarak jauh" di Selat Taiwan dan "peluncuran uji coba rudal konvensional" di lepas pantai timur pulau itu.

"Ini adalah pertama kalinya PLA akan meluncurkan artileri jarak jauh langsung melintasi Selat Taiwan," kata surat kabar Global Times.

Shi Yi, juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat Cina (PLA), mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa latihan militer itu adalah "peringatan serius" terhadap "tindakan separatis pasukan kemerdekaan Taiwan."

Manuver militer Cina pada Agustus 2022
Manuver militer Cina pada Agustus 2022

Kapal dan pesawat disarankan untuk menghindari daerah di mana latihan militer Cina berlangsung, demikian laporan dari kantor berita Xinhua.

Pada hari Rabu (03/08), Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan beberapa latihan tembakan langsung PLA tampaknya melanggar perairan teritorial yang hanya berjarak 22 kilometer dari pantai.

"Mereka tumpang tindih dengan perairan teritorial dan wilayah udara kami dan sangat melanggar kedaulatan kami," kata juru bicara kementerian Yu Chien-chang.

Terakhir kali Cina melakukan unjuk kekuatan sebesar ini di dekat Taiwan adalah selama "Krisis Selat Taiwan Ketiga" pada 1995-1996.

"Kami belum pernah melihat Beijing merencanakan latihan tembakan langsung ini untuk beberapa waktu, tetapi langkah itu juga sesuatu yang kami tahu akan mereka lakukan,” kata Lev Nachman, seorang profesor ilmu politik di National Chengchi University di Taiwan.

"Cina jelas menggunakan taktik militer dan intimidasi yang lebih berat, tetapi mereka tidak melampaui tindakan yang belum pernah kita lihat sebelumnya," Nachman menekankan.

Apakah AS akan campur tangan jika Cina menyerang?

Di bawah Undang-undang Hubungan Taiwan, AS berjanji untuk membantu pertahanan Taiwan, tetapi tidak menetapkan komitmen intervensi militer langsung. Washington mempertahankan sikap "ambiguitas strategis" pada intervensi militer di Taipei.

Namun, pernyataan baru-baru ini oleh Presiden Joe Biden bahwa AS akan "membela" Taiwan jika pulau itu diserang oleh Cina justru memaksa Gedung Putih untuk mengklarifikasi klaim Washington tidak mengubah pendiriannya.

"Kami adalah pendukung status quo; kami tidak ingin terjadi sesuatu di Taiwan secara paksa," kata Pelosi setelah bertemu dengan Presiden Tsai.

Tulisan untuk menyambut kedatangan Pelosi
Papan nama yang dipasang di gedung tertinggi Taipei menyambut PelosiFoto: Taipei 101/AFP

Bagaimana tanggapan orang Taiwan?

"Sejak perang di Ukraina, saya tidak berpikir kekhawatiran masyarakat internasional tentang perjalanan Pelosi yang memicu potensi konflik militer terlalu dibesar-besarkan," kata Mengying Yang, seorang profesional pemasaran berusia 30-an. Namun, "banyak orang Taiwan menjadi mati rasa terhadap seruan Beijing yang menggunakan kekuatan untuk upaya menyatukan kembali Tiwan," tambahnya.

Sementara warga lainnya mengatakan kepada DW bahwa ketidakpastian seputar tingkat respons Cina membingungkan. "Saya yakin bahwa aksi balasan akan memiliki banyak sisi, termasuk militer, ekonomi, dan diplomatik," kata Chiaoning Su, seorang akademisi di Taipei.

ha/pkp (AFP)