1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TerorismePakistan

Teror Bom Hantui Afganistan di Bulan Ramadan

22 April 2022

Islamic State Khorasan dan Tehrek-e-Taliban Pakistan (TTP) mendadak aktif menebar teror di Bulan Ramadan. Gelombang serangan oleh kedua kelompok memicu ketegangan antara pemerintahan Taliban dengan Pakistan.

https://p.dw.com/p/4AIGC
Masjid Seh Dokan di Mazar-e-Sharif pasca ledakan bom, Kamis (21/4).
Masjid Seh Dokan di Mazar-e-Sharif pasca ledakan bom, Kamis (21/4).Foto: Sayed Khodaiberdi Sadat/AA/picture alliance

Islamic State di Provinsi Khorasan (ISKP) pada Jumat (22/4) mengklaim diri bertanggungjawab atas serangan bom terhadap masjid Syiah di utara Mazar-e-Sharif. Serangan tersebut merupakan bom teror yang ketiga sepanjang Kamis (21/4) di Afganistan dan tercatat sebagai yang paling mematikan.

"Ketika masjid sudah penuh oleh jemaah, bahan peledak didetonasi dari jarak jauh,” klaim ISKP dalam pernyataannya. Otoritas kesehatan Afganistan mengklaim setidaknya 12 warga sipil tewas, sementara 40 lainnya mengalami luka-luka dalam serangan tersebut.

Beberapa jam sebelumnya, sebuah bom meledak di dekat sebuah sekolah di ibu kota Kabul dan melukai dua orang anak. Insiden di pemukiman Syiah itu menduhului bom ketiga yang meledak di Kota Kundus dan melukai 11 buruh mekanik yang bekerja untuk Taliban.

Sejak merebut kekuasaan Agustus 2021 silam, Taliban mengobarkan perang terhadap ISKP di seluruh penjuru Afganistan. Zabihullah Noorani, Kepala Departemen Kebudayaan dan Informasi di Provinsi Balkh mengatakan, Taliban telah menahan Abdul Hamid Sangaryar, tersangka pelaku serangan bom di masjid Syiah di utara Mazar-e-Sharif.

Manzur Kargar: Kebebasan Artistik Yang Terkekang di Afghanistan

ISKP sebelumnya membisu, setelah Taliban melancarkan serangan masif terhadap salah satu benteng terbesarnya di Provinsi Nangarhar, November tahun lalu. Baru sejak beberapa hari silam, mereka kembali aktif menebar teror di Bulan Ramadan.

Awal April lalu, dua bom meledak di kawasan Syiah di Kabul, Dasht-e-Barchi, yang menewaskan tujuh murid sekolah dan melukai sejumlah lainnya.

Ketegangan dengan Pakistan

Taliban juga direpotkan oleh aksi kelompok lain, Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), yang giat menebar teror ke negara jiran. Serangan balasan Angkatan Udara Pakistan di Provinsi Kunar dan Khost, Minggu (17/4) lalu, menewaskan 47 warga sipil. 

Kebanyakan korban serangan teror Islamic State itu adalah perempuan dan anak-anak, klaim otoritas Afganistan. Hal ini membibit permusuhan baru antara Afganistan dan Pakistan, dua negara yang bertetangga dan sebelumnya bersekutu erat.

Insiden berdarah itu makin meningkatkan ketegangan diplomatis antara kedua negara. Serangan terior tersebut adalah "sebuah kekejian,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, melalui sebuah pesan audio, Kamis (21/4). Menurutnya serangan "balas dendam” yang menyasar warga sipil "bisa membuka jalan bagi permusuhan antara Afganistan dan Pakistan.”

Pakistan berperan besar dalam membantu Taliban merebut kekuasaan di Afganistan. Namun seiring berjalannya waktu, relasi antara kedua jiran kerap memanas, digesek oleh isu keamanan. Setelah serangan udara berdarah, ratusan warga sipil di Khost berdemonstrasi mengutuk Pakistan.

"Pakistan harus menelan pengalaman pahit betapa Taliban lebih mendahulukan ideologi garis kerasnya, ketimbang berterimakasih atas bantuan dan dukungan selama bertahun-tahun dari Pakistan,” kata bekas Dubes Pakistan untuk Amerika Serikat, Husain Haqqani, kepada DW.

Militer Pakistan melaporkan peningkatan serangan teror oleh TTP dari tempat persembunyiannya di Afganistan. Setidaknya tujuh serdadu Pakistan tewas diserang oleh kelompok militan itu di dekat perbatasan kedua negara, Kamis (21/4).

Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri di Islamabad menyebutkan, serangan yang membidik serdadu Pakistan dilancarkan dari wilayah Afganistan, "di bawah impunitas” otoritas setempat.

rzn/as (ap, rtr,dw)