1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Teknologi Pengenalan Wajah Senjata Baru dalam Perang

Felix Pauschinger
2 Juni 2023

Pengenalan wajah jadi elemen penting bagi Rusia dan Ukraina dalam perang yang sedang berlangsung. Dengan bantuan algoritma, mata-mata bisa ditemukan, korban dikenali dan keluarga kembali dipersatukan.

https://p.dw.com/p/4QxND
Symbolbild | Gesichtserkennung
Foto: David Mcnew/AFP/Getty Images

Sejak dimulainya perang di Ukraina hingga saat ini, sedikitnya sudah 15.000 orang ditangkap di Rusia. Ukraina juga menggunakan sistem pengawas wajah untuk menemukan mata-mata, mengidentifikasi korban, dan menyatukan kembali keluarga yang tercerai-berai.

Pakar teknologi pengawasan Peter Fussey mempertanyakan, siapa yang jadi pengontrol independen bagi teknologi ini. "Orang menggunakan teknologi ini untuk memberitakan kepada sebuah keluarga bahwa putra atau putrinya tewas dalam konflik," kata Fussey. Tidak ada kontrol, apakah sebuah laporan salah atau benar. Sebelum ini tidak ada teknologi yang seefektif itu. 

Teknologi ini memungkinkan jutaan pengguna ponsel pintar membuka telefonnya lewat pengenalan wajah. Cara berfungsinya: sebuah algoritma menganalisa struktur wajah, ukuran, juga bentuk mata dan jarak antara mata, demikian pula dengan bentuk rahang dan sebagainya.

Teknologi Pengenalan Wajah Bisa Jadi Simalakama

"Itu ibaratnya, setiap orang yang menggunakan jalanan harus memindai sidik jarinya untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah," ungkap Fussey .

Setiap tubuh manusia memiliki data biometrik. Misalnya sidik jari atau wajah. Setiap orang bisa diidentifikasikan, baik saat berada di kereta bawah tanah, saat berbelanja, atau di rumah.

Jadi komoditas berharga yang sulit dikontrol

Perusahaan Clearview dari Amerika Serikat mengumpulkan sangat banyak data seperti itu. Start up ini punya bank data besar, dengan lebih dari 10 miliar gambar wajah yang berasal dari sumber di internet, yang terbuka bagi publik.

Clearview menyuplai data itu kepada pemerintah Ukraina, atau juga kepada polisi di AS, untuk menangkap pelaku tindak kriminal. Ahli geografi politik Sven Daniel Wolfe mengemukakan, ini bukan sekedar mengamati orang lain. "Dalam hal ini tingkah-laku orang baik secara fisik maupun di ruang digital diikuti, dan dipastikan bahwa orang itu tidak akan menyebabkan masalah. Bagi saya, itulah masalahnya." tegas Wolfe.

Toko eceran sudah pernah berusaha mengumpulkan data tentang pelanggannya lewat sistem pengawasan. Juga mengikuti kebiasaan berbelanja para pelanggan, dan menampilkan iklan yang cocok dengan minat pembeli.

Alena Popova, seorang aktivis Rusia, mengungkap, orang bisa menggunakan teknologi untuk tujuan baik maupun jahat. "Apakah kita masih punya kehidupan pribadi? Apakah kita masih punya otonomi? Apakah kita masih punya hak-hak digital? Kita harus menghentikan diktator digital seperti di Rusia," ujar aktivis Rusia itu.

Setiap orang bisa mencari tahu identitas kita berdasarkan foto-foto ini. Misalnya dengan sebuah mesin pencari Rusia, Yandex.

Itu semua mungkin akbiat sistem pengenalan wajah, begitu kata ahli pengawasan Sven Daniel Wolfe. "Hanya karena orang sekarang merasa tidak perlu menyembunyikan apa pun, bukan berarti di masa depan peraturan permainan tidak bisa diubah," katanya, dan itulah yang sekarang dialami orang-orang di Rusia.

Teknologi pemindai wajah bisa dikelabui dengan pola tertentu di wajah, atau pada pakaian. Teknologi pengawasan sekarang sudah sangat mempengaruhi hidup kita. Jadi diingatkan, sangat penting untuk menjaga data pribadi kita. Baik di dunia maya, maupun dalam hidup nyata. (ml/as)