1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tanpa Bantuan AS, Afganistan Dikhawatirkan Hancur

17 Maret 2021

Pemotongan bantuan lanjutan ke Afganistan oleh Amerika Serikat dan negara donatur lainnya dapat mengembalikan negara itu ke dalam jurang kehancuran seperti tahun 1990-an, kata pengawas pemerintahan AS.

https://p.dw.com/p/3qh9q
Dolar AS
Bank Dunia meperkirakan Afganistan membutuhkan bantuan tambahan $ 5,2 miliar (Rp 74,4 triliun) hingga tahun 2024 untuk mempertahankan perdamaianFoto: picture-alliance/dpa/A. Burgi

Peringatan oleh John Sopko, Inspektur Jenderal Khusus untuk Rekonstruksi Afganistan, muncul ketika Amerika Serikat (AS), Rusia, dan negara-negara lain berusaha untuk memulai pembicaraan perdamaian Afganistan yang terhenti, menjelang batas waktu 1 Mei 2021 sebelum Presiden Joe Biden menarik semua pasukan AS yang tersisa.

"Delapan puluh persen anggaran Afganistan didanai oleh AS dan donor (internasional lainnya),” kata Sopko dalam wawancara dengan Reuters.

"Jika karena alasan apa pun, para negara donatur terus menarik dana ... itu bisa membawa kehancuran mendadak bagi pemerintah Afganistan, seperti yang kita ketahui."

Sopko memperingatkan "sejarah berulang," mengacu pada anarki yang mengguncang Afganistan setelah Uni Soviet mengakhiri pendudukannya pada 1979-89 dan menghentikan bantuan kepada pemerintah Kabul.

Kemungkinan terjadinya kekacauan membuka jalan bagi Taliban.

Tergantung pembicaraan damai Taliban

Bantuan internasional untuk pembangunan tahunan ke Afganistan telah menurun dari $ 6,7 miliar (Rp 96,4 triliun) pada 2011 hingga hanya $ 4,2 miliar (Rp 60,4 triliun) pada 2019, menurut data Bank Dunia.

Sopko memberikan penjelasan pada hari Selasa (16/03) di depan Komite Pengawasan dan Reformasi DPR AS tentang laporan terbarunya. Laporan tersebut mencatat bahwa para negara donatur Afghanistan pada konferensi yang berlangsung November tahun lalu, menjanjikan bantuan setidaknya $ 3,3 miliar (Rp 47,4 triliun) selama setahun.

Washington yang terus mengurangi bantuan untuk Kabul menjanjikan $ 600 juta (Rp 8,6 triliun) untuk setahun, tetapi setengah dana bantuan baru dapat dicairkan jika ada kemajuan pembicaraan damai dengan Taliban.

Jika dana bantuan itu hilang, Sopko mengatakan pemerintah Afghanistan akan kesulitan untuk berjuang melawan Taliban dan ekstremis lainnya, jika tidak tercapai kesepakatan damai.

Jika pakta perdamaian tercapai, dia mencatat bahwa Bank Dunia menemukan bahwa negara itu akan membutuhkan bantuan tambahan $ 5,2 miliar (Rp 74,4 triliun) hingga tahun 2024 untuk mempertahankan perdamaian.

"Bahkan Taliban mengakui mereka sangat membutuhkan dukungan asing," katanya. Tanpa dana bantuan tersebut, pemerintah jatuh.

ha/vlz (Reuters)