1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialAsia

Korea Selatan: "Berapa Umur Anda?" Pertanyaan Sopan

Emmy Sasipornkarn
24 Desember 2022

Di banyak kebudayaan, tanyakan usia orang yang baru berkenalan dengan kita kerap dianggap tak sopan. Tapi di Korea Selatan, itu termasuk pertanyaan yang diajukan pertama kali. Mengapa itu penting?

https://p.dw.com/p/4LNXz
Suasana jalanan di Kota Seoul, Korea Selatan
Suasana jalanan di Kota Seoul, Korea SelatanFoto: picture alliance / Daniel Kalker

Di Korea Selatan, orang lebih memperhatikan usia dibanding di negara lain. Tidak mungkin tidak, mengingat di negara itu ada tiga cara untuk menghitung usia. 

Menurut sistem tradisional Korea, orang Korea Selatan dianggap sudah berusia satu tahun ketika lahir, dan mereka semua bertambah usianya otomatis di hari Tahun Baru, tidak peduli, kapan sebetulnya hari kelahiran mereka.

Untuk keperluan legal dan administratif, Korea Selatan mengunakan sistem penghitungan internasional sejak 1962. Tapi untuk usia di mana orang mulai diizinkan minum alkohol, merokok atau bertugas di militer, mereka menggunakan "sistem tahun kalender", yaitu tahun berjalan dikurang tahun kelahiran.

Penggunaan sistem yang berbeda-beda ini bisa menciptaan kondisi yang bisa membuahkan kebingungan kapan saja. Yang paling baru adalah selama pandemi virus COVID-19, ketika kejelasan tentang kelayakan menerima vaksinasi sulit ditemukan.

Tapi pihak berwenang berharap, awan gelap yang menyelubungi kepastian akan terurai Juni 2023, ketika pada dokumen-dokumen resmi negara itu akan mulai menggunakan sistem penghitungan usia internasional saja.

Banyak orang mendukung rencana perubahan itu, bersukacita karena tiba-tiba menjadi lebih muda satu atau dua tahun, sementara yang lain menyambut berita dengan desahan lega.

"Sistem penghitungan usia Korea berbelit-belit dan membingungkan, bahkan bagi orang asli Korea," begitu dikatakan Sophie Choi, kepada DW.

Bagi banyak orang, usia hanya angka saja. Tapi bukan berarti masalahnya dianggap enteng di Korea Selatan.

Berapa umur kamu?

"'Tahun berapa kamu lahir?' adalah pengawal percakapan yang khas jika kita baru bertemu orang," begitu kata Choi, dan menambahkan bahwa umur bisa menentukan arah interaksi. 

Hubungan yang berdasarkan umur ini dimulai sangat dini, sebelum Taman Kanak-Kanak. Begitu dikatakan Pympon Park, seorang ibu asal Thailand yang menikah dengan sebuah kluarga Korea di Seoul. 

"Saya pernah mengatakan kepada anak perempuan saya, untuk bermain bersama 'temannya' tetapi mertua saya mengoreksi dan mengatakan, anak itu sebetulnya lebih tua dari anak saya," kata Park.

Perbedaan usia hanya satu tahun, atau lebih sedikit, sangat penting di Korea Selatan. "Bahkan anak kembar juga menentukan siapa yang lebih tua, siapa yang lebih muda," kata Jieun Kiaer, seorang profesor ahli linguistik di Universitas Oxford kepada DW.

Relasi sosial yang berdasarkan umur di zaman modern Korea adalah warisan ajaran Konfusius yang menekankan perasaan hormat bagi orang yang lebih tua.

Orang yang masih muda harus menunjukkan rasa hormat bagi mereka yang lebih tua, demikian dikatakan Robert Fouser, seorang mantan profesor di Seoul National University.

Bahasa menunjukkan struktur hierarki

Umur juga menunjukkan harus sesopan apakah orang dalam cara berbicara dan bertindak.

"Orang bahkan tidak bisa mengatakan 'sekarang hujan turun' dengan cara yang normal," kata Kiaer saat menjelaskan bahwa setiap kalimat dalam bahasa Korea menunjukkan "apakah kita merasa berada di posisi lebih tinggi, lebih rendah atau setara."

Dalam bahasa Korea ada dua gaya berbicara yang utama: banmal, yaitu bentuk sederhana yang biasa digunakan dengan keluarga, teman dekat, orang yang lebih muda, dan jondaemal, yaitu cara berbicara yang menunjukkan hormat, dan digunakan untuk berbicara dengan orang asing, kolega dan orang yang lebih tua.

Yang membuat masalah tambah rumit, mengganti cara bicara di antara dua gaya itu lumrah terjadi di antara dua orang. 

Anak-anak mungkin menggunakan gaya banmal dengan orang tuanya jika berbicara secara pribadi, "tapi jika ada tetanga datang, mereka akan berbicara dengan gaya resmi dengan orang tua mereka," kata Kiaer, yang mengeksplorasi topik itu di bukunya yang akan segera terbit, "The Language of Hallyu: More than Polite" atau bahasa Hallyu: bukan hanya sopan.

Mengerti sistem hierarki

Saat usia biasanya menentukan bagaimana seseorang menyapa orang lain di negara itu, ada faktor lain yang harus diperhatikan pula, misalnya gender, status sosial-ekonomi dan senioritas dalam pekerjaan.

"Banyak imigran di Korea merasa sangat sulit berintegrasi dengan masyarakat Korea karena mereka tidak bisa bernavigasi di sistem hierarki itu," said Kiaer.

Menilai dan menilai kembali hubungan di antara dua orang terjadi terus-menerus, katanya, dan pilihan linguistik mereka bisa berubah sesuai keseimbangan kekuatan dan solidaritas antar orang.

Bagi Park, menemukan gaya tulis yang tepat adalah masalah yang peka yang harus ditangani dengan hati-hati untuk mencegah orang lain tersinggung.

"Orang selalu jadi menebak-nebak sendiri, akibatnya agar tidak repot, saya selalu menggunakan bahasa kasual dengan suami saya," kata Park yang berusia 32 tahun.
Beralih ke bincang-bincang santai

Jika menyapa orang yang lebih tua secara resmi tanpa meminta izin bisa menyebabkan masalah.

Bagi Lee, seorang penduduk Seoul, orang asing yang menyapa dia secara santai, sama dengan memberikan dia sumpah serapah.

"Itu penghinaan. Jika itu terjadi, dan itu benar-benar terjadi beberapa kali, maka saya harus melawan," begitu dikatakan Lee yang berusia 45 tahun. 

Menurut Kiaer, sangat penting untuk menunjukkan rasa hormat yang sesuai kepada orang yang lebih tua di Korea Selatan. Konflik dan kekerasan bisa terjadi, jika mereka tidak disapa dengan hormat.

Terutama pekerja di sektor layanan kerap jadi sasaran keluhan yang berkaitan dengan banmal. Pertengkaran antara orang muda yang bekerja di sektor itu, dengan pria berusia 60 dan 70 tahun kerap diberitakan.

"Laki-laki yang lebih tua di Korea juga begitu merasa penting untuk dihormati, sampai mereka bahkan melakukan pembunuhan karena penggunaan gaya banmal," kata Kiaer.

Apakah hierarki kaku di Korea Selatan akan berubah?

Studi yang diadakan Januari 2022 oleh perusahaan pelaksana jajak pendapat dan konsultasi Hankook Research menunjukkan, 71% warga Korea Selatan ingin agar sistem umur dilonggarkan. Sebagian orang berharap, itu akan bisa membantu "pengurangan konflik dan kebingungan dalam kebudayaan yang penuh hierarki berdasarkan umur."

Namun demikian, sebagian besar orang ragu, bahwa mengurangi sistem penghitungan umur akan ada dampaknya bagi kebudayaan yang sangat bertumpu pada hierarki.

"Orang akan terus membentuk hierarki seperti sebelumnya, terserah umur mereka," kata Fouser.

Choi juga percaya "hierarti akan ada terus di Korea Selatan", dan tidak akan ada yang bisa mengubah sistem itu selain "reformasi kebudayaan secara menyeluruh".

Walaupun perubahaan kemungkinan tidak bisa dilakukan, Kiaer melihat langkah itu sebagai "sebuah langkah ke arah yang benar" karena itu menunjukkan, negara "mempertimbangkan elemen-elemen apa dari sejarah Korea yang tetap ada di zaman sekarang."

"Masalah yang disebabkan gaya berbicara di Korea sangat parah, sampai kita tidak bisa berdiam diri, menunggu sampai masyarakat dan sistem bahasa berevolusi sejalan dengan waktu," kata ahli linguistik itu. (ml/yp)