1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sindikat Penipuan Siber Kembali Terbongkar di Filipina

23 Agustus 2012

Penipuan telepon dan kejahatan siber menyebabkan kerugian jutaan dollar. Sindikat yang membidik korban di Cina dan Taiwan beroperasi di Filipina dan Malaysia

https://p.dw.com/p/15vhA
Foto: picture-alliance/dpa

Dalam modus operandinya, sindikat penipu sering mengaku sebagai polisi atau jaksa dan menyebut para korban terbelit masalah hukum, dan untuk menyelesaikannya, perlu mentransfer uang ke rekening bank tertentu. Begitu ungkap Ranier Idio, wakil pimpinan Pasukan Khusus anti Kejahatan Terorganisir. Hasil yang terkumpul kemudian melewati proses cuci uang dan dananya digunakan untuk melancarkan aksi-aksi teror.

Polisi Filipina mengaku telah meringkus lebih 350 orang, Kamis (23/08), yang terlibat penipuan telepon dan kejahatan siber. Menurut Direktur Biro Investigasi Kriminal Filipina, Samuel Pagdilao Jr, penggerebekan itu merupakan operasi terbesar terhadap sindikat kejahatan internet.

Symbolbild Internet Spionage Kriminalität Cyberangriffe
Foto: picture alliance/dpa

Secara simultan, sedikitnya 357 orang yang diduga berasal dari Taiwan dan Cina tertangkap di 20 rumah di kawasan ibukota Manila. Begitu ungkap Idio. Kepada media dia katakan, “Ini adalah sindikat besar yang mengincar jutaan dollar”.

Mengancam dengan tindak hukum

Sindikat biasanya memeriksa latar belakang calon korbannya untuk memastikan kemampuan finansial korban. Biasanya korban pun akan mentransfer uang tersebut, setelah mendengar ancaman tindakan hukum.

Idio menyebut, selain karena kedekatan jarak antara Filipina dengan Cina dan Taiwan, sindikat penipu itu memilih beroperasi dari Filipina untuk menghindari polisi Cina. Tahun 2010 kepolisian Cina menggelar operasi besar untuk memberantas organisasi kriminal.

Menurut polisi, kinipun mayoritas korban penipuan ini adalah kaum pensiunan Cina. Dia menambahkan bahwa dalam operasi terakhir ini polisi berhasil menyita banyak komputer dan telefon.

NO FLASH Symbolbild Multimedia Auge Cyberwar
Foto: Fotolia/Kobes

Laporan kantor berita AFP menyebut, para tersangka terdiri dari laki-laki dan perempuan. Menurut inspektor senior Robert Reyes, kebanyakan tahanan itu bungkam saat ditanyai, sehingga sulit untuk mendapatkan informasi lebih jauh. “Kebanyakan tidak kooperatif. Kami tidak tahu apakah mereka tak bisa berbahasa Inggris atau mereka hanya tak mau berbicara" kata dia.

Utusan dari Cina dan Taiwan berada di markas polisi untuk memastikan asal usul para tersangka yang ditahan, begitu ungkap pihak kepolisian. Sindikat yang beroperasi dalam sel atau kelompok kecil itu mendatangkan sekelompok anggotanya ke Filipina dan menempatkannya di rumah-rumah sewaan di kawasan mewah untuk menghindari kecurigaan. Dua orang Filipina yang memfasilitasi kedatangan warga-warga asing ini juga ditangkap.

Bukan Pertama Kali

Reyes mengatakan, polisi menduga kelompok terakhir ini terkait dengan 78 warga Taiwan lainnya yang ditangkap di Filipina Selatan April lalu dalam penipuan telefon terhadap penduduk di daratan Cina dan Taiwan.

Kelompok warga Taiwan itu dideportasi untuk menghadapi tuntutan hukum di negaranya. Sementara para tersangka terakhir ini menghadapi ancaman hukuman enam hingga 20 tahun penjara karena telah menyalahgunakan sistim telekomunikasi untuk menipu. Selain di Filipina, sindikat penipuan ini juga pernah terbongkar di Malaysia.

EK/AB (dpa/afp)