1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Konflik

Rudal Tor Diduga Jadi Penyebab Jatuhnya Pesawat Ukraina

10 Januari 2020

Rudal yang diduga menjadi penyebab jatuhnya pesawat Ukraina disebut mampu menghancurkan target di ketinggian hingga 6 ribu meter dan sejauh 12 kilometer. Pakar menyebut mustahil awak pesawat mampu menghindari rudal itu.

https://p.dw.com/p/3VzI8
Iran Flugzeugabsturz Ukraine International Airlines | Wrackteile bei Teheran
Foto: Reuters/Wana/N. Tabatabaee

Kamis (9/1), Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menggelar konferensi pers dan mengatakan bahwa rudal Iran diduga menjadi penyebab jatuhnya pesawat Ukraina di dekat ibu kota Iran, pada Rabu (8/1).

Saat ini pemerintah Ukraina sedang menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Ukraina dengan mengumpulkan puing-uing rudal Tor-M1 buatan Rusia. Rudal ini sebelumnya diluncurkan Iran untuk menyasar pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak.

Rudal Tor yang juga disebut SA-15 Gauntlet oleh NATO ini memiliki sistem titik pertahanan jarak pendek yang mampu mengintegrasikan antara peluncur rudal dan radar agar tepat menyasar target.

Menurut Federasi ilmuwan Amerika, yang meneliti tentang ancaman bencana terhadap keamanan nasional dan internasional, rudal yang diluncurkan oleh Iran disebut memang dirancang untuk menghancurkan target di ketinggian hingga 6.000 meter dan sejauh 12 kilometer.

Rudal Tor biasanya digunakan untuk menarget pesawat militer atau rudal lawan yang jalurnya tidak terlihat di radar. Pesawat militer dan rudal itu dilengkapi sistem yang mampu mengecoh titik di radar dan bertindak sebagai umpan untuk mencari target. 

Pesawat komersil berjenis 737-800 dari Ukraine International Airlines dengan nomor penerbangan 752 ini memiliki rute penerbangan tetap dan tidak memiliki fitur pertahanan.

Peneliti di Middlebury Institute of International Studies, Michael Duitsman mengatakan tidak mungkin awak pesawat mempunyai kesempatan untuk menghindari rudal berjenis apa pun.

‘‘Mereka bahkan mungkin tidak dapat melihat rudal itu datang,‘‘ ujar Duitsman.

"Tepat setelah lepas landas, pilot mungkin disibukkan dengan hal-hal lain."

Sebelum meluncurkan rudal Tor, operator di darat harus mengetahui posisi targetnya di radar baru kemudian mengarahkan rudal untuk diluncurkan.

Saat insinden rudal Iran diduga mengenai pesawat Ukraina, disebutkan ada beberapa pesawat sipil lain yang berada di dekat situ. Semua titik pesawat akan terlihat di radar yang terdapat di baterai rudal Tor, selayaknya pantauan radar pesawat sipil di bandara.

Baca juga: Otoritas Iran: Pesawat Ukraina Mencoba Berbalik Sebelum Jatuh

Mustahil dihindari awak pesawat

Seorang mantan perwira pertahanan udara Eropa yang menolak disebutkan namanya karena beralasan isu ini sangat sensitif, mengatakan bahwa idealnya semua rencana penerbangan dan kode transponder dari penerbangan sipil akan diinformasikan kepada unit militer yang berada di dekat bandara. 

Transponder atau pemancar radio yang ada di pesawat komersial berfungsi menyiarkan informasi data, kecepatan, dan ketinggian pesawat sesuai frekuensi yang disepakati secara internasional.

Hal ini dilakukan guna memungkinkan operator rudal menghubungkan setiap objek yang ada di radar dengan rencana penerbangan dan kode transponder.

"Menembak pesawat lawan itu mudah," ujar perwira yang saat ini bekerja untuk teknologi pertahanan rudal itu.

‘’Yang sulit adalah mengidentifikasi pesawat agar tidak menembak pesawat sipil.’’

Pergerakan rudal Tor dapat dipantau radar dan terbang dengan kecepatan hingga tiga kali kecepatan suara. Artinya, bila diluncurkan untuk mengenai target sejauh lima kilometer, maka rudal akan tiba dalam waktu sekitar lima detik.

Rudal Tor memiliki hulu ledak kecil seberat 15 kilogram yang memiliki daya ledak tinggi. Rudal ini dirancang untuk meledakkan pecahan logam, seperti peluru ke arah target usai detonasi.

Duitsman menyebut bahwa rudal Tor adalah salah satu sistem pertahanan udara paling modern yang dimiliki Iran. Rudal ini dapat menyerang dua sasaran sekaligus.

Iran membeli 29 rudal Tor dari Rusia dalam kesepakatan senjata besar-besaran tahun 2007 lalu.

Seperti dilansir dari Reuters, seorang pejabat AS yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa data menunjukkan pesawat itu mengudara selama dua menit, sebelum titik panas dari dua rudal terdeteksi. Setelahnya terjadi ledakan di sekitar pesawat Ukraina.

Dalam sebuah video yang diposting oleh sekelompok penelti dan jurnalis warga internasional yang bekerja secara independen, Bellingcat, terlihat ledakan di langit di atas kota Parand, tempat pesawat Ukraina pertama kali berhenti mengirimkan transmisi sinyalnya.

Belum jelas mengapa orang yang memiliki video itu merekam momen tersebut. Namun The New York Times telah memverifikasi video tersebut. Dalam video tersebut terlihat sebuah benda yang diduga rudal Iran meluncur dan mengenai pesawat di dekat bandara Iran.

Menanggapi hal ini, pemerintah Iran membantah bahwa pesawat Ukraina itu terkena rudal mereka.

Seorang ahli pertahanan dan pendiri Aliansi Advokasi Pertahanan Rudal, Riki Ellison, mengatakan sangat mustahil awak pesawat menghindarinya. Bahkan bila operator di darat telah menyadari kesalahan mereka terlebih dahulu.

‘‘Saat Anda tembak rudal itu, berakhirlah sudah,‘‘ ujar Ellison.

pkp/yp (Reuters)