1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikRusia

Putin Kecam Sanksi Barat, Canangkan “Tata Geopolitik Baru”

8 September 2022

Presiden Vladimir Putin menuduh Barat berusaha "menundukkan" Rusia dengan sanksi. Berbicara di Vladivistok, dia juga mengumumkan kesepakatan gas dan minyak baru dengan Cina dan Myanmar.

https://p.dw.com/p/4GWlO
Presiden Rusia Vladimir Putin di Eastern Economic Forum, Vladivostok
Presiden Rusia Vladimir Putin di Eastern Economic Forum, VladivostokFoto: Sergey Bobylev/TASS Host Photo Agency/REUTERS

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui beberapa sektor ekonomi negaranya menderita karena sanksi dan tekanan politik, yang disebutnya sebagai "agresi ekonomi, keuangan, dan teknologi Barat." Namun, ia menyatakan tetap optimistik karena bisa membangun hubungan baru dengan Asia.

Hal itu disampaikan Putin dalam pidatonya hari Rabu (07/09) di Eastern Economic Forum yang digelardi Vladivostok. "Tantangan lain yang bersifat global yang mengancam seluruh dunia telah menggantikan pandemi," kata Presiden Rusia itu.

"Saya berbicara tentang demam sanksi Barat, dengan upayanya yang berani dan agresif untuk memaksakan model perilaku di negara lain, untuk mencabut kedaulatan mereka dan menundukkan mereka agar menuruti kehendak Barat." Namun, Putin menambahkan, "tidak peduli seberapa besar seseorang ingin mengisolasi Rusia, tidak mungkin melakukannya."

Selama pidatonya, Putin menuduh importir biji-bijian Barat melakukan "kecurangan yang keterlaluan" dan mengklaim bahwa hanya dua dari 87 kapal yang dikirim ke negara-negara miskin. Putin mengatakan dia akan mempertimbangkan untuk membatasi tujuan ekspor biji-bijian berdasarkan kesepakatan yang dicapai di Turki.

Kapal berbendera Panama "Navistar" yang membawa gandum berangkat dari pelabuhan Odessa
Kapal berbendera Panama "Navistar" yang membawa gandum berangkat dari pelabuhan Odessa di Ukraina menuju IrlandiaFoto: Turkish National Defense Ministry Press Office/TASS/picture alliance/dpa

Presiden Rusia paparkan "tatanan geopolitik baru”

Dalam pidatonya, Vladimir Putin juga memaparkan visi baru untuk kerja sama global setelah invasi Rusia ke Ukraina — di mana Iran dan negara-negara Timur Tengah lainnya dapat memainkan peran utama.

"Negara-negara Barat berusaha untuk mempertahankan tatanan dunia sebelumnya yang hanya bermanfaat bagi mereka, untuk memaksa setiap orang untuk hidup sesuai dengan aturan-aturan yang mereka ciptakan sendiri, dan sering dilanggar sendiri, aturan yang terus mereka ubah untuk diri mereka sendiri tergantung pada situasinya," kata Presiden Rusia.

Putin mengumumkan bahwa Cina akan membeli gas dari perusahaan energi Rusia, Gazprom, dengan skema pembayaran 50-50 Rubel Rusia dan Yuan Cina. Para pejabat Rusia mengatakan, Putin akan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping pada KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai di Uzbekistan pada pekan depan.

Presiden Putin menyambut pimpinan rezim militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing
Presiden Putin menyambut pimpinan rezim militer Myanmar, Jenderal Min Aung HlaingFoto: TASS News Agency Host/AP Photo/picture alliance

Myanmar tandatangani perjanjian pembelian minyak Rusia

Putin juga bertemu dengan pemimpin junta militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing. Myanmar setuju untuk membeli produk minyak Rusia dan membayar dalam rubel, lapor kantor berita milik negara, RIA.

"Saya sangat bangga dengan Anda, karena ketika Anda berkuasa di negara ini, Rusia, bisa dikatakan, menjadi nomor satu di dunia," kata Min Aung Hlaing kepada Putin, seperti dikutip dari pernyataan yang dikeluarkan Kremlin yang menerjemahkan pernyataan itu ke dalam bahasa Rusia.

Pertemuan tersebut menandai perjalanan kedua Min Aung Hlaing ke Rusia dalam dua bulan, karena rezim militer Myanmar saat ini semakin terisolasi di panggung dunia.

Dalam pidato virtual di Eastern Economic Forum, Perdana Menteri India Narendra Modi juga menyatakan menyambut baik kerja sama yang lebih erat dengan Rusia di sektor energi.

hp/ha (AFP, Reuters, AP)