1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikEropa

Rusia Kurangi Suplai Gas ke UE, Ukraina Buka Ekspor Gandum

26 Juli 2022

Rusia mengatakan akan memotong pasokan gas ke Eropa mulai Rabu (27/07), sebuah hantaman keras bagi negara yang masih ketergantungan. Di sisi lain, Rusia mengizinkan Ukraina mengekspor gandum dari pelabuhan Laut Hitam.

https://p.dw.com/p/4EdzL
Terminal Nord Stream 1 di Lubmin
Nord Stream mengirimkan gas Rusia ke Eropa melalui stasiun di pantai Baltik JermanFoto: Hannibal Hanschke/REUTERS

Perusahaan raksasa gas Rusia, Gazprom, pada hari Senin (25/07) mengatakan pihaknya akan memangkas suplai gas harian melalui pipa Nord Stream 1, menjadi 33 juta meter kubik mulai Rabu (27/07). Jumlah itu setara dengan 20% dari kapasitas pipa keseluruhan.

Gazprom menyebut pihaknya menghentikan pengoperasian turbin lain karena "kondisi teknis mesin." Seperti diketahui, kapasitas penuh Nord Stream 1 adalah lebih dari 160 meter kubik gas yang diekspor setiap hari. Kapasitas produksi akan dikurangi di stasiun kompresor Portovaya Rusia.

"Kami memantau situasi sangat cermat dengan Badan Jaringan Federal dan tim krisis gas," kata Kementerian Ekonomi Jerman.

"Menurut informasi kami, tidak ada alasan teknis untuk pengurangan suplai gas,'' tambahnya.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan kepada kantor berita Jerman, dpa, pada Senin (25/07) bahwa "Rusia melanggar kontrak dan menyalahkan orang lain," seraya menambahkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memainkan "permainan ganda."

Jerman menegaskan pengurangan suplai itu bukan hasil dari perbaikan pipa atau masalah teknis, tetapi merupakan balasan atas sanksi Uni Eropa.

Nord Stream 1 dimulai di utara Saint Petersburg, Rusia, dan berakhir di stasiun dekat Greifswald di pantai Laut Baltik utara Jerman.

Jerman, yang sangat bergantung pada gas Rusia, sebelumnya menuduh Kremlin menggunakan pasokan energi sebagai "senjata."

"Moskow tidak mundur dari penggunaan ekspor biji-bijian dan pengiriman energi sebagai senjata. Kita harus tegas dalam melindungi diri kita sendiri," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz kepada wartawan pekan lalu.

Kyiv mengatakan ekspor biji-bijian akan dimulai pekan ini

Pejabat Ukraina mengatakan pada hari Senin (25/07) bahwa Kyiv berharap ekspor biji-bijian dapat dilakukan pada pekan ini, setelah penandatanganan kesepakatan membuka blokade Rusia didukung PBB.

Serangan Rusia di pelabuhan utama Ukraina, Odesa, yang terjadi hanya beberapa jam setelah kesepakatan ditandatangani di Istanbul, telah menimbulkan keraguan apakah Moskow akan berkomitmen pada perjanjian tersebut. Namun, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan serangan itu ditujukan mengenai "target militer" dan "seharusnya" tidak mempengaruhi kesepakatan.

Biji-bijian jelai dituangkan secara mekanis ke dalam kapal seberat 40.000 ton di terminal pengiriman eksportir pertanian di kota Nikolaev, Ukraina
Rusia dan Ukraina adalah pemasok gandum utama duniaFoto: Vincent Mundy/REUTERS

Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov, yang memimpin delegasi negaranya dalam pembicaraan di Istanbul, mengatakan Kyiv mengharapkan kesepakatan itu "berhasil diwujudkan dalam beberapa hari mendatang."

"Kami sedang mempersiapkan segalanya untuk memulainya minggu ini," kata Kubrakov.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Ankara berharap Kyiv dan Moskow untuk menjaga tanggung jawab mereka di bawah kesepakatan yang mereka tandatangani mengenai ekspor biji-bijian Ukraina, menurut media Turki.

"Kami mengharapkan mereka untuk mengakui kesepakatan yang mereka tandatangani dan bertindak sesuai dengan tanggung jawab yang mereka lakukan,” kata Erdogan dalam sebuah wawancara dengan penyiar negara TRT Haber.

Von der Leyen: Eropa perlu menunjukkan solidaritas hadapi krisis gas

"Bahkan negara-negara anggota yang hampir tidak membeli gas Rusia tidak bisa lepas dari efek penghentian pasokan potensial di pasar internal kami," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen kepada kantor berita Jerman, dpa.

Von der Leyen mencatat bahwa ekonomi Uni Eropa saling berhubungan sehingga krisis gas di satu negara, seperti Jerman yang relatif kaya, akan memengaruhi ekonomi nasional lainnya.

"Itulah mengapa penting bahwa semua negara anggota mengekang permintaan, bahwa semua menyimpan lebih banyak dan berbagi dengan anggota yang lebih terpengaruh," tambahnya.

Ursula von der Leyen
Ursula von der Leyen berharap dapat mencapai kesepakatan di mana negara-negara UE menghemat gas dan berpotensi membebani berbagiFoto: Virginia Mayo/AP/picture alliance

Pada hari Selasa (26/07), pertemuan khusus para menteri energi UE dijadwalkan akan membahas krisis yang akan datang musim dingin ini ketika Rusia kemungkinan akan membatasi atau berpotensi memotong pasokan sepenuhnya.

Pejabat Uni Eropa dan para pemimpin Eropa telah menyatakan keprihatinan besar atas kemungkinan pembatasan gas karena sanksi Barat mengisolasi ekonomi Rusia dan kerugian yang ditimbulkan dari perang di Ukraina.

Komisi Eropa berharap negara-negara Uni Eropa di seluruh blok mengurangi konsumsi gas sebesar 15% dari 1 Agustus 2022 hingga 31 Maret 2023. Spanyol dan Portugal keberatan, dengan Portugal menyebut permintaan itu "tidak dapat dipertahankan" dan berargumen bahwa permintaan itu hanya menghabiskan apa yang merupakan "kebutuhan mutlak."

Sementara proposal semacam itu mendapat perlawanan besar, von der Leyen menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan dapat dibuat di dalam blok tersebut.

ha/pkp (AP, dpa, AFP, Reuters)