1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ketahanan PanganJerman

Perikanan Budidaya, Berkah atau Kutukan?

Michael Marek | Jörn Breiholz
4 Juni 2024

Lebih dari separuh ikan dan makanan laut yang dikonsumsi manusia di seluruh dunia berasal dari sektor perikanan budidaya. Seberapa berkelanjutan praktik ini?

https://p.dw.com/p/4gZJs
Budidaya ikan mas di Mecklenburg-Vorpommern, Jerman
Budidaya ikan mas di Mecklenburg-Vorpommern, JermanFoto: Jens Büttner/dpa/picture alliance

Bremerhaven di pesisir Laut Utara Jerman adalah pelabuhan nelayan yang tenang dan bersejarah. Di sana tercium aroma khas hidangan fish and chips. Sudah lama tidak ada lagi kapal penangkap ikan di sini. Namun, rumah pengasapan, restoran, dan toko suvenir tetap beraktivitas.

Di sana, berdiri bangunan modern dari kaca dan baja yang merupakan bagian dari Institut Ekologi Perikanan Thünen, yang bekerja bagi Kementerian Federal Pangan dan Pertanian mempelajari lingkungan laut, budidaya perairan, keanekaragaman hayati, dan ikan yang bermigrasi.

Fasilitas penelitian di lantai dasar hanya dapat diakses melalui serangkaian pemeriksaan higienis. Di belakangnya, berbagai spesies ikan dengan ukuran berbeda berenang di belasan kolam.

Ada sedikit bau apak di udara akibat kelembaban udara, jelas Ulfert Focken dari Institut Thünen. "Di sini, di aula air hangat terdapat berbagai kolam tempat kami memelihara hewan dari wilayah hangat. Di sini, yang utama adalah ikan mas dan juga udang tropis, disebut udang anggur putih Pasifik. Kami terutama melakukan penelitian untuk memelihara dan memberi makan spesies ini."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Selama lebih dari 30 tahun, para spesialis akuakultur dan nutrisi ikan telah berupaya menciptakan organisme yang dapat bertahan hidup di air. Berbeda dengan perikanan tangkap, dalam perikanan budidaya atau akuakultur, ikan salmon, ikan mas atau nila, serta kepiting, kerang, dan alga dipelihara dalam kondisi terkendali.

"Di banyak benua, terutama di Asia, akuakultur memiliki status yang setara dengan pertanian. Tanpa akuakultur kita tidak akan punya kesempatan memberi makan masyarakat," kata Reinhold Handel, kepala Institut Ekologi Perikanan Thünen.

Ikan hasil budidaya kian populer

Konsumsi ikan global meningkat lebih dari dua kali lipat sejak pertengahan 1980-an. Hal ini sepenuhnya disebabkan oleh budidaya perikanan pada 40 tahun lalu. Dengan jumlah produksi sebesar 7 juta ton, jumlah ini pada waktu itu menyumbang kurang dari sepuluh persen konsumsi ikan global.

"Mata Salmon" Coba Jawab Masalah Penyediaan Makanan Laut

Pada tahun 2020, dengan jumlah produksi sebesar 88 juta ton, sektor ini telah memberikan kontribusi sebesar 49%, setara dengan konsumsi industri perikanan global. Jika budidaya alga dimasukkan, budidaya perikanan sebenarnya menghasilkan lebih banyak pakan akuatik dibandingkan perikanan tangkap, yang total produksinya hampir mengalami stagnasi sejak pertengahan tahun 1980-an. 

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh Cina yang sejauh ini memproduksi ikan terbanyak dari budidaya, yaitu hampir 37 juta ton pada 2020. Sebagai perbandingan, di Eropa pada tahun 2020, hanya tiga juta ton ikan yang berasal dari budidaya.

Namun apakah produksi setiap jenis ikan dapat diproduksi secara budidaya dan berkelanjutan? Bagaimana dengan ikan paling populer seperti salmon?

"Semua orang tahu bahwa salmon memiliki kebutuhan dasar yang relatif tinggi akan kualitas nutrisi sebagai hewan karnivora,” kata Reinhold Hanel. Hal yang sama berlaku untuk tuna, sea bream, dan sea bass. "Ini semua adalah ikan yang dibiakkan bukan sebagai pangan bagi mayoritas orang di seluruh dunia,” kata Hanel, "tetapi untuk melayani pasar khusus.”

Pangan ikan karnivora terbuat dari apa?

Di habitat aslinya, ikan predator seperti tuna, sea bream, sea bass, dan salmon memakan ikan dan kepiting. Dalam budidaya perikanan saat ini, ikan yang dibudidayakan ini mengonsumsi kurang dari 10% ikan dalam pangannya. Lalu terdiri dari apakah 90% pangan ikan ini?

"Ada sejumlah tepung hewani, tapi sebagian besar adalah protein nabati, terutama protein berbahan dasar kedelai," kata Ulfert Focke. "Ini tentu saja bukan makanan alami untuk salmon. Evolusi tumbuhan darat dan ikan terjadi secara terpisah. Jika kita memberikan tepung kedelai mentah pada salmon dan ikan lainnya, itu akan menyebabkan peradangan usus kronis." 

Bremerhaven, Jerman
Institut Thünen di Bremerhaven di pantai Laut Utara JermanFoto: Shotshop/IMAGO

Artinya, pakan nabati harus diproses secara industri, dan protein harus diisolasi. Selain itu, pakan kedelai diambil dari belahan dunia lain, dari Amerika Selatan, dan harus diangkut ke fasilitas budidaya ikan di Norwegia, Islandia, atau Mediterania. Karenanya, ikan predator tidak cocok menjadi sumber pangan populasi dunia yang terus bertambah.

Meskipun demikian, penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Institut Thünen telah membuktikan secara mendasar manfaat budidaya ikan.

"Akuakultur membutuhkan sumber daya yang jauh lebih sedikit dibandingkan (memelihara) organisme darat seperti sapi, babi, atau ayam. Ikan sangat cocok untuk menghasilkan makanan dalam jumlah yang relatif besar dengan pemakaian energi yang relatif sedikit.”

Selain itu, kelemahan utama dalam budidaya ikan industri sudah tidak ada lagi saat ini, kata Reinhold Hanel: "Kita telah melalui masalah yang serius dalam beberapa dekade terakhir. Budidaya salmon adalah contoh klasik di mana semua kesalahan terjadi…. Sekarang industri ini telah sangat mapan sehingga segalanya menjadi lebih baik dari sebelumnya."

Kesejahteraan hewan juga penting bagi ikan

Bangaimana dengan nasib ikan salmon budidaya yang harus hidup berdesakan dalam kolam kecil selama 18 bulan sebelum akhirnya dipanen? "Topik kesejahteraan hewan menjadi semakin penting dan juga merupakan subjek utama penelitian kami,” kata Reinhold Handel, kepala Institut Ekologi Perikanan Thünen. "Diskusi saat ini cenderung menunjukkan bahwa ikan juga kemungkinan merasakan sakit." 

Peternakan salmon di Islandia
Peternakan salmon di IslandiaFoto: Michael Marek

Hal lainnya adalah persepsi konsumen, yang tidak hanya berkaitan dengan rasionalitas, tetapi juga psikologi. Artinya, "hal-hal seperti kepadatan pemeliharaan hewan, yang kita ketahui dari hewan ternak lainnya, misalnya dari pemeliharaan ayam, diproyeksikan ke ikan," ujarnya.

Namun sering kali ada persepsi yang salah, seperti keyakinan bahwa semakin sedikit ikan yang dipelihara, semakin baik pula ikan tersebut. "Ini tidak selalu benar, karena sangat bergantung pada spesiesnya."

Ikan manakah yang benar-benar berkelanjutan jika Anda sebagai konsumen ingin mempertimbangkan dampaknya terhadap alam dan ikan? Reinhold Hanel menyarankan ikan mas jika Anda mempertimbangkan sudut pandang ekologi dalam konsumsi. Ada pula jenis ikan nila karena jejak ekologisnya yang dihasilkan di kolam air tawar. (ae/yf)