1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PBB Selidiki Tuduhan Spionase terhadap Delegasi di COP27

15 November 2022

Tuan rumah KTT Iklim PBB, Mesir, menyebut tuduhan spionase terhadap delegasi sebagai "tindakan yang menggelikan." Namun, Kementerian Luar Negeri Jerman, aktivis, dan kelompok HAM mengeluhkan aksi mata-mata tersebut.

https://p.dw.com/p/4JWf0
Kepolisian Mesir mengamankan area Pusat Konvensi Internasional Sharm el-Sheikh, di kota resor Laut Merah Mesir
PBB mengatakan sedang menyelidiki tuduhan pelanggaran oleh petugas polisi MesirFoto: Mohammed Abed/AFP/Getty Images

Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB (UNDSS) mengatakan pada hari Senin (14/11) bahwa pihaknya menyelidiki dugaan bahwa tuan rumah COP27 Mesir "memantau" para peserta.

Berlin telah mengeluh tentang pemantauan yang diklaim terjadi di paviliunnya kepada pemerintah Mesir. Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan pihaknya mengharapkan "semua peserta konferensi iklim PBB dapat bekerja dan bernegosiasi dalam kondisi aman."

Namun, Kairo menyanggah tuduhan mata-mata itu.

Penyelenggaraan COP27 diamankan oleh UNDSS dan polisi Mesir. Bahkan bagian dari tempat yang ditunjuk sebagai wilayah PBB diamankan oleh aparat kepolisian Mesir. PBB menegaskan, "skala dan kompleksitas penyediaan keamanan pada acara berskala besar" sebagai alasan pengerahan bantuan yang agak kontroversial ini.

Sanggahan delegasi Mesir

Ketua Delegasi Mesir Wael Aboulmagd membantah laporan dari wartawan pada hari Senin (14/11) tentang kesalahan polisi Mesir selama KTT. Aboulmagd menambahkan bahwa dia hanya mengetahui laporan media yang "agak kabur, tidak tepat, dan tidak akurat."

Tuduhan tersebut secara khusus berkisar pada satu panel yang diadakan di paviliun Jerman pekan lalu, yang menampilkan saudara perempuan dari aktivis politik Alaa Abdel-Fattah yang dipenjara.

Panel menampilkan gangguan oleh anggota parlemen Mesir, yang menyerang Abdel-Fattah dan saudara perempuannya secara lisan, sebelum pertengkaran singkat dengan petugas keamanan, karena dia menolak untuk berhenti berbicara.

"Tampaknya menggelikan karena itu acara terbuka," kantor berita Associated Press mengutip Aboulmagd yang mengacu pada panel. "Mengapa ada pengawasan yang tidak diinginkan dalam acara terbuka?"

Diplomat veteran Mesir itu menuduh suara-suara kritis berusaha mengalihkan perhatian konferensi dari masalah iklim utama yang sedang dihadapi. "Kami lelah dengan gangguan yang tampaknya disengaja dari masalah iklim ini, fokus berlebihan pada tuduhan yang tidak berdasar," katanya.

Merasa diawasi di COP27

Sementara itu, beberapa peserta dalam acara tersebut memaparkan pengalamannya kepada media. Liane Schalatek, Direktur Asosiasi Yayasan Heinrich Boll Stiftung di Washington, telah menghadiri konferensi iklim sejak 2008.

Schalatek mengatakan kepada penyiar ZDF Jerman bahwa dia "jelas lebih tidak nyaman dibanding menghadiri COP lainnya sebelumnya." Dia merasa diawasi, seraya menggambarkan kamera sengaja diarahkan ke wajah pembicara dalam rapat koordinasi internal, tindakan yang sebenarnya "tidak perlu dan tidak biasa."

Mesir tertarik menjadi tuan rumah COP27 untuk meningkatkan reputasi internasionalnya. Namun, catatan hak asasi manusia yang kontroversial di negara itu telah menjadi pusat konvensi global sejak diluncurkan minggu lalu.

Menjelang KTT, Human Rights Watch yang berbasis di New York memperingatkan tentang "rencana pengawasan menyeluruh", merujuk pada praktik mencolok di mana ratusan taksi di Sharm el-Sheikh dilengkapi dengan kamera hingga keharusan peserta mengunduh aplikasi khusus yang dilaporkan membutuhkan akses telepon, mikrofon, dan lokasi.

ha/pkp (AP, AFP)