1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiMesir

Krisis Makin Dalam, Kepala Bank Sentral Mesir Mundur

Jennifer Holleis | Mohamed Farhan
17 Agustus 2022

Gubernur Bank Sentral Mesir, Tareq Amer, hari Rabu (17/08) mengundurkan diri. Negara berpenduduk terpadat di dunia Arab itu berada dalam cengkeraman krisis ekonomi yang mendalam.

https://p.dw.com/p/4FfG5
Penjual roti di Mesir menampilkan roti jualannya di pasar Giza, Mesir.
Seorang perempuan penjual roti di Giza, MesirFoto: Tahsin Bakr/ZUMAPRESS.com/picture alliance

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menerima pengunduran diri Tareq Amer, yang mulai bertugas sejak 2015 dan akan tetap menjabat sampai tahun depan, surat kabar pemerintah Al-Ahram melaporkan. Tetapi masih belum ada kabar siapa yang akan menggantikan posisinya di Bank Sentral.

Mesir sedang menghadapi masa-masa sulit ekonomi. Sementara itu dilaporkan, nilai tukar mata uang Mesir jatuh lagi dan mencapai nilai tukar terendah kedua dalam catatan sejarahnya. Devaluasi terburuk terjadi pada musim dingin 2016, yang dalam statistik tercatat sebagai devaluasi terburuk dalam sejarah Mesir.

Awal tahun ini, pemerintah Mesir telah mendevaluasi mata uangnya sebesar 14%, ketika para investor asing menarik dolar keluar dari pasar setelah invasi Rusia ke Ukraina. Awal pekan ini, layanan berita keuangan Bloomberg mengisyaratkan bank sentral negara itu, mungkin akan mencoba melakukan hal yang sama lagi.

Patung Sphinx yang terletak di dekat Piramida Agung di Giza menjadi simbol pariwisata Mesir.
Pariwisata Mesir terpukul karena menghilangnya para turis RusiaFoto: Bildagentur-online/McPhoto-BBO/picture alliance

30 juta orang Mesir di bawah garis kemiskinan

Sebagai pengimpor gandum terbesar di dunia, Mesir telah terpukul sangat parah oleh perang antara dua pemasok utamanya - Rusia dan Ukraina - yang membuat harga bahan pangan global melonjak. Harga beberapa bahan makanan bahkan telah meningkat sebanyak 66 persen, mendorong inflasi ke kisaran 15 persen.

Sekitar 30 juta  dari 103 juta penduduk Mesir, sekarang hidup di bawah garis kemiskinan, dengan lebih banyak lagi yang hidup dalam ancaman bahaya kelaparan, menurut angka Bank Dunia. Lembaga pemeringkat Moody's menurunkan prospek Mesir dari stabil menjadi negatif, dengan alasan meningkatnya risiko kerusuhan sosial yang dipicu oleh anjloknya standar hidup.

Cadangan devisa telah turun dari USD 41 miliar pada Februari menjadi USD 33,1 miliar saat ini. Kemerosotan terus terjadi, meskipun ada dukungan dari sekutu dekat Arab Saudi yang mendepositokan lima miliar dolar di bank sentral pada akhir Maret.

Konsekuensi utama lain dari perang Ukraina terhadap keuangan Mesir, adalah penurunan tajam turis Rusia dan Ukraina. Hal ini berdampak besar pada industri pariwisata Mesir, sektor ekonomi yang masih dalam masa pemulihan dari pandemi COVID-19. Pihak berwenang Mesir sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional IMF terkait dana talangan baru, karena utang publik telah mencapai 90 persen dari PDB.

Mesir akan melakukan skema pemadaman listrik untuk menghemat konsumsi gas
Mesir akan melakukan skema pemadaman listrik untuk menghemat konsumsi gasFoto: Mohamed Hossam/dpa/picture alliance

Pemadaman listrik akibat krisis mendalam di Mesir

Serangkaian langkah-langkah penghematan baru dilakukan, antara lain jalan-jalan, lapangan kota, toko-toko dan mal akan tanpa penerangan listrik setelah jam 11 malam. Suhu maksimum untuk AC di pusat perbelanjaan dan toko juga dibatasi hingga 25 derajat Celcius, sebelumnya di bawah 20 derajat Celcius.

Menurut Perdana Menteri Mesir Mustafa Madbouly, rencana penghematan gas terbaru akan mengikuti skema sederhana dan langsung. Dengan memotong 15% dari konsumsi listrik domestik, lebih banyak gas alam dapat dihemat.

"Pengumuman pemerintah Mesir datang di tengah puncak "musim pendinginan", ketika ekspor gas biasanya turun drastis karena permintaan domestik meningkat," kata Alice Gower, direktur geopolitik dan keamanan di biro konsultan Azure Strategy yang berbasis di London.

Hingga saat ini, 60% dari produksi gas alam domestik negara itu telah digunakan untuk menghasilkan listrik bagi publik Mesir. Jika rencana Madbouly diterapkan sepenuhnya, itu bisa menghemat dan menabung hingga sekitar 174 juta meter kubik gas per hari.

(hp/as)