1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PendidikanIndonesia

Nadiem: PJJ Ciptakan Learning Loss Terbesar dalam Sejarah RI

Detik News
26 Oktober 2021

Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim menyebut anak-anak di Indonesia kehilangan satu tahun pembelajaran sebagai efek pembelajaran jarak jauh (PJJ) saat pandemi. Dampaknya adalah hilangnya pengetahuan anak (learning loss).

https://p.dw.com/p/42AnS
Nadiem Makarim, Mendikbud RI
"Semua riset kita telah membuktikan bahwa anak-anak Indonesia telah kehilangan satu tahun pembelajaran," kata Nadiem.Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Thomas

Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim terus meminta agar sekolah tatap muka segera dilakukan meski pandemi virus corona belum berakhir. Nadiem beralasan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dapat berdampak luar biasa terhadap siswa.

Hal ini disampaikan Nadiem saat rapat bersama Gubsu Edy Rahmayadi dan sejumlah kepala daerah di Sumut. Nadiem awalnya menyebut anak-anak di Indonesia kehilangan satu tahun pembelajaran sebagai efek PJJ saat pandemi virus corona.

"Semua riset kita telah membuktikan bahwa anak-anak Indonesia telah kehilangan satu tahun pembelajaran. Mau buat PJJ (pembelajaran jarak jauh) atau tidak. Bagi yang PJJ rata-rata kehilangan satu tahun pendidikan," kata Nadiem saat rapat di rumah dinas Gubsu, Medan, Senin (25/10/2021).

Nadiem mengatakan dampak dari kehilangan pembelajaran ini bisa permanen. Hal yang mungkin saja terjadi adalah hilangnya pengetahuan anak (learning loss).

"Dampak ini bisa sekali permanen, dan bisa menciptakan, kalau tidak berhentikan secepat mungkin, dengan aman, ini bisa menciptakan learning loss terbesar dalam sejarah Indonesia. Karena belum pernah selama ini," ucap Nadiem.

'Semakin muda semakin butuh sekolah tatap muka'

Nadiem mengatakan pandemi ini juga mengakibatkan sejumlah anak putus sekolah. Nadiem juga menyebut sejumlah sekolah swasta mengeluh karena siswa tidak membayar uang sekolah karena dilakukannya PJJ.

"Seperti arahan Presiden, prioritasnya adalah segera mengakselerasi vaksinasi, menjaga protokol kesehatan yang ketat, tetapi sekolah harus tatap muka," tuturnya.

Untuk itu Nadiem meminta agar segera dilakukan sekolah tatap muka termasuk untuk tingkat SD dan PAUD. Nadiem menilai anak-anak di tingkat SD dan PAUD yang paling membutuhkan PJJ.

"Termasuk SD dan PAUD. Karena SD dan PAUD walaupun anaknya tidak boleh divaksinasi, mereka adalah yang paling rentan mengalami penurunan dampak permanen dari PJJ," jelas Nadiem.

"Mereka yang paling membutuhkan tatap muka, malah kebalikannya dari Universitas dan SMA. Semakin muda semakin butuh sekolah tatap muka. Jadi harapan kami adalah Sumatera Utara itu mengakselerasi," paparnya. (pkp/gtp) 

Baca selengkapnya di:detiknews

Nadiem: PJJ Ciptakan Learning Loss Terbesar Dalam Sejarah RI