1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAsia

Mata Uang Tidak Laku, Iran Kesulitan Impor Bahan Pangan

31 Juli 2020

Bahan pangan dan obat-obatan dikecualikan dari embaro AS terhadap Iran. Tapi negara-negara lain menolak pembayaran dalam mata uang Iran. Di tengah pandemi, Teheran kesulitan memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri

https://p.dw.com/p/3gDoU
Mata uang Iran, Rial
Transaksi dengan mata uang Iran, Rial, (gambar) dikhawatirkan akan memicu sanksi akibat embargo Amerika Serikat. Foto: tejaratnews

Meskipun pasokan tersebut dibebaskan dari sanksi, bank dan pemerintah enggan untuk mentransfer atau menerima uang Iran karena tanpa disadari takut melanggar sanksi AS yang kompleks, demikain disebutkan sumber perdagangan dan keuangan. 

Saluran perdagangan yang disetujui diluncurkan oleh pemerintah Swiss, dan didukung oleh Washington – Pengelolaan Perdagangan Kemanusiaan Swiss Perjanjian (SHTA) – diwujudkan pada bulan Februari setelah lebih dari setahun berusaha memfasilitasi pembelian Iran tersebut dari perusahaan Swiss. 

Namun bank sentral Iran (CBI) tidak dapat mentransfer uang tunai ekspor minyaksenilai miliaran dolar AS antara tahun  2016 dan 2018 ke rekening bank yang bekerja sama  dengan SHTA, demikian disebutkan sumber yang mengetahui masalah ini kepada Reuters. 

Uang itu dibekukan di rekening bank di negara-negara tempat Iran menjual minyak terutama di Asia, dengan pelanggan terbesar termasuk Korea Selatan dan Jepang, pada tahun-tahun setelah Iran menandatangani perjanjian nuklir dengan kekuatan dunia, namun sebelum Pemerintahan AS di bawah Donald Trump menarik diri dari perjanjian itu  dan menerapkan kembali sanksi pada tahun 2018. 

Dana dibekukan saat sanksi diberlakukan kembali untuk Iran.  Akibatnya, bank internasional dan pemerintahan yang bertransaksi mewaspadai kemungkinkan dana  dialirkan tanpa otorisasi khusus dari Washington untuk setiap transfer, ujar kata sumber itu. 

Blokade  tersebut, menurut seorang sumber, menggambarkan bagaimana kompleksitas sanksi AS telah membuat banyak bank, perusahaan, dan negara-negara lain jadi waspada melakukan bisnis dengan Iran. 

Reuters sebelumnya juga melaporkan banyak perusahaan pelayaran asing dan perusahaan asuransi tidak bersedia menyediakan kapal atau asuransi perlindungan untuk perjalanan, bahkan untuk perdagangan yang telah disetujui. 

Penolakan dari Korsel dan Jepang 

Otoritas Jepang dan Korea Selatan saat ini menolak kiriman uang ke Swiss dari Bank Sentral Iran, tanpa persetujuan Amerika Serikat. Hal ini dbenarkan oleh Kementerian Luar Negeri di Seoul. 

“Di bawah sanksi AS, mengembalikan uang dalam bentuk tunai tidak dimungkinkan,“ kata seorang pejabat Korsel kepada Reuters. Izin apapun mengenai dana perlu diotorisasi secara ketat oleh AS.  

Tidak jelas mengapa Amerika Serikat diduga tidak memberi persetujuan khusus untuk transaksi tersebut. Seorang pejabat kementerian keuangan Jepang menolak memberikan komentar dan merujuk masalah tersebut ke pihak berwenang Iran. CBI tidak menanggapi permintaan wawancara oleh Reuters.  

Ketika ditanya apakah transfer dana seperti itu diizinkan dan apakah akan diberikan otorisasi khusus, juru bicara departemen keuangan AS mengatakan Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk melakukannya pengiriman barang dan jasa untuk tujuan kemanusiaan ke Iran. 

Warga negara non-Amerika dapat terlibat dalam ekspor atau pengiriman kembali makanan, produk pertanian, obat-obatan, dan peralatan medis untuk Iran di luar wilayah hukum AS tanpa tambahan otorisasi dalam transaksi yang melibatkan CBI sejauh konsisten dengan arahan AS,  demikian, juru bicara departemen keuangan AS menambahkan. 

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk kesuksesan program  SHTA. 

Transaksi dengan Swiss 

Pemerintah Swiss mengatakan sebuah perusahaan farmasi  Swiss telah menyelesaikan transaksi pertama di bawah saluran perdagangan kemanusiaan baru dengan Iran. Lebih banyak transaksi akan menyusul. 

Perjanjian Nuklir Iran
Eskalasi embargo terhadap Iran adalah buntut dari kebijakan baru pemerintah AS yang mencabut dukungan dari Perjanjian Nuklir yang dibuat dengan Uni Eropa, Cina, Rusia dan Jerman. Perjanjian itu membatasi akses Iran terhadap bahan baku nuklir. Sebagai gantinya embargo ekonomi dan senjata terhadap Iran akan dicabut.

Kementerian Luar Negeri  untuk Urusan Ekonomi Swiss  (SECO) memberi tahu Reuters bahwa SHTA membutuhkan "transfer dana Iran secara teratur dari luar negeri karena fungsinya ", seraya menambahkan otoritas AS itu telah memberikan jaminan bahwa mereka akan mendukung transfer tersebut. 

 "Kami sedang dalam pembicaraan dengan AS dan mitra lain terkait masalah ini. Namun, kami tidak dapat memberikan informasi tentang transfer individual, " papar SECO, tanpa memberikan perincian lebih lanjut.  

Impor jagung merosot 

Impor jagung dari pemasok kunci Brasil pun telah merosot-- yang dengan demikian menambah kesulitan pasokan makanan Iran. Iran adalah pembeli jagung terbesar kedua di Brasil pada tahun 2019, tetapi pada bulan  Januari hingga Juni impor dari negara itu merosot menjadi sekitar 339.000 ton dari 2,3 juta ton tahun yang lalu, demikian menurut data pemerintah Brasil. 

Teheran menghadapi peningkatan persaingan dengan Taiwan  dalam membeli  jagung  dari Brasil. Penjual di Brasil juga berjuang untuk menemukan bank internasional yang mau memproses transaksi karena adanya risiko sanksi, demikian menurut tujuh sumber perdagangan dan keuangan Brasil. 

Para pedagang telah berusaha menggunakan bank lokal kecil untuk mengamankan transaksi dengan  Iran. Mereka juga berusaha menggunakan mata uang  euro untuk menghindari transaksi dolar yang akan tertandai oleh AS. 

Iran membayar 10 dollar AS per ton lebih banyak daripada pembeli lain sebagai  kompensasi untuk pembayaran dan tantangan logistik, ujar sumber perdagangan Brasil. "Karena kebijakan Amerika Serikat yang bermusuhan, kami harus mengurangi impor, "kata Mehdi Ansari, kepala pedagang gandum Tejari Ansari Group di Iran. Departemen Keuangan AS menolak berkomentar ketika ditanya tentang penurunan penjualan jagung Brasil ke Iran. 

Pembeli Iran telah memesan lagi sekitar 600.000 ton jagung  dari Brasil untuk bulan ini atau pemesanan yang kedua  kalinya dalam setengah tahun, dengan pembayaran yang diharapkan akan berhasil begitu kargo berlayar, kata sumber perdagangan.  Namun penjual bisa mengalihkan kapal untuk pembeli lain, jika Iran tidak dapat membayar, demikian  menurut sumber di Brasil.  

Pedagang Brasil juga menggunakan penawaran barter, misalnya mengambil urea Iran untuk digunakan sebagai pupuk dengan imbalan jagung, kata sumber itu. 

Carlos Millnitz, CEO perusahaan kimia Brasil, Eleva Química, mengatakan kepada Reuters bahwa kesepakatan seperti itu tidak melanggar sanksi karena tidak menggunakan uang , namun konsekuensinya  membuat harga  jagung lebih mahal untuk Iran. 

ap/rzn (Reuters)