1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Albanese: Indonesia Mitra Strategis Australia

Rahka Susanto
6 Juni 2022

Di bawah pemerintahan baru Anthony Albanese, Australia fokus pada kerja sama yang lebih erat di Asia-Pasifik. Apa yang melatarbelakangi upaya Australia lebih 'mesra' pada Indonesia?

https://p.dw.com/p/4CKHv
Pedana menteri Ausralia,  Anthony Albanese
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese memilih Indonesia dalam lawatan perdananya ke luar negeri.Foto: Lukas Coch/AAP/AP Photo/picture alliance

Dalam kunjungannya perdananya ke Indonesia pada Senin (6/6), Perdana Menteri baru Australia, Anthony Albanese membahas berbagai tema dan isu hangat di kawasan dengan presiden Indonesia Joko Widodo. Pertemuan ini digelar secara unik, dengan kedua kepala pemerintahan itu mengendarai sepeda bambu.

Pada awal pertemuan, Presiden Jokowi menghadiahkan sepeda kepada Anthony Albanese. Indonesia dipilih Albanese sebagai negara pertama yang ia kunjungi dalam lawatannya ke luar negeri. "Hubungan Australia dengan Indonesia adalah salah satu yang paling penting. Kami terhubung bukan hanya oleh geografi, kami terhubung oleh pilihan," ungkap Albanese dalam konferensi pers.

Dalam pertemuan bilateral itu, Australia menggadang-gadang kerja sama yang lebih erat lagi dengan Indonesia sebagai negara tetangga, utamanya dalam menghadapi pengaruh Cina di Kawasan Asia-pasifik.

Albanese juga menegaskan dia akan menghadiri KTT G20 pada November mendatang di Bali. Hal ini berbeda dari sikap keberatan perdana Menteri terdahulu, Scott Morrison, yang enggan duduk bersama Presiden Rusia Vladimir Putin setelah invasinya ke Ukraina.

Kerja sama ekonomi hingga isu perubahan iklim

Beragam isu kerja sama dibahas dalam pertemuan Albanese dan Jokowi. Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dilirik Albanese dengan membawa sejumlah delegasi bisnis terkemuka. Ia juga membawa Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, dan Menteri Perdagangan Australia, Don Farrell.

"Indonesia berada di jalur untuk menjadi salah satu dari lima ekonomi terbesar di dunia," ungkap Albanese, "Merevitalisasi hubungan perdagangan dan investasi kami adalah prioritas bagi pemerintah saya."

Pertemuan ini turut membahas potensi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Guru Besar Politik Internasional dari Universitas Pelita Harapan, Aleksius Jemadu menyebutkan, posisi Indonesia menjadi sangat penting bagi Australia.

"Australia membutuhkan Indonesia sebagai negara tetangga untuk tidak teralienasi di Kawasan. Bagaimana pun secara ekonomi Asia memiliki pengaruh besar bagi Australia, termasuk pasar Indonesia,” ujar Aleksius Jemadu kepada DW Indonesia.

Dalam pertemuan bilateral ini, Albanese mengulangi janji untuk mengelontorkan dana sebesar 470 dolar Australia selama empat tahun untuk pembangunan luar negeri di Indonesia dan Kawasan. Dana ini juga dialokasikan bagi kemitraan pada isu iklim dan infrastruktur senilai 200 juta dolar Australia (sekitar Rp 2.087 miliar).

"Sesuai dengan target iklim ambisius pemerintah saya, Australia ingin akses yang lebih baik ke energi bersih yang terjangkau, andal, dan aman di seluruh wilayah kita, saat kita bertransisi ke dunia nol bersih bersama-sama,” tegas Albanese.

Isu Keamanan di Asia-Pasifik

Lawatan Albanese dinilai akan membuka cakrawala baru, setelah sebelumnya jabatan perdana Menteri Australia selama hampir satu dekade dikuasai oleh tokoh partai konservatif. Di bawah Albanese dan partai Buruh baru Australia, kerja sama Asia Tenggara dan geopolitik di Asia-Pasifik menjadi salah satu agenda utama pemerintahan Australia.

Albanese juga fokus dalam upaya menavigasi hubungan dengan negara-negara tetangganya di Pasifik dari pengaruh Cina, tidak terkecuali Indonesia. Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong menyebut bahwa Indonesia tidak mendapatkan perhatian yang layak di bawah pemerintahan sebelumnya.

Cina Tak Akui Putusan Tribunal Den Haag

 

Fokus Australia pada Kawasan Asia-Pasifik tidak lepas dari dinamika yang tejadi belakangan ini, khususnya makin menguatnya pengaruh Cina di Kawasan kepulauan Pasifik. "Kita tahu bahwa Australia tidak merasa nyaman dengan pengaruh Cina di kawasan Pasifik selatan, Indonesia punya peran penting bagi Australia untuk menghubungan negara itu kepada Asia,” ujar Aleksius Jemadu.

Guru besar politik internasional UPH itu juga menambahkan, "Militerisasi Cina di Laut Cina Selatan menjadi ancaman bagi jalur perdagangan Australia ke Asia Timur seperti Jepang.” Hal ini juga yang diamati menjadi cara Australia untuk dapat menjalin kerja sama keamanan dengan negara-negara di Asia Tenggara.

Dalam pertemuan itu,  Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya kemitraan ekonomi strategis dan IA-CEPA, yang akan memungkinkan lebih banyak orang Indonesia untuk bekerja di Australia, pembukaan kampus Universitas Monash baru-baru ini di Jabodetabek, dan pentingnya ketahanan dan keberlanjutan pangan. rs/as (AFP/Reuters)