1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

171110 Somalia Staatengemeinschaft

18 November 2010

Somalia dengan pesisirnya sepanjang 2.720 km, memiliki kekuasaan besar atas akses perairan Teluk Aden. Teluk yang memisahkan benua Asia dan Afrika ini merupakan salah satu jalur pelayaran internasional terpenting.

https://p.dw.com/p/QCTn
Kekerasan di Somalia menjadi keseharianFoto: picture-alliance/dpa

Namun sejak digulingkannya diktator Siad Barre pada 1991, negara itu menghadapi perang saudara yang tiada akhir. Sementara masyarakat internasional termasuk Uni Eropa berusaha mendukung upaya pembangunan kembali yang digulirkan pemerintahan transisi di Mogadishu. Tapi mengapa?

Di ibukota Kenya, Utusan Khusus Uni Eropa untuk Somalia, Georges-Marc André menunggu berita mengenai situasi di Somalia. Bila situasi aman, ia akan segera menuju Mogadishu untuk memantau langsung keadaannya. Pasalnya, ia harus mengkoordinasi bantuan Uni Eropa senilai 35 juta Euro bagi negara di Tanduk Afrika yang sampai kini terus menjadi bulan-bulanan aksi teror. Jumlah pengungsi Somalia di dalam negeri melebihi 1,5 juta orang.

"Tentu saja awalnya Somalia sendiri yang memulai perang bersaudara ini. Tapi, perang ini juga digunakan sebagai platform oleh mereka yang ingin mendestabilisasi seluruh kawasan, baik kawasan Timur Tengah, negara-negara Teluk atau negara-negara Afrika yang bertetangga seperti Ethiopia, Kenya atau Uganda," papar Georges-Marc André.

Teror, yang saat ini menghantui rakyat Somalia, dilancarkan oleh kelompok Shabaab, yang diketahui memiliki jaringan internasional. Sementara ini di wilayah Somalia, diperkirakan terdapat 7000 militan Shabaab. Persenjataan mereka lengkap, berkat dukungan dari Eritrea, serta sejumlah komunitas Arab yang ingin menyisihkan pengaruh Barat dari kawasan itu.

Belakangan dikabarkan, bahwa selain merekrut milisi dari Afghanistan, Pakistan atau Ceko, kelompok Shabaab mengerahkan tentara anak-anak. Kelompok itu secara terbuka mengakui hubungannya dengan jaringan teror Al Qaida dan melarang organisasi bantuan asing untuk bekerja di kawasan yang dikuasainya.

Phillipe Royan, Direktur Jendral Badan Bantuan Kemanusiaan Uni Eropa untuk Afrika Tengah dan Timur mengatakan, "Apabila kita mengunjungi wilayah yang dikendalikan oleh kaum Shabaab, maka akan terlihat betapa buruknya situasi kemanusiaan di sana. Banyak wilayah, di mana rakyat tak punya akses terhadap air bersih, tidak mendapatkan layanan kesehatan, bahkan anak-anakpun banyak yang kelaparan. Walaupun begitu, organisasi bantuan tak mendapat ijin untuk memonitor kebutuhannya lebih jauh."

Saat ini Somalia memiliki pemerinthan transisi yang dipimpin oleh politisi moderat, Sheik Sharif Ahmed. Menurut para pengamat, pemerintahan transisi itu akan dengan cepat disingkirkan oleh para milisi, seandainya tidak dilindungi oleh ke-7000 tentara Uni Afrika, AMISOM yang berada di Mogadishu.

Penempatan pasukan AMISOM di Somalia didanai secara tidak langsung oleh Uni Eropa. Misalnya dengan pendidikan bagi 2000 orang tentara Somalia yang berada di Uganda. Utusan Khusus Uni Eropa untuk Somalia, Georges-Marc André, memuji usaha itu. Menurut dia, apabila Somalia atau negara Afrika lainnya menghadapi krisis dan terorisme, maka perdamaian di Eropa juga terancam.

Daniel Scheschkewitz/Edith Koesoemawiria

Editor: Hendra Pasuhuk