1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Terbitkan Strategi Melawan Antisemitisme

Christoph Strack
3 Desember 2022

Jerman menerbitkan strategi penanggulangan antisemitisme di dalam negeri, di tengah maraknya ujaran kebencian anti-Yahudi. Namun meski dianggap sebuah "pencapaian," keberhasilannya akan bergantung dari implementasinya.

https://p.dw.com/p/4KOMm
Bendera Israel berkibar di tengah peringatan pogrom anti-Yahudi pada 1938
Bendera Israel berkibar di tengah peringatan pogrom anti-Yahudi pada 1938Foto: Hauke-Christian Dittrich/dpa/picture alliance

Pada sebuah pagi kelabu khas bulan November di ibu kota Berlin, suara berita radio sahut menyahut memberitakan aksi penggerebekan kepolisian di seluruh Jerman. Penyebabnya adalah ujaran kebencian dan polisi menggerebek satu per satu kediaman pengguna yang dituduh sebagai pengunggah utama.

Salah seorang di antaranya adalah pria berusia 59 tahun asal Berlin. Menurut kepolisian, tersangka, yang tertangkap memiliki senjata api, rajin mengunggah "ujaran antisemitisme, di mana kaum Yahudi dituduh sebagai pemuja setan." Sebab itu laptop miliknya ikut diangkut sebagai barang bukti.

Bagi polisi, aksi semacam itu sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Sebanyak 91 penggerebekan yang dilakukan polisi pada hari itu, tidak akan menjadi yang terakhir, terlebih dengan kian maraknya kebencian terhadap kaum Yahudi.

Antisemitisme: Mengapa Melekat Begitu Kuat?

Pencapaian di kabinet

Pada hari yang sama, pemerintah Jerman mengumumkan "Strategi Nasional melawan Antisemitisme dan untuk Kehidupan Yahudi." Kebijakan tersebut dianggap sebagai "sebuah pencapaian besar," oleh utusan khusus Jerman untuk Antisemitisme, Felix Klein.

Selama bertahun-tahun, kepolisian mencatat kenaikan angka tindak kriminal berbasis antisemitisme di Jerman. Jumlah unggahan kebencian di media sosial "sudah meledak sejak lama," tulis kepolisian Jerman dalam laporan teranyar. Selama 2021, polisi mencatat sebanyak 3027 kasus serangan antisemitisme, 700 lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.

Felix Klein, yang sejak 2018 dipercaya memimpin upaya melawan antisemitisme di Jerman, butuh waktu selama dua tahun untuk menyusun strategi pemerintah. Menurutnya, Jerman harus memperkuat pengakuan terhadap keberadaan kaum Yahudi di dalam negeri. Dia juga mewanti-wanti terhadap narasi antisemitisme yang berkaitan dengan konflik Israel-Palestina dan mulai menyebar di kalangan intelektual dan akademisi.

"Pelatihan bagi pelatih"

Laporan Felix Klein mengkampanyekan pendidikan sebagai cara mencegah atau mengikis kebencian terhadap Yahudi. Perang melawan antisemitisme menurutnya adalah tugas bersama, bukan cuma tugas pemerintah. Sebab itu, strateginya ikut membidik klub-klub olah raga, antara lain menawarkan pelatihan bagi pelatih.

Dengan rencana tersebut, Jerman ingin secepatnya menepati tenggat Komisi Eropa, yang mewajibkan negara-negara anggota untuk menyusun strategi nasional antisemitisme hingga akhir 2022. Katahrina von Schnurbein, utusan khusus UE untuk antisemitisme, mengatakan Jerman merupakan negara ketujuh yang sudah menyiapkan konsep tersebut. Sisanya diberi tenggat hingga akhir 2022 atau paling lambat pada pertengahan 2023.

Serupa Felix Klein, dia menyebut rencana aksi Jerman sebagai "pencapaian besar dalam sejarah negeri." Menurutnya, Jerman memiliki peranan penting, mengingat beban masa lalunya. Katharina von Schnurbein meyakini, terjaminnya kehidupan Yahudi yang aman adalah "tolak ukur keberhasilan demokrasi."

Dia menyambut baik gagasan memperluas kampanye bagi kehidupan Yahudi di Jerman ke ranah Eropa. Bagi Felix Klein, kampanye tersebut membuktikan, "bahwa masyarakat tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang kehidupan Yahudi." Menurutnya, komunitas Yahudi di dalam negeri siap membuka diri dan menjawab keingintahuan warga.

Dengan memperkuat interaksi sosial antarumat, Felix meyakini risiko munculnya serangan antisemitisme akan serta merta berkurang.

Baik Felix Klein maupun Katharina von Schnurbein mewanti-wanti terhadap menguatnya tendensi antisemitisme di media sosial. "Internet adalah gerbang terbesar masuknya narasi antisemitisme di rumah kita," kata Katharina von Schnurbein. Adapun Felix Klein mengeluhkan jumlah unggahan kebencian terhadap kaum Yahudi yang kian bertambah.

Fenomena yang mewabah sejak pandemi corona itu menempatkan negara-negara demokrasi dalam "masa yang penuh tantangan." Hal itu memang terlihat dari aksi penggerebekan yang dilancarkan kepolisian Jerman. rzn/hp