1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran, 40 Hari Setelah Tewasnya Neda Agha

30 Juli 2009

Bertepatan dengan 40 hari tewasnya Neda Agha Soltan, Kamis (30/07), pimpinan oposisi menyerukan diselenggarakannya acara berkabung bagi korban dalam aksi protes menentang hasil pemilihan presiden.

https://p.dw.com/p/J0AJ
Demonstrasi di Paris, Perancis, 25 Juli 09, menuntut pemerintah Iran untuk membebaskan para demonstran yang ditahanFoto: AP

Bagi anggota keluarga dan sahabat-sahabatnya, Neda Agha Soltan tewas akibat tembakan milisi Basidch, yang sejak beberapa tahun belakangan dengan tindak kekerasan membungkam setiap perlawanan terhadap rejim penguasa. Bagi sebagian besar demonstran, ia dipandang sebagai lambang perlawanan. Lewat situs internet ditampilkan cuplikan sejumlah musik untuk mengenangnya.

Acara berkabung yang diserukan Mir Hussein Muosavi direncanakan diselenggakan di pemakaman Behsch e Zahra di bagian selatan Teheran, tempat Neda Agha Soltan dimakamkan. Demikian ditulis dalam situs internet harian pendukung reformasi "Etemad e Melli". Dalam acara berkabung ini, Mir Hussein Muosavi tidak akan menyampaikan pidato politik. Acaranya hanya diiisi dengan membaca kitab suci Al-Quran dan pembacaan doa.

Setelah Kementerian Dalam Negeri Iran melarang kegiatan ini, acara berkabung tersebut hanya dihadiri anggota keluarga korban. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan, setelah mengikuti acara berkabung, mereka kemudian melakukan aksi protes. Dengan demikian dipertanyakan, bagaimana sikap aparat keamanan menghadapinya.

Sementara itu, sehari setelah pembebasan sekitar 140 aktivis oposisi dari penjara di Iran, semakin lantang tuduhan mengenai dilakukannya penyiksaan. Seorang tahanan yang dibebaskan mengungkapkan lewat situs internet kelompok oposisi, mereka dikurung di sebuah ruangan yang gelap dan dipukuli. Sekitar 150 tahanan lainnya masih dipenjara. 20 orang diantaranya akan diajukan ke pengadilan hari Sabtu (01/08), dengan tuduhan merencanakan aksi sabotase. Mereka yang mendalangi atau terlibat dalam aksi kerusuhan setelah pemilihan presiden tanggal 12 Juni lalu, akan diajukan kepengadilan. Demikian dilaporkan Kantor Berita resmi Iran IRNA.

Para pengamat menilai, ini merupakan isyarat bagi politisi pendukung pembaruan untuk memperhitungkan bahwa mereka juga akan mengalami nasib yang sama. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menyerukan kepada pemerintah Iran agar membebaskan para demonstran yang ditahan. Pihak berwenang Iran harus segera membebaskan semua tahanan politik. Laporan mengenai terus dilakukannya penahanan dan penyiksaan terhadap tahanan politik, menunjukkan bahwa krisis politik di Iran masih belum dapat ditangani. Demikian dikatakan Hillary Clinton dalam acara jumpa pers bersama Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband di Washington.

AR/DK/dpa/afpd