1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Iran Rencanakan Upacara Peringatan

26 Juli 2009

Tantangan bagi Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad terus bertambah. Setelah pemimpin tertinggi Khamenei perintahkan pemecatan Mashaie, kini oposisi meminta ijin adakan peringatan untuk korban yang tewas dalam demonstrasi.

https://p.dw.com/p/Ixgs
Foto: AP

Oposisi di Iran hari Minggu ini (26/07) meminta ijin kepada pemerintah untuk mengadakan upacara memperingati warga Iran yang tewas dalam aksi protes setelah pemilu presiden Juni lalu. Permintaan ini menjadi tantangan baru bagi Presiden Mahmoud Ahmadinejad yang kini juga mendapat kritik dari pendukungnya di kubu konservatif akibat pengangkatan besannya, Esfandiar Rahim Mashaie, menjadi wakil presiden pertama.

Upacara Peringatan

"Kami minta ijin untuk mengadakan upacara peringatan 40 hari kematian rakyat Iran akibat insiden-insiden menyedihkan tersebut". Itu ditulis para penantang Ahmadinejad, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi dalam surat yang ditujukan bagi Menteri Dalam Negeri Sadeq Mahsouli. Kantor berita ISNA yang menyampaikan surat tersebut mengatakan, organisator peringatan tersebut akan mengadakan upacara di mesjid agung di ibukota Teheran, di mana upacara keagamaan biasa diadakan.

Menurut informasi di situs internet Partai Etemad Melli yang dipimpin Karroubi, upacara itu akan diadakan Kamis mendatang (30/07). Pemerintah Iran telah melarang diadakannya pertemuan seperti itu sejak mencuatnya kekerasan usai terpilihnya Mahmoud Ahmadinejad menjadi presiden untuk periode ke dua. Sejak itu pemerintah juga mulai membatasai pemberitaan media asing.

Aksi Protes

Weltweiter Aktionstag gegen die Regierung in Iran Belgien
Salah satu aksi protes terhadap pemerintah Iran diadakan di Belgia. Demonstran membawa bendera Iran dan poster Neda yang menjadi korban penembakan dalam demonstrasi di Teheran.Foto: AP

Segera setelah pemilu presiden 12 Juni lalu, ratusan ribu orang berdemonstrasi di jalan-jalan Teheran dan menyebabkan krisis terbesar di Republik Islam Iran sejak revolusi yang terjadi 1979 lalu. Menurut keterangan resmi, setidaknya 20 orang tewas dan sejumlah besar lainnya luka-luka akibat bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan. Sementara itu, ratusan demonstran, aktivis politik dan wartawan ditangkap sejalan dengan upaya aparat kemanan untuk memukul mundur aksi protes.

Walaupun ada larangan, pengikut aksi protes yang menentang pemerintah berhasil mengadakan demonstrasi lebih banyak lagi. Kebanyakan demonstrasi itu diadakan dalam skala jauh lebih kecil. Tetapi tanggal 9 Juli lalu ribuan demonstran kembali turun ke jalan-jalan untuk memperingati perlawanan mahasiswa tahun 1999 lalu yang berakhir pada kerusuhan berdarah.

Pemerintah "Biadab"

Mahmud Ahmadinedschad
Mahmoud AhmadinejadFoto: AP

Menurut pihak oposisi, upacara peringatan tewasnya demonstran akan diadakan dalam keheningan. "Dalam upacara itu tidak akan ada pidato apapun, hanya akan berisi pembacaan Al Quran. Yang hadir akan diminta untuk memberikan penghormatan mereka tanpa mengatakan apapun," demikian dikatakan Mousavi dan Karroubi. Seruan mereka diberikan sehari setelah keduanya bergabung dengan mantan presiden Mohammad Khatami yang pro reformasi, dan mendesak kaum ulama Iran untuk mencegah tekanan oleh pemerintah terhadap demonstran yang ditangkap.

Mereka menuduh rejim yang berkuasa sekarang "biadab" dan menilai "metode interogasi pemerintah mengingatkan orang pada era Shah Mohammad Reza Pahlevi" yang digulingkan melalui revolusi Islam tahun 1979 lalu. Surat kabar Etemad yang pro reformasi melaporkan, dua demonstran meninggal dalam tahanan.

Kritik dari Kalangan Sendiri

Ketika lawan-lawan Ahmadinejad terus mendesak dengan upaya menggerakkan pendukung oposisi, sang presiden harus menghadapi serangan dari pendukung-pendukungnya. Mereka menuduh Ahmadinejad menentang pemimpin tertinggi Ayatullah Ali Khamenei, karena tidak memecat Esfandiar Rahim Mashaie dari jabatan wakil presiden pertama, segera setelah diperintahkan Khamenei 18 Juli lalu.

Ayatollah Ali Khamenei
Ayatullah Ali KhameneiFoto: AP

Kelompok mahasiswa konservatif yang menamakan diri Gerakan Mahasiswa Pencari Keadilan mendesak parlemen untuk bertanya kepada Ahmadinejad, mengapa ia tidak segera mematuhi perintah Khamenei. Kelompok itu mengatakan dalam wawancara dengan kantor berita ISNA, bahwa penolakan pemecatan Mashaie baru terjadi pertama kali dalam sejarah Iran setelah revolusi.

Menentang Khamenei

Hanya beberapa jam setelah Mashaie menyatakan pengunduran dirinya dari posisi wakil presiden pertama, Ahmadinejad memutuskan untuk menunjuk Mashaie sebagai kepala stafnya. Langkah ini juga dinilai sebagai pelanggaran atas keputusan pemimpin tertinggi Ali Khamenei oleh kelompok mahasiswa konservatif tersebut.

Dalam pernyataannya yang diberikan 18 Juli lalu, Khamenei mengatakan bahwa penunjukkan Mashaie akan menyebabkan "perpecahan dan frustasi di kalangan pendukung Ahmadinejad". Oleh sebab itu Khamenei mengatakan penunjukkan Mashaie harus dibatalkan. Esfandiar Rahim Mashaie menyebabkan kemarahan pendukung garis keras Iran, karena tahun lalu menyatakan bahwa Iran adalah "kawan rakyat Israel."


ML/EK/afp/dpa