1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia-Malaysia Sepakat Lawan Diskriminasi Sawit

9 Januari 2023

Indonesia dan Malaysia sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, sepakat untuk bekerja sama dalam memerangi "diskriminasi" terhadap komoditas sawit.

https://p.dw.com/p/4Ltcl
Indonesien, Bogor | Präsident Widodo und Malaysias Premierminister Ibrahim
Presiden Indonesia Joko Widodo bertemu dengan PM Malaysia, Senin (09/01)Foto: Willy Kurniawan/REUTERS

Indonesia dan Malaysia sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, Senin (09/01) sepakat untuk bekerja sama dalam memerangi "diskriminasi" terhadap komoditas sawit, seusai digelarnya pertemuan antara para pemimpin dari kedua negara itu.

Presiden Joko Widodo mengatakan, Indonesia dan Malaysia akan "melawan diskriminasi terhadap minyak kelapa sawit" dan "memperkuat kerja sama melalui Dewan Negara Penghasil Minyak Kelapa Sawit" untuk mengatasi masalah tersebut.

Pernyataan Presiden Indonesia Joko Widodo  tersebut disampaikan setelah Jokowi bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim, yang melakukan perjalanan luar negeri pertamanya sejak dia terpilih November lalu.

Seperti yang sudah diketahui, Uni Eropa telah berencana untuk menghapus bahan bakar berbasis minyak kelapa sawit pada tahun 2030 mendatang, karena dianggap sebagai salah satu faktor yang mendukung deforestasi.

Investasi lintas batas Indonesia-Malaysia

Dalam pertemuan bilateral tersebut, PM Malaysia Anwar Ibrahim dan Presiden Indonesia Jokowi juga menandatangani delapan nota kesepahaman (MoU) yang mencakup sektor perkapalan, pembiayaan ekspor-impor, energi hijau, dan pengembangan industri baterai. Menurut kedua pemimpin negara, aspek-aspek tersebut diyakini akan dapat memperdalam hubungan perdagangan dan investasi lintas batas di kedua negara.

Anwar Ibrahim dan Jokowi juga membahas rencana pengembangan ibu kota baru Indonesia, yaitu Nusantara di Kalimantan Timur. Dalam kesempatan itu, PM Malaysia dilaporkan menyerahkan 11 surat minat dari perusahaan-perusahaan Malaysia yang terkait dengan adanya kemungkinan investasi di Nusantara. 

Menurut Anwar Ibrahim, ibukota baru ini dapat meningkatkan pembangunan regional, termasuk dengan negara bagian Sabah dan Sarawak Malaysia, yang juga terletak di pulau Kalimantan.

"Kami berharap pengembangan ibu kota akan membawa manfaat yang lebih besar ke wilayah yang lebih luas, termasuk negara bagian Sabah dan Sarawak," pungkas PM Malaysia itu.

 

kp/as (Reuters)