1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialCina

Bisakah Generasi Muda Cina Hentikan Tren Penurunan Populasi?

William Yang
27 Januari 2023

Pemerintah Cina menawarkan berbagai insentif bagi kaum muda untuk berkeluarga dan punya lebih banyak anak. Tapi kebanyakan orang muda mengatakan mereka tidak punya rencana untuk memiliki anak karena berbagai alasan.

https://p.dw.com/p/4MmKJ
Foto ilustrasi keluarga dengan anak di Cina
Foto ilustrasi keluarga dengan anak di CinaFoto: Mark Schiefelbein/AP Photo/picture alliance

Pekan lalu, Cina mencatat penurunan populasi untuk pertama kalinya dalam 60 tahun, dengan proyeksi jangka panjang menunjukkan kecenderungan penurunan selama 30 tahun ke depan. Sebagai tanggapan, pemerintah meluncurkan berbagai langkah dalam upaya untuk meningkatkan angka kelahiran, termasuk menawarkan subsidi keuangan dan tunjangan lain untuk keluarga.

Namun, beberapa orang muda mengatakan kepada DW, mereka memiliki pandangan pesimistik tentang masa depan, dan ini tercermin dari perubahan sikap mereka terhadap pernikahan dan keluarga.

"Kaum muda di Cina umumnya merasa masa depannya suram dan hidup akan penuh tekanan," kata Emma Li, perempuan berusia 25 tahun yang tinggal di Shanghai. "Punya anak adalah sebuah pilihan yang akan menambah stres dalam hidup. Banyak dari kita yang memutuskan untuk menjadi 'generasi terakhir' dalam keluarga kita."

Dia mengatakan, berita statistik tentang penurunan populasi tidak mengubah pandangannya tentang berkeluarga. "Saya telah berdiskusi tentang pernikahan dan memiliki anak dengan banyak teman saya, dan banyak dari mereka tidak punya keinginan untuk mengikuti cara tradisional,” katanya kepada DW.

Prediksi perkembangan populasi beberapa negara dengan penduduk terbanyak
Prediksi perkembangan populasi beberapa negara dengan penduduk terbanyak

Apa yang menghalangi kaum muda berkeluarga?

Yang lain mengatakan, gaya hidup yang penuh tekanan dan tuntutan dalam kehidupan sehari-hari menghalangi mereka untuk memulai sebuah keluarga. "Jam kerja yang panjang, pekerjaan yang tidak memuaskan, dan tekanan untuk bertahan hidup dengan upah rendah selama inflasi membuat kami tidak mungkin membesarkan anak," kata Cynthia Liu, perempuan berusia 27 tahun yang tinggal di Beijing.

Yun Zhou, pengamat Cina dan asisten profesor sosiologi di University of Michigan mengatakan kepada DW, lebih banyak perempuan muda di Cina lebih fokus pada pengejaran karir dan kehidupan pribadinya. "Diskriminasi gender di pasar tenaga kerja Cina dan harapan luar biasa sebagai ibu bagi perempuan adalah kendala yang menghalangi mereka untuk menikah atau punya anak," katanya.

Penguncian selama pandemi corona dan peningkatan kontrol dari pihak berwenang, juga berdampak signifikan pada pandangan masyarakat tentang masa depan. "Penguncian berulang kali selama tiga tahun terakhir telah merugikan banyak orang, termasuk tabungan dan rasa aman mereka," kata Adam Wang, pria berusia 26 tahun yang tinggal di kota Tianjin.

"Pabrik dan perusahaan tidak dapat menawarkan tunjangan dasar bagi pekerjanya, sementara makin banyak orang bersaing untuk menjadi pegawai negeri, karena tingkat pengangguran kaum muda mencapai titik tertinggi baru selama pandemi," katanya kepada DW.

Setelah penguncian di kota-kota di seluruh Cina sejak 2020, jumlah warga antara usia 16 dan 24 yang menganggur naik menjadi 20 juta pada Desember 2022. Angka dari Biro Statistik Nasional menunjukkan bahwa tingkat pengangguran kaum muda telah mencapai 19,9 % pada Juli 2022.

Pandemi corona di Cina mengakibatkan pengangguran meningkat di kalangan muda
Pandemi corona di Cina mengakibatkan pengangguran meningkat di kalangan mudaFoto: Jade Gao/AFP/Getty Images

Insentif pemerintah kurang berhasil

Terakhir kali populasi Cina mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya adalah pada tahun 1961, ketika terjadi kelaparan hebat. Sekarang PBB memproyeksikan populasi Cina akan terus menurun sampai tahun 2050. Pemerintah telah meluncurkan serangkaian kebijakan untuk memberikan insentif kepada kaum muda agar memiliki lebih banyak anak. Di beberapa kota, pemerintah menjanjikan subsidi untuk keluarga dengan tiga anak, sementara kota lain memberikan subsidi untuk mendorong warga membeli rumah dan mendorong orang berkeluarga.

"Kota-kota kaya seperti Shenzhen dan Jinan telah menawarkan insentif sampai 20.000 yuan selama tiga tahun untuk keluarga yang punya tiga anak, tapi saya pikir hanya orang yang memang ingin punya lebih banyak anak yang akan mencoba mendapatkan subsidi itu, kata Cynthia Liu di Beijing kepada DW.

"Bagi perempuan yang tidak ingin punya anak lagi, mereka bisa dengan mudah mendapat lebih banyak uang dibanding tawaran insentif itu, dalam waktu hanya enam bulan. Di bagian lain Cina, otoritas lokal tidak menawarkan subsidi apa pun. Tindakan mereka mendorong orang untuk punya lebih banyak anak sebagian besar slogan-slogan kosong yang ditulis di dinding saja," tambah Liu.

Emma Li dari Shanghai mengatakan, banyak teman perempuannya yang juga belum menikah, dan anggota keluarganya berpendapat, pemerintah tidak memberi dukungan yang cukup untuk meyakinkan perempuan memiliki anak. "Saya pikir tingkat kesuburan di Cina akan terus menurun, tetapi dalam waktu dekat kualitas hidup anak muda akan meningkat, karena mereka memiliki lebih banyak sumber daya untuk dibelanjakan buat diri mereka sendiri," pungkasnya.

(hp/as)