1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TravelCina

Cina Kembali Membuka Perbatasannya, Pertama Kali Sejak 2020

Roshni Majumdar (Mizoram)
9 Januari 2023

Cina bersiap menerima lonjakan penumpang, terutama dari Hong Kong, setelah melonggarkan pembatasan perjalanan pada Minggu (08/01). Pelonggaran pembatasan perjalanan itu muncul di saat warga rayakan Tahun Baru Imlek.

https://p.dw.com/p/4LtEu
Ribuan warga melakukan perjalanan di seluruh China untuk melihat keluarga dan teman mereka usai negara melonggarkan protokol COVID-19 yang ketat.
Ribuan warga melakukan perjalanan di seluruh China untuk melihat keluarga dan teman mereka usai negara melonggarkan protokol COVID-19 yang ketat.Foto: Li Bo/Xinhua/picture alliance

Cina kembali membuka perbatasannya untuk pengunjung internasional pada hari Minggu (08/01), untuk pertama kalinya sejak Maret 2020.

Beijing sebelumnya menutup perbatasan untuk mengantisipasi pandemi virus korona, yang sebagian besar mempertahankan aturan karantina yang ketat untuk menjaga agar infeksi tidak menyebar ke seluruh negeri.

Tetapi pemerintah Cina telah membatalkan banyak tindakan ketat pada bulan lalu, menyusul gelombang protes terhadap apa yang disebut sebagai kebijakan nol COVID.

Sekarang, Cina juga sudah membuka diri bagi pengunjung, di mana orang-orang dari Hong Kong akan melintasi perbatasan untuk melihat keluarga mereka di Cina setelah terpisah hampir tiga tahun.

Penduduk dari Hong Kong, sebuah wilayah semi-otonom di Cina tenggara, yang kini dapat melintasi perbatasan ke Cina daratan adalah salah satu tanda pelonggaran pembatasan perjalanan yang paling terlihat di negara itu.

Pelonggaran pembatasan COVID-19 ini juga bertepatan dengan dimulainya Festival Musim Semi Tahun Baru Imlek di Cina.

Cina merayakan Tahun Baru Imlek

Tahun Baru Imlek dirayakan selama 40 hari, biasanya bersama keluarga, di seluruh negeri. Juga dikenal sebagai Tahun Baru Imlek, hari raya ini juga diperingati oleh masyarakat di negara-negara Asia lainnya.

Tahun ini, liburan Tahun Baru Imlek, atau "Chunyun" dalam bahasa Cina, secara resmi dimulai pada tanggal 21 Januari, dan akan menjadi yang pertama sejak tahun 2020 tanpa pembatasan perjalanan domestik.

Liburan ini dianggap sebagai salah satu yang tersibuk di planet ini sebelum COVID-19, dengan banyak warga Cina entah itu pulang dari tempat lain, atau justru bepergian di seluruh negeri untuk bertemu keluarga mereka.

Respons warga terkiat dibukanya perbatasan

"Sudah lebih dari tiga tahun sejak terakhir kali saya melihat orang tua saya, dan pembukaan kembali berarti keluarga kami akhirnya bisa bersatu kembali," kata Tony Wang, seorang mahasiswa asal Cina di Australia kepada DW.

"Kami telah merencanakan reuni keluarga sejak Beijing mengumumkan rencana untuk melonggarkan kontrol perbatasan bulan lalu, dan mudah-mudahan, kita semua bisa merayakan Tahun Baru Imlek dalam beberapa minggu," tambah Wang.

Ketika orang-orang mulai mengantre di Hong Kong guna melintasi perbatasan ke Cina untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun, beberapa orang justru bertanya-tanya tentang kemungkinan penyebaran COVID-19.

"Ketika pemerintah Cina gagal menahan pandemi COVID-19 dalam negeri, mereka tiba-tiba memutuskan untuk melonggarkannya dan sekarang akan menyebar ke Hong Kong dan seluruh dunia," kata seorang warga di Hong Kong kepada DW.

Warga yang bermarga Tsa itu menolak untuk mengungkapkan nama lengkapnya karena sifat sensitif dari topik tersebut.

Orang-orang menunggu untuk memasuki daratan Cina

Global Times, sebuah surat kabar Tiongkok berbahasa Inggris, mengutip seorang pejabat pelabuhan di Shenzhen, sebuah kota di perbatasan dengan Hong Kong, mengatakan bahwa sekitar 200 penumpang diperkirakan akan naik feri ke Hong Kong pada hari pertama pembukaan kembali.

Surat kabar itu melaporkan bahwa 700 lainnya sedang menunggu perjalanan dari Hong Kong ke daratan.

Media Hong Kong melaporkan bahwa 300.000 pemesanan perjalanan dari Hong Kong ke daratan Cina sudah ada, dengan batas harian ditetapkan 60.000.

Pengunjung internasional masih jarang

Meskipun Cina dibuka kembali pada hari Minggu (08/01), hanya sedikit penerbangan internasional yang mendarat di bandara-bandara utama Cina.

Shanghai, kota terbesar di Cina, merasakan penerbangan internasional pertama yang mendarat pagi ini di bawah kebijakan virus corona yang direvisi.

Cina tidak lagi mengharuskan orang untuk karantina, tetapi kedatangan internasional belum meningkat mengingat lonjakan infeksi COVID-19 di negara tersebut.

Portugal menjadi negara Eropa terbaru pada hari Sabtu (07/01) yang memperkenalkan persyaratan pengujian COVID-19 bagi orang-orang yang datang dari Cina.

Meskipun pelonggaran pembatasan dimaksudkan untuk menghidupkan kembali ekonomi Cina, pembukaan kembali yang kacau menandakan bahwa jalan menuju pemulihan akan lebih sulit karena orang-orang lebih berhati-hati tentang apa yang bakal terjadi di masa depan.

Seorang wanita Cina bermarga Liu mengatakan kepada DW bahwa meskipun berita tentang pembukaan kembali Cina menggembirakan, dia berpikir bahwa "pandemi telah merusak ekonomi Cina dan banyak orang masih berjuang secara finansial."

"Butuh beberapa saat bagi banyak orang untuk mengembalikan kehidupan mereka sehingga pulih lagi," tambahnya.

bh/gtp