1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bajak Laut Plastik Mendata Sampah di Sungai

11 September 2021

Lewat inisitiaf berburu sampah plastik di sungai seperti "Plastic Pirates" di Jerman atau “Plastic Origins” di Prancis, murid sekolah semakin sadar akan ancaman sampah plastik dan ikut menyelamatkan lingkungan.

https://p.dw.com/p/3yyjN
Gambar menunjukkan tumpukan sampah di lahan rumput
Tumpukan sampah di kawasan Brandenburg, JermanFoto: picture-alliance/dpa/P. Pleul

Lokasi idilis di kawasan sungai Ruhr di Jerman Barat hanya tampak cantik jika dilihat dari jauh. Kalau dilihat dari dekat, tampak banyak sampah.

Untuk mengatasi itu, Kevin serta Noel dan beberapa temannya datang untuk memancing. Tapi bukan memancing biasa. Mereka datang untuk memancing sampah. Sebagian besar adalah sampah plastik. Sampah botol gelas juga lumayan banyak. Para murid ini bersekolah di daerah itu, dan sedang ambil bagian dalam inisiatif yang disebut "Plastic Pirates" atau bajak laut plastik. Ini adalah proyek penelitian, di mana murid yang masih muda bisa bekerja seperti halnya ilmuwan muda. 

Mendata sampah untuk pembuatan peta

Mereka mengambil sampel air dan mengukur, menghitung dan mencatat jumlah sampah yang mereka keluarkan dari sungai dan tepian sungai. Para ilmuwan di Kiel kemudian menggunakan data itu untuk membuat peta sampah bagi sungai-sungai Jerman, dan mengkalkulasi seberapa banyak sampah sampai ke lautan.

Para guru sangat senang, jika bisa ikut memberikan inspirasi bagi anak-anak yang akan tumbuh jadi ilmuwan. “Ini hal yang juga penting bagi saya. Saya selalu merasa terganggu, jika saya melihat orang-orang membuang sampah sembarangan. Terutama jika mereka bersama anak kecil, dan harus memberikan contoh,” kata Ramona Petri, salah seorang guru mereka.

Pekerjaan “plastic pirates” menunjukkan bahwa rata-rata sepotong sampah bisa ditemukan di setiap dua meter, di sepanjang pingiran sungai di Jerman.  

Murid Sekolah Bantu Ilmuwan Tangani Sampah

Mencari asal sampah plastik

Prancis juga punya proyek yang bertujuan melacak sampah. Namanya “Plastic Origins” atau asal plastik. Proyek ini bahkan menggunakan inteligensia buatan dan sebuah aplikasi. 

“Kami ingin menggerakkan sebanyak mungkin relawan dan warga karena kami bisa ke sungai kemudian mengumpulkan data sambil mendayung kayak atau berjalan di sepanjang tepian sungai,” ungkap Antoine Bruge, pakar polusi plastik dari Surfrider Foundation Europe. “Dengan menggunakan data serta rekaman video, kita nantinya bisa menganalisa video, mendeteksi sampah dan menggunakan data untuk membuat peta polusi sampah di sungai.” 

Tujuan Plastic Origins adalah untuk mengusahakan peraturan lebih ketat terhadap sampah plastik, dan pembatasan bagi jumlah maksimum plastik di sungai-sungai Eropa. Peta sampah ditujukan untuk mengidentifikasi kawasan yang paling terpolusi. 

“Kami tahu, sebagian besar polusi yang kami temukan di laut diangkut oleh sungai. Tapi saat ini, kami tidak tahu, sungai mana yang paling terpolusi,” tutur Antoine Brugge

Mikroplastik masalah lebih besar lagi

Tapi aplikasi tidak bisa melacak mikroplastik. Di Jerman saja, 4 kilogram mikroplastik mendarat di alam setiap tahunnya. Sumber sampah utama adalah partikel dari ban kendaraan bermotor, sampah industri dan sampah rumah tangga. Sangat sulit bagi instalasi pembersihan air untuk menyaring semua partikel kecil itu. 

Para bajak laut plastik sepakat, masih banyak langkah yang harus diambil untuk memerangi polusi plastik. Hanya dalam dua jam di lokasi yang indah ini, mereka sudah menemukan lebih banyak sampah daripada yang bisa mereka angkat. (ml/ts)

Tim Schauenberg
Tim Schauenberg Salah satu reporter iklim DW, Tim Schauenberg berbasis di Brussels dan Münster.tim_schauen