1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

6 Tokoh Ini Dapat Gelar Pahlawan Nasional

9 November 2019

Presiden Joko Widodo memberikan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh yang terdiri dari anggota BPUPKI, dokter, hingga jurnalis perempuan.

https://p.dw.com/p/3ShGd
Indonesien Vereidigung Kabinett von Präsident Joko Widodo
Foto: Reuters/D. Whiteside

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh, yakni Abdul Kahar Mudzakkir, Alexander Andries (AA) Maramis, KH Masjkur, M Sardjito, Ruhana Kuddus, dan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi.

Pemberian gelar pahlawan nasional tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/TK/2019 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional tertanggal 7 November 2019 dan diberikan langsung kepada para ahli waris di Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/11).

Wakil Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Negara Jimly Asshiddiqie mengatakan, enam tokoh tersebut merupakan penyaringan dari 20 nama yang diajukan Kementerian Sosial. Keenam tokoh tersebut dipilih karena dianggap telah berjasa di bidang mereka masing-masing.

Dari Anggota BPUPKI ke Jurnalis Perempuan

Enam tokoh yang terpilih mendapatkan gelar pahlawan nasional terdiri dari dua anggota BPUPKI/PPKI, seorang sultan dari salah satu provinsi, seorang dokter yang berjasa di dunia pendidikan, dan seorang perempuan yang berjasa di bidang jurnalis dan pendidikan.

Abdul Kahar Mudzakkir dan KH Masjkur merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Kahar Mudzakkir yang lahir di Yogyakarta tahun 1908 dan wafat pada 2 Desember 1973 dikenal juga sebagai perintis Universitas Islam Indonesia (UII). Sementara Masjkur lahir di Desa Pagetan, Singosari, Malang, Jawa Timur pada 30 Desember 1902, dikenal sebagai tokoh dan ulama dari Nahdlatul Ulama (NU). Masjkur diketahui pernah menjabat sebagai Menteri Agama di tiga periode berbeda, yakni pada 1947-1949, 1949, dan 1953-1955.

Alexander Andries (AA) Maramis merupakan tokoh dari Sulawesi Utara yang pernah menjadi anggota BPUPKI dan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Pria kelahiran 20 Juni 1897 ini pernah menjadi Menteri Keuangan di empat periode berbeda, yakni pada 1945, 1947-1948, 1948, dan 1949. Ia juga pernah menjadi Menteri Luar Negeri pada 1948-1949. Setelahnya, AA Maramis menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Filipina, Jerman Barat, Uni Soviet, dan Finlandia.

M Sardjito merupakan perintis serta rektor pertama UGM pada 1950-1961, lalu menjabat sebagai rektor di UII pada 1961-1970. Selama ini, nama Sardjito juga telah diabadikan sebagai nama rumah sakit umum pusat di Yogyakarta.

Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi merupakan tokoh pertama dari Sulawesi Tenggara yang mendapat gelar pahlawan. Ia merupakan Sultan Buton selama dua kali masa jabatan, yakni sultan ke-20 (1752-1755) dan sultan ke-23 (1760-1763). Ia mendapat gelar pahlawan karena kegigihannya melawan penjajah Belanda di Tanah Air. Bahkan, ia sampai harus sempat turun tahta akibat perlawanannya dulu.

Baca Juga: Menyusuri Nama Termasyhur Dalam Lipatan Sejarah

Selain kelima tokoh di atas, terdapat seorang perempuan yang merupakan tokoh jurnalis perempuan pertama asal Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ia adalah Ruhana Kuddus, jurnalis perempuan pertama di Indonesia dan membuat surat kabar perempuan Soenting Melajoe yang terbit pertama kali pada 10 Juli 1912. Pengaruh lain dari surat kabar tersebut adalah keberadannya yang menjadi inspirasi bagi lahirnya surat kabar perempuan yang lain. Tidak itu saja, beberapa tulisan Ruhana juga diterbitkan dalam beberapa surat kabar yang lain, baik di Sumatera atau di Pulau Jawa, di antaranya dalam Poeteri Hindia.

Ruhana memiliki ide dan gagasan yang orisinil, membuat organisasi dan kemudian mendirikan sekolah khusus untuk anak perempuan adalah sebuah gagasan yang betul-betul baru pada saat dia lontarkan. Ruhana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) pada tanggal 11 Februari 1911. Sekolah tersebut ditujukan untuk anak-anak perempuan dan akan dididik dengan sejumlah pengajaran berupa kerajinan tangan, tulis baca huruf arab dan latin, pendidikan rohani, dan keterampilan rumah tangga. ha/gtp (berbagai sumber)