1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

230910 China Japan Beziehungen

23 September 2010

Hubungan antara Jepang-Cina dalam lima tahun terakhir tidak pernah seburuk saat ini. Ketegangan antara kedua negara ini timbul setelah insiden tabrakan kapal nelayan Cina dan kapal petugas keamanan Jepang.

https://p.dw.com/p/PKU6
Demonstrasi anti Jepang di Hongkong, menyusul sengketa maritim antara Cina-JepangFoto: AP

Tahun 2009 lalu, Cina untuk pertama kalinya menjadi mitra dagang terpenting Jepang. 19 persen ekspor Jepang ditujukan untuk Cina. Dalam suatu jajak pendapat baru-baru ini, warga Cina mengatakan bahwa mereka mengaitkan Jepang dengan produksi peralatan elektronik untuk rumah tangga. Sebaliknya, Cina mengekspor 22 persen dari keseluruhan volume ekspornya ke Jepang. Sejak Agustus lalu, Cina resmi menduduki peringkat ke dua ekonomi besar dunia, setelah AS dan di atas Jepang.

Awal tahun 2010, Ma Jiantang, pakar statistik Cina mengatakan, "Apakah produk domestik bruto kita akan kalah dengan Jepang, dan posisi mana yang akan diduduki Cina dalam perbandingan internasional, itu semua bisa dilihat di statistik. Tapi terlepas dari peringkat Cina: kita harus menyadari bahwa penghasilan per kapita Cina masih rendah, Cina penduduknya sangat banyak tapi sumber daya alamnya sedikit sekali."

Mengingat hal ini, kebekuan hubungan antara Beijing dan Tokyo bisa memperuncing masalahnya. Sengketa maritim yang mengeruhkan hubungan keduanya juga terkait dengan masalah kepulauan di Laut Cina Timur yang kaya akan sumber daya alam gas. Tahun 2008, Cina dan Jepang menyepakati bahwa kedua negara melakukan eksploitasi bersama ladang gas tersebut. Sekitar lima persen volume penambangan perusahaan energi negara Cina (CNOOC) dihasilkan oleh ladang gas ini. Jepang kuatir, bahwa Cina juga menambang gas di kawasan perairan Jepang. Kedua mitra dagang ini memang tidak seratus persen saling mempercayai - meski 30.000 lebih perusahaan Jepang berinvestasi di Cina.

Menurut sebuah studi Organisasi Ekspor Impor Jepang, keuntungan perusahaan Jepang di Cina terus menyusut dalam lima tahun terakhir. Meski begitu, 60 persen perusahaan yang ditanyai mengaku siap untuk berinvestasi lebih banyak di Cina. Dan Christian Geltinger, pakar ekonomi Jerman yang bekerja di Tokyo memperkirakan bahwa kebekuan hubungan antar kedua negara Asia itu tidak akan berimbas pada volume investasi ini.

Astrid Freyeisen/Ziphora Robina
Editor: Yuniman Farid