1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masalah Bisnis Eropa di Cina

30 Mei 2012

Hambatan pasar, birokrasi rumit, dan biaya yang semakin meningkat membuat perusahaan Eropa di Cina kewalahan. Mereka mengancam berbisnis di negara lain.

https://p.dw.com/p/154WQ
Foto: Fotolia/philipus

Perusahaan Eropa di Cina sudah terbiasa dengan berbagai 'kejutan' yang terjadi saat berbisnis. Namun, dimulainya kewajiban asuransi sosial secara mendadak dipandang sebagai demonstrasi kekuasaan birokrasi pemerintah setempat. "Kami tiba-tiba dikabari tanpa ada informasi sebelumnya", kritik ketua kamar dagang Eropa di Cina, Davide Cucino. Perusahaan bahkan tidak punya waktu untuk merancang anggaran rumah tangga baru.

Kini mereka harus membayar lebih dari 400 Euro per bulan bagi pegawai asing di Cina untuk asuransi pensiun, kesehatan, kecelakaan, pengangguran dan kehamilan. Para pekerja harus membayarkan 150 Euro tambahan. Kewajiban membayar ini tidak mempedulikan fakta, bahwa warga asing memiliki sistem asuransi yang berbeda dan mungkin tidak akan atau tidak dapat mengklaim layanan jasa yang ditawarkan.

Hanya perusahaan Jerman dan Korea Selatan yang terbebas dari kewajiban tersbeut karena kesepakatan bilateral. Setidaknya, jika para pekerja di negara asal juga memiliki asuransi sosial.

Tarik bayaran tanpa imbalan

"Ada lagi peraturan yang mengharuskan kami membayar untuk enam, tujuh bulan yang telah lewat", ujar Cucino. Anehnya, walau warga asing sekarang membayar untuk jaminan hari tua dan tunjangan pengangguran, tetap saja mereka harus meninggalkan Cina kalau tidak lagi memiliki pekerjaan atau memasuki masa pensiun.

Ditambah lagi, pengobatan di klinik dengan standar internasional tidak termasuk dalam asuransi. Hasil jajak pendapat baru kamar dagang Uni Eropa menunjukkan, perusahaan asing di Cina merasa diperlakukan secara tidak adil. Cucino menilia situasinya gawat, karena lebih dari 20 persen perusahaan asing di Cina, mempertimbangkan untuk memindahkan investasi ke negara lain.

Investasi diteruskan walau jengkel

Alasan yang digunakan khususnya ketidakjelasan masalah hukum di Cina. "Jika politik Cina tidak memenuhi tuntutan dasar sebuah negara hukum, maka akan sulit bagi perusahaan untuk bertahan di negara ini atau berinvestasi lebih banyak", tegas Cucino.

Ia juga menuntut diakhirinya diskriminasi perusahaan asing dan diterapkannya persaingan bebas. Cina harus membuka sektor keuangan dan cabang ekonomi strategis, dimana warga asing tidak boleh berinvestasi, sementara perusahaan Cina tidak memiliki masalah tersebut di Eropa.

Tapi sepertinya, peringatan Cucino tidak begitu serius. Karena dalam jajak pendapat yang sama juga dikatakan, betapa pentingnya Cina bagi ekonomi Eropa yang tengah dilanda krisis. Sejak 2009 jumlah perusahaan yang meraup pendapatan global lebih dari 10 persen di Cina, meningkat 50 persen. Sekitar 75 persen perusahaan mengatakan, Cina semakin penting bagi strategi globalnya. Jadi, walau merasa kesal dan diperlakukan tidak adil, sebagian besar perusahaan tetap akan berinvestasi di Cina.

Andreas Landwehr / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Agus Setiawan