1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Antara Gencatan Senjata dan Eskalasi Lanjutan

Naomi Conrad21 November 2012

Gaza masih membara. Sementara Mesir, Turki dan PBB mendesak pemberlakuan gencatan senjata. Perundingan antara Israel dan Hamas di Mesir belum membuahkan hasil. Agenda pembahasan tidak menyentuh solusi jangka panjang

https://p.dw.com/p/16mwQ
Foto: Reuters

24, maksimal 48 jam para penguasa di Kairo punya waktu untuk menegosiasikan gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Ini pendapat Yossi Mekelberg dari Think Thank "Chatham House". "Kalau tidak, konflik akan menjadi perang sungguhan." Artinya: Israel mengirim pasukan darat ke Gaza. "Maka akan jatuh banyak korban." Mekelberg khawatir. Banyak tentara yang sudah ditempatkan ke perbatasan Gaza.

Sementara itu pertempuran di Gaza berlanjut. "Anda dengar itu? Ada roket yang sedang melintas di atas rumah saya", kata Omar Shaban. Shaban direktur Pal Think, organisasi di Gaza. Ia sejak berhari-hari tidak meninggalkan rumahnya di Gaza City.

Shaban khawatir tidak tercapai kesepakatan, tapi fakta bahwa kedua pihak bersedia berunding menunjukkan bahwa eskalasi menurun.

Peran penting Mesir

Di Kairo perwakilan kedua pihak bernegosiasi sejak akhir pekan dengan perwakilan dari Mesir, Qatar dan Turki. "Israel tegaskan masalah keamanan. Mereka tidak ingin ada roket lagi yang diluncurkan dari Gaza ke Israel. Hamas butuh jaminan, bahwa Israel melonggarkan pemblokiran dan membukan perbatasan antara Gaza dan dunia", kata Meckelberg.

Gaza Israel Panzer Soldat 19.11.12
Bertempur di perbatasanFoto: Getty Images

Mediator negosiasi digawangi perwakilan pemerintahan Mesir dan diduking Qatar. Karena: "Mesir punya kemampuan politik dan Qatar sarana keuangan", jelas Meckelberg. Jika perundingan berhasil, maka posisi Mesir yang beberapa kali membantu upaya gencatan senjata antara Hamas dan Israel akan semakin kuat. "Ini bisa jadi terobosan bagi Presiden Mesir Mohamed Morsi sebagai 'perantara perdamaian' di kawasan tersebut," Mekelberg menambahkan.

Mesir, Turki, dan Qatar tidak punya pilihan lain, selain memegang peran utama. "AS menarik diri, karena cepat atau lambat mereka harus menekan Israel", kata Yezid Sayigh dari Carnegie Middle East Centre di Beirut.

PBB hanya bermain sebagai tokoh sampingan

Sekjen PBB Ban Ki Moon juga hadir dalam pertemuan di Kairo. Namun, Sayigh berpendapat PBB tetap tidak akan berperan besar, selama AS tidak semakin melibatkan diri. PBB hanya punya kekuasaan yang diberikan oleh anggotanya. "Sebagian besar tidak terlibat dan masih terbelah dengan situasi di Suriah." Sayigh yakin, PBB juga akan mendukung rencana yang diusulkan Mesir.

Omar Shahan juga yakin, PBB tidak bisa berbuat banyak. "PBB tidak punya pengaruh besar pada Hamas. Antara lain karena Ban Ki Moon baru dua kali datang ke Gaza." Shahan juga lebih percaya pada Mesir dan Qatar.

Tidak ada yang menginginkan perang

Jadi tergantung kekuasaan regional, khususnya Mesir, untuk mengakhiri pertempuran. Mekelberg dan Shahan berpendapat, Mesir juga sadar akan pentingnya peran mereka.

Perang tidak diinginkan di kawasan tersebut. Warga Gaza tidak menginginkannya, begitu juga warga Mesir, "yang bermasalah dengan politik dalam negeri", ujar Melkeberg.

Israel juga tidak ingin perang, kata mantan duta besar Israel di Jerman Avi Primor dalam wawancara dengan WDR, "kami tahu dampaknya akan buruk bagi semua pihak." Perang di Gaza hanya akan memberikan ketenangan sementara bagi Israel.

Gaza Israel Flagge wird gehisst
Hamas naik daun? Fatah hampir tidak terdengar dalam perundinganFoto: Reuters

Gencatan senjata bukan solusi jangka panjang

Gencatan senjata hanya bersifat sementara. Ini diyakini Omar Shaban. "Saya tidak yakin, gencatan senjata akan bertahan lama, kecuali ada solusi politik nyata dari konflik Timur Tengah." Ia mendukung agar Amerika Serikat dan Eropa kembali duduk bersama dan membahas rencana perdamaian.

Namun, Shaban khawatir, kelompok militan Salafi yang semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir di Gaza bisa tidak terkendalikan saat gencatan senjata berlangsung. "Selama ini Hamas berhasil mengendalikan mereka." Untuk lebih kuat memerangi kelompok radikal di masa depan, Hamas butuh kesepakatan dengan Israel yang hanya membolehkan kedua pihak untuk menyerang sasaran militer.

Sayigh dari Carnegie Centre menambahkan: "Kemudian Hamas bisa bilang "Kami punya kesepakatan ini dengan Israel, kalian harus menepatinya juga."

Mekelberg juga yakin, gencatan senjata hanya solusi interim. "Mungkin kedua pihak akhirnya sadar bahwa hidup di Gaza jadi lebih nyaman dan Israel Selatan harus lebih aman." Ini langkah pertama menuju proses politik yang dibutuhkan segera oleh Timur tengah.