1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kubah Besi di Langit Israel

20 November 2012

Sistem pertahanan udara milik Israel sukses melindungi negeri itu dari serangan roket Hamas. Sejauh ini "Iron Dome" memiliki kuota keberhasilan sebesar 90 persen. Kendati begitu wilayah perbatasan masih menyimpan ancaman

https://p.dw.com/p/16mAa
Foto: Reuters

Sejak beberapa hari lalu nama Amir Peretz kembali menjadi buah bibir di Tel Aviv. Bekas menteri pertahanan Israel di era Ehud Olmert itu sebenarnya bukan sosok yang populer. Namun politisi yang lahir di Maroko 60 tahun lalu itu bisa berharap menorehkan kisah yang lebih baik dalam sejarah Israel, ketimbang petualangan militernya di Libanon 2006 silam yang hingga kini masih mengundang cibiran dari penduduk sendiri.

Peretz dianggap sebagai figur yang memperjuangkan sistem pertahanan udara "Iron Dome" yang berhasil melindungi negeri Yahudi itu dari hujan roket Hamas sepanjang akhir pekan terakhir.

Sistem tersebut mampu melacak dan melumpuhkan rudal jarak pendek atau tembakan mortir dalam jarak hingga 70 kilometer. Selama eskalasi ketegangan beberapa hari lalu, "Iron Dome" berhasil menghancurkan 222 roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza. Kuota keberhasilannya diklaim mencapai 90 persen.

Mobilitas Menjamin Keberhasilan

Pada akhir pekan kemarin militer mulai menambahkan instalasi rudal anti udara itu di berbagai tempat. Pemerintah mengklaim, pihaknya membutuhkan sedikitnya 13 stasiun peluncuran untuk dapat melindungi seluruh kawasan Israel. Terakhir, "Iron Dome" dipasang di kawasan Hatikva, di dekat Tel Aviv. Harian "Haaretz" melaporkan, aksi tersebut segera mendapat sambutan oleh penduduk yang setelah adanya "Iron Dome", "tidak takut" oleh serangan roket Hamas.

Kendati begitu, minimnya jumlah stasiun peluncuran yang ada membuat kota-kota besar dan kawasan perbatasan masih menjadi sasaran empuk roket-roket Hamas.

Keunggulan "Iron Dome" terutama terletak pada mobilitasnya yang tinggi. Setiap unit terdiri atas radar yang mendeteksi ancaman, sebuah mesin kontrol yang mengukur posisi roket dan arah terbangnya serta tiga alat peluncur yang masing-masing dilengkapi dengan 20 rudal.

Sistem ini dapat berpindah tempat dalam hitungan jam. Rudal yang digunakan menurut analis keamanan di IHS Jane's, bernama Tamir yang memiliki panjang tiga meter dengan diameter 15 cm dan berat 90 kilogramm. Harian Jerusalem Post melaporkan, satu unit "Iron Dome" dapat melindungi kawasan seluas 150 kilometer persegi.

Setiap unit dibanderol seharga 50 juta US-Dollar atau sekitar setengah trilyun rupiah. Menurut laporan kantor berita Reuters, satu kali peluncuran roket membutuhkan biaya sekitar 25.000 US Dollar. Beberapa laporan bahkan menyebutkan angka 50.000 US Dollar.

Menghalau Rudal Iran

Pemerintah Israel mengalokasikan anggaran sebesar satu milyar US Dollar untuk pengembangan sistem tersebut. Amerika Serikat antara lain memberikan dukungan finansial sebesar 70 juta US Dollar. Presiden Barack Obama pernah memuji sistem tersebut karena dianggap krusial untuk keamanan Israel. "Tidak ada satupun negara yang mentolelir hujan roket terhadap warganya sendiri," kata Obama.

Momok terbesar bagi Israel adalah roket Fajr 5 yang diklaim oleh Hamas telah berulangkali ditembakkan ke arah Tel Aviv. Roket yang dikembangkan Iran itu memiliki jangkauan 75 kilometer dan mampu membawa hulu ledak seberat 175 kilogramm. Fajr-5 adalah senjata termutakhir yang dimiliki Hamas saat ini.

Israel mengklaim, sejak beberapa tahun terakhir Teheran memasok Hamas dan Gerakan Jihad Islam dengan belasan roket artileri yang lahir di Cina tersebut. Roket-roket tersebut diselundupkan melalui terowongan rahasia di Mesir.

Pemerintah Teheran sebaliknya menepis tuduhan membantu Hamas. "Kelompok perlawanan Palestina tidak membutuhkan bantuan dari luar," kata Alaeddin Boroujerdi, Ketua Komisi urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional di Parlemen.

rzn/vlz (rtr/ap/afp)