1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

25 Tahun "Senin Hitam" Wall Street

Miriam Braun19 Oktober 2012

19 Oktober 1987 bursa di Wall Street runtuh dalam kurun waktu satu hari. Penyebab keruntuhan diperdebatkan. Kejadian ini dikenal sebagai "Black Monday" atau Senin Hitam.

https://p.dw.com/p/16T6v
Foto: MARIA R. BASTONE/AFP/Getty Images

Louis Sulsenti mengingat apa yang terjadi 25 tahun yang lalu saat Senin Hitam melanda pasar bursa. Saat itu ia masih menjadi pialang muda berusia 20an dan masih baru di industri keuangan. "Saya dulu yang mengerjakan semuanya", kata Sulsenti. "Saya juga bertugas menyampaikan pesanan dari lantai bursa di bawah kepada pimpinan bursa di kantor-kantor atas."

"Harga yang tidak masuk akal“

Suasana berubah secara tiba-tiba. Order untuk menjual terus datang tanpa henti. Bursa Wall Street runtuh. "Saya masih ingat, saya harus menjual 300.000 saham. Demikian perintah dari atas", kata Sulsenti. Jumlah pastinya ia tidak ingat lagi. "Sekitar 50.000 saham untuk 40 Dollar, lalu 50.000 untuk 30 Dollar, dan 100.000 untuk 28 Dollar. Harga yang tidak masuk akal."

Sebenarnya pada 1987 index saham gabungan "Dow Jones" mengalami tahun yang baik. Beberapa bulan sebelum Senin Hitam, indeks sahamnya meningkat. Bahkan di bulan Agustus naik 15 persen hingga mencapai 2700 poin.

Beberapa minggu menjelang keruntuhan, poinnya merosot drastis ke kisaran 2200 poin. "Kehilangan 500 poin menyebabkan laba tahunan yang diperoleh hilang saat Senin Hitam", ujar Richard Sylla pakar sejarah keuangan di Universitas New York.

Wall Street New York Schild Wegweiser
Senin Hitam hari tidak terlupakan di Wall StreetFoto: Fotolia/Stuart Monk

Kekacauan yang terorganisir

Dalam satu hari, harga saham Dow Jones jatuh hingga 22.6 persen. Ini penurunan harga dalam sehari yang paling drastis dalam sejarah. "Bagi saya yang orang baru di lantai bursa, rasanya seperti kiamat", cerita pialang Louis Sulsenti. "Saya pikir, ini akhir dari pasar bursa dan perdagangan saham. Kacau sekali, namun masih terorganisir."

Hingga kini masih tidak jelas apa penyebab keruntuhan bursa tersebut. Pakar sejarah keuangan Sylla mengatakan, selain perkembangan keuangan global teknologi baru yang digunakan juga memainkan peranan.

"Pengamanan strategi portfolio seharusnya melindungi pemegang portfolio saham besar dari kerugian yang terlalu besar. Sayangnya, sistem akan menjual saham secara otomatis, jika kurs jatuh, seperti yang terjadi pada keruntuhan bursa. Jadi metode yang seharusnya memastikan penjualan berjalan lebih aman, pada akhirnya merugikan para pemilik saham."

Pasar keuangan pemegang kendali

Mantan Gubernur Bank Sentral AS Alan Greenspan dulu baru menjabat beberapa hari. Saat Senin Hitam dia tengah dalam penerbangan menuju Texas. Setelah mendarat, Greenspan segera menyetujui penurunan indeks saham dan pelonggaran politik keuangan.

Dow Jones / New York / Wall Street
Dow Jones bangkit dengan cepat setelah Senin HitamFoto: dapd

"Bank Sentral berbicara dengan bank-bank New York dan menjelaskan, bahwa broker di Wall Street membutuhkan uang secepatnya karena terjadi keruntuhan", jelas Sylla. "Bank memberikan kredit bagi perusahaan pialang dan Bank Sentral memastikan melalui politiknya, bahwa bank memiliki dana cukup untuk melakukannya."

Setelah keruntuhan bursa, tidak terjadi 'depresi' maupun 'resesi'. Tidak seperti pada keruntuhan lain, Dow Jones bangkit kembali dan bahkan mengalami kenaikan tiga persen di akhir tahun.

Louis Sulsenti merasa bersykur bisa mengalami Senin Hitam. Ia belajar banyak dari peristiwa tersebut. "Pasar keuangan adalah bosnya. Tidak ada bos lain", ujar pialang tersebut. Memang ada beberapa pandangan tentang keuangan, saham atau perusahaan. "Tapi pada akhirnya, hanya pasar yang bisa menentukan haluannya."