1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikEropa

Zelenskyy: Ratusan Warga Sipil Dievakuasi dari Mariupol

2 Mei 2022

Puluhan warga sipil telah dievakuasi dari bunker pabrik baja Azovstal di Mariupol, kata Presiden Ukraina. Sementara itu, belasan ribu tentara dari 20 negara NATO telah dimulai di Polandia.

https://p.dw.com/p/4AhGk
Warga sipil yang meninggalkan daerah dekat pabrik baja Azovstal di Mariupol berjalan kaki ditemani oleh staf PBB
Wanita dan anak-anak termasuk di antara mereka yang tiba di pusat akomodasi sementara yang terletak di sebelah timur kota MariupolFoto: Alexander Ermochenko/REUTERS

Baerbock: Rusia tidak boleh lagi mengobarkan perang agresi 

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan sanksi Barat ditujukan untuk melemahkan ekonomi Rusia sehingga tidak dapat memulai perang lagi.

"Tentu saja saya ingin Rusia tidak pernah lagi mengobarkan perang agresi yang melanggar hukum internasional," kata Baerbock kepada penyiar publik Jerman, ARD, Minggu (01/05).

"Melalui sanksi ini, kami memastikan bahwa aksi militer lebih lanjut di wilayah lain tidak akan mungkin dilakukan."

Lavrov: Rusia berkomitmen untuk menghindari perang nuklir

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan kepada televisi Italia bahwa Moskow berkomitmen untuk mencegah perang nuklir dari awal.

"Media Barat salah menggambarkan ancaman Rusia,” kata Lavrov. "Rusia tidak pernah mengganggu upaya untuk mencapai kesepakatan yang menjamin tidak berkembang ke arah perang nuklir."

Zelenskyy: Sekitar 100 warga sipil dievakuasi dari Mariupol

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan kelompok pertama sekitar 100 warga sipil telah meninggalkan pabrik baja Azovstal di kota pelabuhan Mariupol.

"Evakuasi warga sipil dari Azovstal dimulai. Kelompok pertama yang terdiri dari sekitar 100 orang sudah menuju ke daerah yang dikendalikan. Besok kita akan menemui mereka di Zaporizhzhia," bunyi cuitannya. Zaporizhzhia yang dikuasai Ukraina terletak sekitar 220 kilometer di barat laut Mariupol.

PBB sebelumnya telah mengkonfirmasi proses evakuasi sedang berlangsung di pabrik yang terkepung, yang diyakini menjadi persembunyian sekitar 1.000 warga sipil.

PBB mengonfirmasi proses evakuasi pabrik baja Mariupol

Juru bicara PBB mengonfirmasi bahwa evakuasi warga sipil yang terperangkap di pabrik baja Azovstal sedang berlangsung.

"PBB menegaskan bahwa operasi lintas yang aman sedang berlangsung di pabrik baja Azovstal, berkoordinasi dengan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dan pihak-pihak yang berkonflik," kata juru bicara Jens Laerke.

Konfirmasi itu muncul setelah seorang fotografer kantor berita Reuters mendokumentasikan kedatangan warga sipil di area tempat tinggal sementara yang terletak di sebelah timur kota pelabuhan. Reuters melaporkan setidaknya 40 orang telah dievakuasi.

Sekitar 1.000 warga sipil diperkirakan bersembunyi di bunker pabrik bersama dengan sejumlah pejuang Ukraina yang tidak diketahui jumlahnya. Selama berminggu-minggu, komunitas internasional telah mendesak agar koridor kemanusiaan dibentuk untuk memungkinkan warga sipil meninggalkan lokasi perang tersebut.

Warga sipil meninggalkan daerah dekat pabrik baja Azovstal
Warga sipil didampingi oleh pasukan pro-Rusia serta Palang Merah dan staf PBBFoto: Alexander Ermochenko/REUTERS

Latihan NATO dimulai di Polandia

Latihan yang melibatkan lebih dari 18.000 tentara dari 20 negara NATO telah dimulai di sayap timur aliansi militer itu, kata angkatan bersenjata Polandia pada Minggu (01/05).

Latihan Defender Europe 2022 dan Swift Response 2022 berlangsung di bawah bayang-bayang perang di Ukraina dan dijadwalkan berlangsung mulai tanggal 1 hingga 27 Mei 2022. Militer Polandia menekankan bahwa latihan NATO adalah kegiatan biasa dan tidak ditujukan ke negara mana pun atau berkaitan dengan "situasi geopolitik saat ini" di wilayah tersebut.

Pejabat Polandia mendesak masyarakat untuk tidak mempublikasikan gambar atau video kendaraan militer yang akan bergerak melalui negara tersebut selama beberapa minggu ke depan, dengan mengatakan bahwa hal itu berpotensi membahayakan keamanan aliansi.

bh/ha (AP, dpa, AFP, Reuters)