1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialEropa

Menanti Kelahiran Bayi di Tengah Invasi Rusia

27 Februari 2022

Istri YouTuber Indonesia di Ukraina, Benni Sitanggang tengah hamil sembilan bulan. Di tengah operasi militer Rusia ke Ukraina ini, pria asal Parapat, Sumatera Utara ini berbagi kecemasan dan harapan.

https://p.dw.com/p/47fUs
Tak bisa mengungsi karena mannti kelahiran
Benni SItanggang dan istri, TaniaFoto: privat

Malam (24/02) mencekam di Ternopil, Ukraina, kota yang terletak sekitar lima jam berkendara ke ibu kota Ukraina, Kiev. Invasi Rusia ke Ukraina membuat banyak warga ketar-ketir tak bisa tidur nyenyak. Benni Sitanggang warga Indonesia, yang tinggal di Terponil, Ukraina tak mau ambil langkah gegabah menuju ke ibu kota, untuk bergabung dengan WNI lainnya di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), sebab istrinya, Tania tengah mengandung sembilan bulan. Menurutnya, terlalu berisiko karena bahaya mengintai.

"Alarm juga pukul 23:42, itu kita sudah mau tidur. Ada alarm bahwa akan ada serangan udara, jadi kita panik terus kita kumpulkan semua, kita tunggu orang-orang sudah pada pergi ke bungker yang sudah ditunjuk pemerintah setempat,ke mana kalau ada terjadi apa-apa seperti itu," demikian Benni menceritakan keadaannya malam itu.

 "Kita tunggu situasinya di rumah, jadi setelah beberapa jam, belum ada terjadi apa-apa. Istri, mertua, semua saya suruh tidur saja, jadi Saya menunggu sampai kira-kira pukul lima pagi dan setelah pukul 05.30 saya tidur itu, jadi tidak ada apa-apa sampai sekarang, puji Tuhan," ucapnya lega. "Istri sekarang sedang hamil, dan itu risikonya berat sekali untuk pergi membawa istri yang sudah hamil sembilan bulan. Jadi saya memutuskan untuk diam di sini bersama mereka," tandas pria asal Sumatera Utara itu.

Di setiap kota di Ukraina, pemerintah menyediakan bungker untuk berlindung jika terjadi serangan, ungkap Benni. Pemerintah juga sudah memberikan peta-peta kepada warganya di mana saja lokasi persembunyian jika marabahaya tiba.

Persediaan makanan

Sebelum invasi terjadi, para warga telah berburu makanan untuk disimpan baik di bungker maupun di rumah. Benni pun mempersiapkan keluarganya dengan kebutuhan pokok. "Jadi ada beberapa "pembelian panik” juga di sini, sudah mulai. Jadi, beras sudah mulai cepat habis. Pokoknya makanan yang untuk disimpan di bungker, karena orang-orang sudah banyak beli makanan, susu, beras, tapi buah-buahan tidak terlalu (diburu), sama seperti sayuran, karena mereka biasanya sudah menyimpannya di stoples, dijadikan semacam acar, yang diawetkan. Juga makanan kaleng," ungkap Benni.

"Puji Tuhan, kami masih bisa dapat belanja, karena di dekat di sini ada toko. Karena di tempat kami sekarang, belum benar-benar terkena, mudah-mudahan sampai ke depannya tidak kena," harap pria asal Parapat ini. Mertuanya yang ikut bergabung di rumahnya juga membawa makanan tambahan. "Yang saya beli kebanyakan nasi dan oatmeal."

YouTuber itu menceritakan, di kotanya masih ada keluarga-keluarga lain yang kekurangan makanan.  Namun solidaritas warga membantu meringankan kesulitan. Misalnya ada komunitas-komunitas pemuda yang membantu para orang lanjut usia yang tidak bisa keluar mencari atau membeli makanan. Para pemuda itu berusaha menyuplai makanan bagi mereka.

Di tengah kondisi yang tak menentu saat ini, Benni berusaha sekuat mungkin tidak panik, tapi tetap waspada.  "Karena kalau kita nanti sudah terlalu panik, untuk pergi istilahnya melarikan diri atau ke tempat aman, jadi bingung  kalau kita panik, jadi saya mencoba untuk tenang apalagi situasi istri saya hamil, jadi saya harus tetap tenang supaya dia juga tetap tenang," tambah ayah satu anak ini. Ia pun bersyukur para dokter dan rumah sakit masih beroperasi di kotanya.

Tawaran bantuan 

Secara berkala Benni mengadakan kontak komunikasi dengan pihak KBRI maupun WNI lainnya. "Para WNI aman di KBRI. KBRI sedang berusaha mengumpulkan semua warga dan pesan KBRI itu juga agar warga tetap tenang, jangan panik karena, panik itu membuat kita jadi susah untuk berpikir. Jadi ,sejauh ini para WNI masih aman semua," ucapnya lega.

Banyak kawan dan keluarga di luar Ukraina telah menawarkan bantuan untuk menampung Benni dan keluarganya. Namun kembali lagi Benni mempertimbangkan risiko bagi istrinya yang hampir melahirkan. "Banyak ya keluarga, teman di Denmark, Jerman, di Belanda, menyarankan "Ke rumah saya aja dahulu, ke rumah saya aja dahulu". kita mau, tapi situasinya sekarang istri hamil, jadi risikonya itu berat sekali. Jadi kita menunggu, rencananya  biar istri melahirkan dahulu, jika sudah pemulihan, bayi sudah kuat, istri juga sudah pulih, kita berencana untuk keluar dari Ukraina untuk sementara, jika kondisi semakin memanas lagi," pungkasnya.

Pihak KBRI di Kiev menjadi tempat perlindungan sebagaian warga Indonesia di Ukraina. Bagi mereka yang tidak bisa menuju ke KBRI seperti Benni, kontak komunikasi pun terus dilakukan. Berbagai strategi pengamanan dipersiapkan di antaranya dengan kemungkinan evakuasi ke negara-negara tetangga. Diungkapkan Vanda Sakina dalam tayangan Instastory-nya, pemerintah berusaha memastikan warganya untuk bisa melalui titik-titik aman menuju perbatasan. Namun karena kini diberlakukan jam malam hingga Senin (28/02), maka belum bisa evakuasi. Hingga akhir pekan, suara-suara tembakan dan ledakan masih terdengar di sekitar area KBRI di Kiev.