1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Wabah Meroket, Cina Gunakan CT Scan Untuk Deteksi COVID-19

13 Februari 2020

Cina mencatat jumlah pasien terinfeksi dan angka kematian tertinggi yang pernah terjadi dalam satu hari akibat virus corona jenis baru COVID-19.

https://p.dw.com/p/3XhYX
Petugas medis mengantar seorang pasien terineksi virus corona ke rumah sakit
Foto: picture-alliance/Photoshot/Xiao Yijiu

Pejabat kesehatan provinsi Hubei mengumumkan sebuah rekor baru pada Kamis (13/02), yakni terjadinya 14.800 kasus terkaitvirus corona jenis baru (COVID-19) dalam waktu 24 jam. 

Korban tewas akibat virus ini di provinsi Hubei juga dilaporkan melonjak dengan angka kematian 242 orang. Data ini berjumlah lebih dari dua kali lipat, dari angka kematian sebelumnya yang diumumkan pada Senin (10/02) yakni 103 kematian.

Mengantisipasi melonjaknya jumlah kasus COVID-19 di Hubei Cina, pekan lalu, komisi kesehatan Hubei mengatakan akan mulai menggunakan CT scan untuk mengidentifikasi infeksi paru-paru agar pendeteksian bisa lebih cepat. 

Diagnosa dengan metode klinis baru ini adalah dengan menggunakan pemindaian paru-paru untuk memverifikasi dugaan infeksi. 

Metode sebelumnya, yakni tes asam nukleat yang digunakan mengidentifikasi informasi genetik untuk mendeteksi virus dapat memakan waktu berhari-hari.

Terlalu dini mengumumkan hasil positif?

Lonjakan drastis terkait kasus COVID-19 terjadi setelah pihak berwenang Cina menyampaikan penurunan kasus selama dua hari berturut-turut. Presiden Cina Xi Jinping yang memimpin pertemuan Komite Tetap Politbiro di Beijing pada Rabu (12/02), mengumumkan hasil positif dari langkah-langkah pemerintah untuk mengendalikan virus di negaranya.

Namun di Jenewa, Swiss, para pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan agar publik tidak mencapai kesimpulan prematur tentang data Cina.

"Saya pikir terlalu dini untuk mencoba memprediksi awal, pertengahan atau akhir dari epidemi ini sekarang," kata Michael Ryan, kepala program kedaruratan kesehatan WHO.

Yanzhong Huang, seorang pejabat senior untuk kesehatan global di Dewan Hubungan Luar Negeri di Amerika Serikat, mengatakan kepada DW bahwa ia memperkirakan kasus virus corona akan turun antara akhir April dan awal Mei.

Setidaknya 1.355 orang telah meninggal dan hampir 60.000 orang telah terinfeksi virus ini di Cina. Sementara telah ada ratusan kasus terkait COVID-19 di 27 negara di luar Cina.

Media pemerintah Cina melaporkan bahwa setelah adanya perilisan jumlah kasus baru terkait virus corona, sekretaris partai provinsi Hubei, Jiang Chaoliang, dipecat dan akan digantikan oleh walikota Shanghai, Ying Yong. Dua pejabat kesehatan senior Hubei juga telah dipindahkan pada Senin (10/02).

Karantina Virus Corona di Kapal Pesiar Diamond Princess, Jepang
Penumpang yang dikarantina di kapal pesiar Diamond Princess, di Yokohama, JepangFoto: Getty Images/AFP/B. Mehri

Karantina virus corona di kapal pesiar

Di Kamboja, kapal pesiar MS Westerdam diizinkan untuk berlabuh di kota pelabuhan Sihanoukville, setelah ditolak oleh lima negara karena adanya kekhawatiran adanya penumpang kapal yang mungkin terinfeksi virus corona.

Menurut operator kapal Holland America, sebanyak 1.400 penumpang dan 800 awak kapal negatif COVID-19.

Kapal itu berada di lautan selama dua minggu setelah Jepang, Taiwan, Guam, Filipina dan Thailand menolak kedatangan kapal tersebut. 

Sementara pejabat kesehatan Jepang mengatakan, sebanyak 44 penumpang kapal pesiar Diamond Princess telah dinyatakan positif terinfeksi virus corona dan seluruh penumpang kapal lainnya ikut dikarantina selama lebih dari seminggu, di pelabuhan Yokohama, Jepang. 

Jumlah total pasien terinfeksi di dalam kapal pesiar Princess Diamond menjadi 218 dan angka ini merupakan jumlah infeksi tertinggi di satu lokasi di luar Cina.

pkp/ (AP,AFP,dpa,Reuters)