1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiTaiwan

Uni Eropa Ingin Tingkatkan Hubungan Dagang dengan Taiwan

Priyanka Shankar
3 Juni 2022

Setelah mengalami kelangkaan chip pada masa penguncian karena pandemi, Uni Eropa sekarang berharap bisa memasuki industri semikonduktor dan microchip Taiwan.

https://p.dw.com/p/4CFIU
Semikonduktor dari Taiwan
Semikonduktor dari TaiwanFoto: AFP/Getty Images

Pembicaraan baru Uni Eropa dengan Taiwan dilakukan  di tengah ketegangan hubungan dengan Cina, yang menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri. Uni Eropa terutama iIngin meningkatkan hubungan perdagangan  dan memanfaatkan sektor semikonduktor Taiwan. Dialog virtual sudah dimulai hari Kamis (2/6) dengan Menteri Ekonomi Taiwan, Mei-Hua Wang.

"Taiwan adalah aktor yang sangat penting di bidang semikonduktor - jika bukan pemain yang paling penting," kata Komisaris Perdagangan Uni Eropa, Valdis Dombrovskis, kepada Parlemen Eropa bulan lalu.

Ming-Yen Tsai dari Kantor Perwakilan Taiwan di Uni Eropa dan Belgia mengatakan kepada DW, dia cukup optimis tentang pembicaraan yang akan datang dan menekankan bahwa Uni Eropa dan Taiwan memiliki nilai-nilai inti yang sama tentang demokrasi, hak asasi manusia, pasar bebas, dan supremasi hukum.

"Taiwan berharap kedua belah pihak akan terus memperdalam hubungan perdagangan dan investasi, sambil juga melakukan pertukaran dan diskusi tentang isu-isu kepentingan bersama, untuk lebih memperdalam kerja sama bilateral,” katanya.

Pembicaraan perdagangan Uni Eropa dan Taiwan ini terjadi setelah penundaan berulang kali, karena Brussels khawatir itu akan membuat marah Beijing yang menganggap Taiwan sebagai provinsi yang membelot.

Salah satu pabrik semikonduktor Taiwan TSMC
Salah satu pabrik semikonduktor Taiwan TSMCFoto: Walid Berrazeg/Zuma/picture alliance

Peluang bagi Uni Eropa dan Taiwan

Tetapi Zsuzsa Anna Ferenczy, asisten profesor di Universitas Nasional Dong Hwa di Taiwan dan mantan penasihat politik di Parlemen Eropa, mengatakan kepada DW bahwa jelas sekarang ada momentum dalam hubungan Uni Eropa-Taiwan yang harus dimanfaatkan.

"Dengan segala sesuatu yang telah terjadi sejak pandemi, tekanan ekonomi Cina terhadap Lithuania, kampanye disinformasi, dan yang terbaru dukungan diplomatiknya untuk perang Rusia di Ukraina, ada keinginan yang tumbuh di Uni Eropa untuk kembali melakukan diskusi perdagangan dengan Taiwan. Uni Eropa ingin menemukan cara untuk bekerja sama di bidang tertentu, seperti sektor semikonduktor dan rantai pasokan teknologi," katanya.

"Di masa lalu, situasi global berbeda, ketika Uni Eropa berusaha untuk menyeimbangkan kembali hubungannya dengan Cina. Tapi sekarang garis pemikiran Uni Eropa telah berubah secara fundamental. KTT Uni Eropa-Cina baru-baru ini tidak berjalan dengan baik, Brussels kecewa dengan pertemuan di Beijing dan penolakan Cina untuk mengutuk perang Rusia. Jadi dalam konteks ini, jelas, Taiwan tidak lagi dilihat sebagai risiko seperti sebelumnya," tambah Ferenczy.

Membidik industri semikonduktor

"Bahan seperti semikonduktor dan microchip sangat penting untuk hampir semua hal yang diperlukan demi menjaga ekonomi tetap berjalan", kata Martijn Rasser, rekan senior dan direktur Program Teknologi dan Keamanan Nasional di Center for a New American Security (CNAS). Sektor semikonduktor Taiwan khususnya, memiliki peran besar secara global, membuat negara-negara saling bersaing untuk mendapatkan akses.

"Korporasi Manufaktur Semikonduktor Taiwan menyumbang 92% dari fabrikasi semikonduktor paling canggih di planet ini. Itu menjadikan Taiwan secara keseluruhan bertanggung jawab atas sekitar setengah dari fabrikasi semikonduktor dunia. Jadi ini jugalah yang menjadikan negara ini penting secara strategis, karena semikonduktor penting bagi sistem militer juga," katanya kepada DW.

Namun, Martijn Rasser juga memperingatkan bahwa sementara Eropa ingin membina hubungan ekonomi dengan Taiwan dan memanfaatkan sektor semikonduktor negara itu, penting bagi para pemimpin Uni Eropa untuk memikirkan faktor ketergantungan. "Jika Eropa kehilangan akses ke output semikonduktor Taiwan, itu akan membuat ekonomi Eropa terhenti. Sesederhana itu. Krisis energi yang ditimbulkan oleh perang Rusia di Ukraina hanyalah setetes air dibandingkan dengan krisis (yang bisa terjadi dengan) Taiwan," katanya kepada DW.

"Jadi saya pikir, semua orang perlu benar-benar memikirkan cara untuk mengurangi dampak semacam itu. Dan itulah mengapa ada begitu banyak diskusi di Eropa saat ini, serta di negara lain, tentang keragaman geografis yang lebih besar dalam rantai pasokan semikonduktor, dan bagaimana mendukungnya, jika seandainya terjadi krisis Taiwan," jelasnya.

hp/as