1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Uji Coba Rudal Rusia Jawaban Kepada AS

30 Mei 2007

Politik Presiden Rusia Vladimir Putin makin lama makin keras, di dalam maupun di luar negeri.

https://p.dw.com/p/CP5s
Foto: AP

Pada pidato resmi dua tahun lalu, Presiden Putin sudah mengisyaratkan proyek pembangunan rudal modern. Ia mengatakan, sistem rudal ini akan mampu menghadapi semua sistem pertahanan rudal dan tidak akan bisa dihentikan oleh sistem penangkal rudal. Militer Rusia bekerja keras untuk mengembangkan roket jenis baru ini menjadi senjata adidaya. Boleh jadi, proyek ini sekarang mulai membuahkan hasil. Rusia kemarin hari Selasa menembakkan roket ujicoba yang mencapai sasarannya pada jarak 6500 kilometer di kawasan Kamchatka.

Pertanyaannya, kepada siapa rudal Rusia ini ditujukan, oleh siapa Rusia merasa terancam? Oleh NATO, oleh Cina yang merupakan mitra dagang senjata rusia, atau mungkin oleh Iran atau Suriah? Dalam benak Putin, musuh kelihatannya ada dimana mana. Mantan Menteri Pertahanan Rusia dan calon penerus Putin, Sergej Ivanov menyatakan masih akan dilakukan rangkaian ujicoba berikutnya untuk rudal jarak pendek dan menengah.

Rusia kembali mempersenjatai diri, ini langkah yang memprihatinkan. Tapi ini rencana lama, sebelum ada rencana Amerika Serikat memasang instalasi anti rudal di Polandia dan Rusia. Sekarang rencana Amerika Serikat itu dijadikan argumen untuk politik persenjataan baru. Dengan memperhatikan pernyataan Putin, bahwa sistem pertahanan rudal Amerika Serikat akan membuat Eropa jadi kawasan genting, kelihatannya kredibilitas politik luar negeri presiden Rusia sekarang patut diragukan.

Sekalipun ada nada-nada sumbang, sampai saat ini Putin memberi kesan, ia ingin meredakan ketegangan. Sekarang haluan ini berubah. Pimpinan Kremlin kelihatannya ingin meninggalkan politik penyusutan senjata yang dijalankan para pendahulunya. Mikhail Gorbatchev, yang merundingkan perjanjian keamanan Eropa sekarang harus menyaksikan pembatalan perjanjian ini oleh Putin.

Tidak hanya di dalam negeri, Putin menjalankan politik garis kerasnya. Politik luar negerinya makin lama makin keras tanpa kompromi, dibarengi upaya memecah belah negara-negara Eropa. Kepada presiden Portugal yang berkunjung ke Kremlin hari Selasa ia mengatakan, Moskow berharap ada perbaikan dalam hubungan Eropa-Rusia pada paruh kedua tahun ini. Pesan ini seperti tamparan bagi kanselir Jerman Angela Merkel, sebab mulai 1 Juli 2007, Portugal akan mengambil alih kepresidenan Uni Eropa dari Jerman.