1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Rencana AS Selenggarakan Konferensi Timteng

Peter Phillip2 Agustus 2007

Dibayangi rencana pemasokan senjata ke Timur Tengah, pemerintah AS mengupayakan proses perdamaian di wilayah itu melalui rencana konferensi perdamaian.

https://p.dw.com/p/CP4J
Foto: DW

Dalam sebuah pernyataan mengenai situasi di Timur Tengah, Presiden Amerika Serikat George W. Bush baru-baru ini mengatakan, dia akan melaksanakan Konferensi Timur Tengah yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Amerika Condeleezza Rice dan dijadwalkan untukakhir tahun ini. Tapi tampaknya pernyataan itu dikeluarkan Bush tanpa perencanaan yang matang. Menteri luar negerinya kini harus mengupayakan detil pelaksanaanya dan melakukan pembicaraan menyangkut itu di Timur Tengah. Condoleezza Rice baru saja mengunjungi Mesir, Arab Saudi, Israel dan Palestina. Agenda utama pembicaraan bukanlah mengenai peningkatan pasokan senjata Amerika. Namun, rencana pasokan senjata itu diumumkan tepat pada waktunya sehingga negara penerima senjata lebih terbuka untuk menerima gagasan proyek Konferensi Timur Tengah itu.

Setidaknya secara prinsip, taktik itu kelihatannya berhasil. Tak seorang pun menolak gagasan itu. Meskipun undangan belum dikirimkan, Arab Saudi pada dasarnya telah menunjukkan kesediaannya mengikuti konferensi tersebut. Bahkan dari Damaskus dilaporkan, Presiden Suriah Bashar al-Assad setuju dengan rencana itu. Padahal Suriah belum pasti akan diundang.

Namun, sama dengan penguasa di Arab Saudi, Al-Assad mengajukan prasyarat, yakni: konferensi itu harus lebih dari hanya sekedar pertemuan dengan foto bersama. Tujuannya harus jelas dan untuk Suriah, ini berarti Israel harus mengembalikan Dataran Tinggi Golan. Arab Saudi juga menegaskan bahwa harus dicapai kesepakatan dalam masalah prinsip yang terpenting. Misalnya mengenai akhir pendudukan, status Jerusalem, penyelesaian masalah pengungsi dan pemukiman Yahudi. Tanpa itu Ryad tidak bersedia duduk bersama Israel di meja yang sama.

Sedangkan Israel menginginkan, Arab Saudi dan sedapatnya sejumlah besar negara Arab lainnya terlibat, tapi prasyarat untuk rencana Konferensi Timur Tengah diharapkan umum saja dan tetap tidak mengikat. Artinya, pengakuan lewat pintu belakang tanpa diwajibakan untuk melakukan kompromi.

Asumsi pemerintah Israel sudah tentu benar yang menyatakan bahwa upaya perdamaian akan gagal jika masalah yang tersulit yang pertama-tama akan diselesaikan. Dalam konferensi ini memang masalah yang tersulit itu yang hendak ditangani. Dalam 14 tahun terakhir ini, sejak perjanjian Oslo antara Palestina dan Israel mengenai penyelesaian konflik Timur Tengah, banyak waktu dan peluang terbuang begitu saja. Karena itu, penanganan masalah utama ini tidak bisa lagi ditunda. Di Jerusalem orang tampaknya mengerti hal ini dan terpaksa berbicara tentang keinginan setidaknya berbicara mengenai beberapa prinsip dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Tetapi ini tidak cukup. Abbas perlu kemajuan agar dapat mengikuti konferensi itu dan keberhasilan agar dapat kembali ke Palestina tanpa dipermalukan. Satu-satunya yang dapat memungkinnya adalah Israel. Namun, ada suara di Israel yang mengatakan, Abbas tidak mewakili seluruh Palestina. Ini memang benar, tapi dia adalah wakil legitim semua pihak Palestina. Baik AS maupun Israel harus tahu, dalam jangka panjang mereka tidak akan mendapatkan mitra yang lebih baik .