1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

160411 Misrata Flüchtlinge

Rizki Nugraha16 April 2011

Aksi pengepungan dan pemboman terus menerus terhadap kota Misrata oleh pasukan pro Muammar Gaddafi membuat situasi kemanusiaan di kota itu semakin memburuk. Kendati begitu gelombang pertama pengungsi telah dievakuasi

https://p.dw.com/p/10ups
James Keogh/Wostok Press/MAXPPP Libye, Misrata 15/04/2011 - A company of ceramic Misurata was destroyed as a result of fighting between the insurgents and the troops of Colonel Gaddafi
Sebuah pabrik di Misrata terbakar akibat pertempuranFoto: picture alliance / dpa

Mereka terlihat lelah, tapi juga lega. Lebih dari 1000 perempuan, laki-laki dan anak-anak dari kota Misrata yang tengah dikepung prajurit pemerintah berhasil mengungsi ke Benghazi pada Jumat malam (16/4). Ini adalah gelombang pertama pengungsi yang diangkut oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dengan menggunakan kapal laut.

Mereka antara lain adalah buruh migran, kebanyakan datang dari Bangladesh dan Mesir. Para pengungsi itu merupakan bagian dari sekitar 8000 orang yang sejak beberapa pekan lalu mengungsikan diri ke pelabuhan Misrata dan dari sana berusaha keluar dari Libya.

Seorang warga Irak, Amir Fadel menggambarkan, ia dan keluarganya "terancam oleh pemboman yang tiada henti," tuturnya, "ketika milisi pro Gaddafi memasuki kota, mereka menduduki rumah kami dan menempatkan penembak jitu di atap rumah. Dari situ mereka menembaki warga sipil yang berada di jalan raya."

Pemboman dan Pengepungan di Misrata

Kesaksiannya itu dapat dibuktikan, tambah Fadel yang ingin menepis tudingan keterangan palsu seperti yang dituduhkan oleh stasiun televisi pemerintah. Korban terluka diangkut dengan pandu ke dalam kapal, para perempuan menangis keletihan.

Di pelabuhan Benghazi belasan bus telah disiapkan untuk mengangkut para penduduk ke kamp pengungsian atau ke rumah sakit. Mereka bercerita soal pemboman terus menerus terhadap Misrata, sedikitnya 120 roket ditembakkan ke kota tersebut sejak beberapa hari terakhir.

Organisasi HAM, Human Rights Watch menuding pasukan Gaddafi membombardir pemukiman penduduk di Misrata dengan bom curah, yang sebenarnya dilarang oleh hukum perang internasional sejak Agustus tahun lalu. Organisasi itu mengaku telah menyaksikan tiga ledakan bom curah.

Sebuah penyelidikan membuktikan, bom bertipe MAT-120 yang mengandung proyektil sebesar 120 milimeter itu diproduksi di Spanyol. Menggunakan amunisi itu di kawasan pemukiman merupakan ancaman besar buat penduduk sipil, kata seorang jurubicara Human Rights Watch.

Gaddafi Tidak Bereaksi atas Seruan Gencatan Senjata

Namun Jurubicara pemerintah Libya Mussa Ibrahim, hari Sabtu (16/4) di Tripoli membantah sembari menantang organisasi HAm untuk "membuktikan" tuduhan tersebut. "Kami tahu komunitas internasional akan membanjiri negara kami. Kami tidak dapat melakukan ini, kami tidak dapat melakukan apapun yang dapat membebani kami, bahkan jika kami dianggap kriminal sekalipun," tukasnya.

Betapapun juga seorang pekerja organisasi pengungsi IOM, menggambarkan situasi di Misrata sangat berbahaya. Menurutnya ancaman terbesar harus dihadapi oleh penduduk sipil, bukan pasukan pemberontak. Selain kekurangan gizi, para penduduk juga mengalami dehidrasi karena tidak punya akses menuju air bersih, makanan dan layanan kesehatan. "Sebagian dari mereka akan meninggal," katanya.

Perserikatan Bangsa-bangsa sejak beberapa hari lalu telah menyerukan gencatan senjata di Misrata, agar bantuan kemanusiaan dapat disalurkan dan pengungsi dapat dievakuasi dari medan tempur. Namun milisi pro Gaddafi hingga kini belum menunjukkan isyarat akan menghentikan senjenak pengepungan atau pemboman terhadap Misrata.

Esther Saoub/Rizki Nugraha
Editor: Renata Permadi