1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Debat Batas Usia 16 Tahun untuk Pemilih Pemula di Jerman

Christoph Hasselbach
6 Agustus 2020

Politisi dari parpol SPD, Partai Hijau dan Partai Kiri menuntut usia pemilih pemula di Jerman diturunkan dari 18 menjadi 16 tahun. Batas usia pemilih memang sering diperdebatkan dalam sejarah pemilu.

https://p.dw.com/p/3gSAs
Deutschland Wahlen Symbol
Foto: picture-alliance/U. Baumgarten

"Seluruh kedaulatan negara berasal dari rakyat”, demikian disebutkan dalam paragraf 20 konstitusi Jerman, Grundgesetz. Manifestasi kedaulatan rakyat itu terjadi dalam pelaksanaan pemilihan umum. Batas usia pemilih kemudian menjadi salah satu elemen penentu kekuasaan, dan sering menjadi bahan perdebatan sengit.

Kriteria hak pilih memang sering jadi perdebatan, terutama soal siapa yang berhak memilih dan berapa batas usia minimal. Tuntutan itu biasanya paling lantang disuarakan oleh kubu politik yang memperhitungkan keuntungan dengan perubahan tersebut.

Pada pendirian Kekaisaran Jerman yang dinamakan Deutsches Reich tahun 1871, batas usia pemilih pemula ditetapkan 25 tahun, dan hak pilih hanya berlaku untuk kaum pria. Perempuan tidak memiliki hak pilih. Padahal saat itu, sekitar sepertiga populasi Jerman berusia di bawah 15 tahun, sedangkan tingkat harapan hidup rata-rata hanya 40 tahun. Artinya, banyak sekali orang yang tidak memiliki hak pilih.

Perbaikan baru terjadi pada reformasi konstitusi tahun 1919, setelah pendirian Republik Weimar. Ketika itu mulai dterapkan hak pilih bagi perempuan, dan batas usia pemilih diturunkan menjadi 20 tahun. Penurunan itu membuka kemungkinan bagi jutaan orang untuk ikut dalam pemilihan umum.

Tetapi batas usia pemilih pemula tidak selalu diturunkan. Setelah Perang Dunia Kedua, batas usia pemilih di jerman dinaikkan lagi menjadi 21 tahun. Sedangkan untuk menjadi anggota parlemen, artinya memiliki hak pilih pasif, batas usia adalah 25 tahun.

Plakat kampanye pemilu di Jerman tahun 1928
Plakat kampanye pemilu di Jerman sebelum Perang Dunia KeduaFoto: Getty Images/FPG

Willy Brandt pelopor batas usia 18 tahun

Tokoh SPD Willy Brandt menjadi pelopor penurunan batas usia pemilih menjadi 18 tahun, ketika ia mencetuskan slogan "Mehr Demokratie Wagen” (Lebih Berani untuk Demokrasi) pada tahun 1969. Tahun 1970, suara mayoritas berhasil dicapai di parlemen untuk perubahan kosntitusi. Hak pilih aktif diturunkan lagi dari 21 menjadi 18 tahun.

Sedangkan hak pilih pasif tidak langsung berubah. Barulah lima tahun kemudian, hak pilih pasif diturunkan menjadi 18 tahun. Sejak itulah hak pilih dan hak untuk dipilih di Jerman memiliki batas usia yang sama.

Pada pemilu tahun 1972, untuk pertama kalinya sekitar 5 juta pemilih Jerman berusia di atas 18 tahun dibolehkan memilih. Antusiasme pemilih sangat besar, tingkat partisipasi mencapai 91,1 persen, menandakan sambutan luas warga atas perubahan itu.

Foto wajah Willy Brandt tahun 1972
Willy Brandt, tokoh SPD dan Kanselir Jerman tahun 1072Foto: picture-alliance/K. Rose

Tuntutan batas usia 16 tahun

Hingga kini, batas usia 18 tahun tetap berlaku untuk pemilihan di tingkat federal. Tetapi di beberapa negara bagian, sudah ada aturan batas usia 16 tahun untuk pemilihan komunal. Negara bagian Niedersachsen misalnya sudah memberlakukan batas usia 16 tahun di pemilu komunal sejak 1995, kemudian diikuti beberapa negara bagian lain. Tapi di negara bagian Hessen, batas usia minimal untuk hak pilih aktif masih 21 tahun sampai 2018, baru kemudian diturunkan menjadi 18 tahun.

"Masalah hak pilih memang selalu berhubungan dengan soal kekuasaan”, kata peneliti demokrasi Robert Vehrkamp dari yayasan Bertelsmann-Stiftung di Berlin, yang setiap tahun melakukan survei perkembangan demokrasi di seluruh dunia.

Karena itu dia tidak heran kalau sekarang terutama SPD dan Partai Hijau menuntut penurunan batas usia pemilih menjadi 16 tahun. "Partai CDU masih menentang gagasan itu, karena mereka memang paling tidak populer di kalangan muda”, jelasnya.

Tapi apakah perhitungan SPD dan Partai Hijau benar-benar akan membuahkan perolehan suara lebih besar dalam pemilu, itu masih belum pasti. Sebab perilaku pemilih muda justru sangat "tidak stabil”, kata Robert Vehrkamp.

(hp/gtp)