1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Siapa Sel Teror Baru yang Berencana Membunuh Tokoh Nasional?

29 Mei 2019

Meski terkait dinamika politik seputar pemilu, rencana pembunuhan empat pembantu utama Presiden Joko Widodo diyakini tidak lahir dari pertikaian elit, melainkan dibidani oleh sebuah jaringan teror baru. Siapa mereka?

https://p.dw.com/p/3JNei
Indonesien Kabinett Minister in Jakarta
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry

Tidak tanggung-tanggung empat pejabat tinggi negara masuk dalam daftar sasaran pembunuhan. Mereka adalah Menko Polhukam Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere, demikian klaim Kapolri Jenderal Tito Karnavian kepada media.

Rencana pembunuhan terhadap keempat tokoh, ditambah seorang direktur lembaga survey nasional, menjadi plot teranyar drama pemilihan umum yang menyibukkan kepolisian pasca kerusuhan 21-22 Mei silam. Ancaman itu sendiri sudah diendus oleh satuan elit Densus 88 ketika melakukan penggerebekan beberapa pekan sebelum hari pencoblosan.

"Hasil penangkapan oleh Densus menjelang 22 Mei kesimpulannya adalah jaringan teror yang terlibat dalam kerusuhan, termasuk propaganda pembunuhan, adakah jaringan baru. Jadi tidak terlibat dengan jaringan lama. Sel ini baru terungkap setelah 22 Mei. Saya duga mereka yang punya agenda pembunuhan terhadap empat tokoh ini," kata pengamat terorisme UI, Ali Abdullah Wibisono kepada DW.

Dugaannya itu sekaligus menepis isu keterlibatan elit politik di balik rencana pembunuhan. Pengamat intelijen Stanislaus Riyanta meyakini rencana jahat tersebut lahir dari kelompok teror baru yang menunggangi Pemilu untuk menebar ketakutan "dan ingin melakukan tekanan terhadap pemerintah," kata dia saat dihubungi DW.

"Mereka ingin menciptakan suasana mencekam, ketakutan, dll. Mereka adalah kelompok yang besebrangan dengan kebijakan politik, hukum, keamanan dan intelijen milik pemerintah," imbuhnya. "Pasti ada muatan politik yang sangat besar. Apakah ada kepentingan dari kelompok radikal, itu patut diduga, karena mengarah pada Goris Merre yang dulu punya rekam jejak penanganan terorisme."

Saat ini polisi sudah menangkap enam orang tersangka terkait rencana pembunuhan tersebut. Mereka didakwa dengan delik percobaan penyelundupan/perdagangan senjata api. Enam tersangka itu, yakni berinisial HK (Iwan), Azeb, IF, TJ, AD dan AF alias Fifi, memiliki perannya masing-masing.

Baca juga:Pengamat: Rencana Pembunuhan Untuk Mengancam Kemanan Nasional 

HK dan AZ bertugas mencari senjata api, sementara IF dan TJ menjadi ekeskutor pembunuhan. Adapun AD dan AF alias Fifi yang dikabarkan merupakan isteri seorang purnawirawan TNI terlibat dalam pengadaan dan penjualan tiga pucuk senjata api rakitan dan sebuah revolver.

"Yang baru ditangkap adalah aktor bayaran yang punya motivasi ekonomi. Belum dalang di baliknya," kata Stanislaus lagi.

Menurut Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal, rencana itu sudah disiapkan jauh-jauh hari dengan mengawasi gerak-gerik sasaran operasi. Dia mengklaim pelaku sempat mendatangi rumah calon korban untuk mematangkan rencana pembunuhan. Dari target yang awalnya hanya berjumlah dua, pelaku menambah daftar sasaran dengan merencanakan pembunuhan terhadap dua petinggi negara lainnya.

Pemerintah Jelaskan Alasan Pembatasan Media Sosial

Kepada Detikcom Iqbal menyebut dua tersangka diduga menerima uang dari "seseorang" untuk membunuh empat tokoh nasional itu. Baik Polri maupun Menko Polhukam Wiranto mengaku sudah mengantongi identitas sosok yang membiayai rencana tersebut. Dia meminta masyarakat sabar menunggu penyelidikan kepolisian.

Ali Abdullah Wibisono mengatakan mereka yang terlibat selama ini cendrung luput dari pengawasan Densus 88 lantaran baru berusia seumur jagung dan lahir sebagai reaksi dari dinamika politik di tanah air, tanpa struktur hirarki yang baku.

Baca juga:Kapolri Ungkap 4 Pejabat yang Jadi Incaran Pembunuhan 

"Jaringan baru ini merupakan hasil dari perpaduan antara kelompok-kelompok radikal yang sebelumnya bukan teroris, tapi dekat dengan kubu capres 02 yang kemudian bisa jadi itu yang punya agenda-agenda seperti pembunuhan empat tokoh ini. Karena ada mantan anggota HTI yang masuk ke kubu 02 dan ada yang membangun sel terornya sendiri," klaimnya.

Meski terkait Pemilu, dugaan keterkaitan antara pelaku rencana pembunuhan dengan Prabowo Subianto dinilai prematur. Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, BPN, sendiri mendesak kepolisian untuk mengusut tuntas pelaku rencana pembunuhan. "Orang gila aja yang mau bunuh-bunuh, apalagi terkait urusan politik," kata salah satu jurubicara BPN Ahmad Riza Patria kepada Detikcom.
(hp)