1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikRusia

Rusia Susah Payah Perkuat Garis Depan di Ukraina

12 September 2022

Serangan mendadak Ukraina membuat Rusia harus prioritaskan posisi defensif. Uni Eropa tangguhkan sepenuhnya fasilitas kemudahan visa ke wilayah Schengen.

https://p.dw.com/p/4Giys
Pemandangan tank yang hancur setelah pembebasan kota Balakliya di tenggara Kharkiv Oblast, Ukraina, 11 September 2022.
Pemandangan tank yang hancur setelah tentara Ukraina membebaskan kota Balakliya di tenggara Kharkiv Oblast, Ukraina, 11 September 2022.Foto: Metin Aktas/AA/picture alliance

Rusia berjuang untuk mengirim bala bantuan ke garis depan bagi pasukannya setelah Ukraina melancarkan serangan mendadak. Pasukan Rusia "didesak untuk memprioritaskan tindakan defensif darurat," kata laporan terbaru intelijen militer Inggris, yang sejak invasi Rusia di Ukraina terus merilis temuan-temuan dinas rahasianya mengenai situasi di kawasan tempur.

Laporan itu mengatakan Rusia kemungkinan memerintahkan penarikan seluruh penuh pasukannya dari wilayah Kharkiv Oblast. "Rusia kemungkinan sedang berjuang untuk membawa cadangan yang cukup untuk maju melintasi Sungai Dnipro ke garis depan" di selatan, kata laporan itu.

Selain itu, intelijen Inggris mengatakan bahwa dengan keberhasilan yang signifikan dari serangan balik Ukraina, Rusia telah dipaksa untuk "memprioritaskan tindakan defensif darurat," dan merestrukturisasi rencana operasinya secara keseluruhan. Situasi ini bisa mengikis kepercayaan pasukan terhadap kepemimpinan militer mereka.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyydalam pidatonya pada hari Minggu (11/09) berterima kasih kepada pasukan Ukraina yang telah "membebaskan ratusan kota dan desa kita". Ukraina telah merebut kembali wilayah strategis Balakliya, Izium, dan Kupiansk dalam serangan balasan terbaru.

Tangguhkan perjanjian visa cepat dengan Rusia

Perjanjian visa Uni Eropa dengan Rusia, yang memungkinkan akses relatif mudah bagi warga Rusia untuk mengunjungi wilayah Schengen, telah ditangguhkan sepenuhnya pada hari Senin (12/09). Dewan Eropa pekan lalu mengadopsi proposal penangguhan perjanjian visa yang telah berlaku sejak 2007 itu.

Penangguhan ini berarti bahwa akan ada lebih sedikit visa yang diberikan kepada warga negara Rusia. Selain itu, akan ada juga pembatasan pada visa multiple-entry, serta kenaikan biaya visa dari €35 (sekitar Rp520.000) menjadi €80(sekitar Rp. 1,18 juta).

aktu untuk memroses visa juga akan jadi lebih lama. permohonan sebagian pelamar visa juga mungkin akan ditolak, bahkan ada juga yang akan dicabut karena adanya pengetatan aturan.

Ancaman radiasi reaktor Zaporizhzhia

Sementara itu kantor berita AP melaporkan bahwa Rusia terus menembaki Nikopol melintasi Sungai Dnieper dari sisi pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia. Serangan ini merusak sejumlah bangunan dan membuat genting posisi fasilitas nuklir terbesar di Eropa ini.

Reaktor terakhir yang beroperasi di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia telah ditutup pada hari Minggu (11/09) untuk mengurangi ancaman bencana radiasi di tengah pertempuran yang terus berlanjut.

Pertempuran di dekat pembangkit listrik tenaga nuklir itu memicu kekhawatiran terjadinya bencana seperti yang terjadi di Chernobyl pada tahun 1986. Saat itu, sebuah reaktor nuklir meledak, memancarkan radiasi mematikan dan mencemari wilayah yang luas. Peristiwa itu dinilai sebagai bencana nuklir terburuk di dunia. 

Pembangkit Zaporizhzhia adalah salah satu dari 10 pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di dunia, dan telah diduduki oleh pasukan Rusia sejak hari-hari awal invasi. Ukraina dan Rusia saling menyalahkan atas penembakan di sekitar pembangkit.

Meski reaktor Zaporizhzhia dilapisi pelindung yang diperkuat dan dapat menahan peluru atau roket nyasar, gangguan pada pasokan listrik dapat melumpuhkan sistem pendingin yang penting untuk keselamatan reaktor tersebut. Generator diesel darurat bisa jadi tidak dapat diandalkan.

Barat tingkatkan produksi senjata

Pemerintah negara-negara Barat kini berupaya mengisi kembali perlengkapan senjata mereka yang terkuras karena pasokan ke Ukraina. Sedangkan Ukraina sangat bergantung pada sekutu Baratnya dalam hal persenjataan, terutama artileri dan sistem misil penting.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin, mengumumkan pertemuan direktur senior persenjataan nasional dari negara-negara sekutu untuk "membahas bagaimana basis industri pertahanan kita dapat melengkapi pasukan Ukraina di masa depan dengan kemampuan yang mereka butuhkan" dan pada saat yang sama membangun kembali cadangan persenjataan masing-masing. Sejak awal perang, AS telah memasok persenjataan ke Ukraina senilai $15,2 miliar AS.

Pada bulan Juli, Komisaris Eropa Thierry Breton memperingatkan negara-negara Uni Eropa tentang risiko mengirimkan stok senjata mereka. "Ini telah menciptakan kerentanan yang saat ini perlu segera ditangani," kata Thierry Breton.

Bantuan pendanaan darurat IMF

Sementara Dana Moneter Internasional (IMF) saat ini tengah menjajaki opsi untuk memberikan bantuan keuangan darurat kepada negara-negara yang menghadapi guncangan harga pangan, terutama yang disebabkan oleh perang, menurut laporan eksklusif Reuters.

Langkah-langkah tersebut akan dibahas selama pertemuan dewan eksekutif IMF pada hari Senin (12/9).

Salah satu penerima dana ini adalah Ukraina, dan akan diberikan tanpa adanya ikatan persyaratan yang diperlukan dalam program bantuan dana reguler. Pada saat yang sama, pejabat IMF mengakui bahwa Ukraina membutuhkan paket pembiayaan penuh.

ae/hp (dpa, AFP, Reuters, AP)