1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reformasi Politik Iklim AS Belum Konkrit

23 September 2009

Tidak terlihat reformasi dalam politik iklim AS. Negara-negara produsen terbesar gas rumah kaca dituntut melakukan tindakan nyata untuk suksesnya KTT Iklim di Kopenhagen.

https://p.dw.com/p/JnFN


KTT Iklim di New York serta politik iklim dari pemerintahan AS di bawah presiden Barack Obama menjadi tema komentar harian internasional.

Harian konservatif Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan dalam tajuknya berkomentar : Presiden Barack Obama berjanji di hadapan 100 kepala negara dan kepala pemerintahan sedunia, bahwa AS akan memberikan kontribusi politiknya dalam upaya memerangi pemanasan global. Karena jika tidak, generasi mendatang harus menghadapi bencana yang tidak bisa dicegah lagi. Akan tetapi, Obama menolak memberikan janji konkrit dan mengikat, yang jika dilanggar dapat dijatuhi sanksi oleh masyarakat internasional. Karena saat ini Obama berada dalam situasi sulit, dimana politik dalam negeri Amerika didominasi rencananya untuk reformasi sistem kesehatan. Sementara di Senat, sulit membangun mayoritas yang mendukung politik iklim dengan menerapkan tindakan baru untuk mencegah pemanasan global.

Harian konservatif Perancis Le Figaro yang terbit di Paris berkomentar : Walaupun presiden Barack Obama membangkitkan harapan, namun AS dapat tetap menjadi kendala utama bagi tercapainya kesepakatan penerus Protokol Kyoto yang akan habis masa berlakunya tahun 2012. Penyebabnya sederhana. Senat AS tidak terburu-buru mengesahkan sebuah undang-undang untuk mengurangi emisi karbondioksida, yang sebelumnya sudah disetujui dewan perwakilan rakyat. Partai Republik secara mayoritas menolaknya, sementara kubu Partai Demokrat terpecah. Tanpa kesepakatan dalam Kongres, Obama juga tidak memperoleh mandat untuk berunding pada KTT Iklim di Kopenhagen.

Harian Luxemburg Luxemburger Wort juga menyoroti peranan Cina dalam KTT Iklim tsb. Para presiden dari dua negara penghasil terbesar emisi gas rumah kaca, AS dan Cina menegaskan di depan anggota PBB, mereka hendak melakukan terobosan politik dalam KTT iklim di Kopenhagen bulan Desember mendatang. Dengan itu, presiden Cina Hu Jintao hendak memberikan dukungan kepada presiden AS Barack Obama. Beijing semakin gencar memanfaatkan energi terbarukan dan mendukung teknologi hijau. Sebaliknya industri di AS yang sudah dalam kondisi kritis, terus menunggu sinyal tegas dari Washington. Sebab, semakin lama Senat menunda kesepakatannya bagi paket iklim, semakin besar kemungkinan dilanjutkannya tindakan proteksionisme, yang merugikan konjunktur global secara keseluruhan.

Terakhir harian Jerman Stuttgarter Zeitung yang terbit di Stuttgart berkomentar : Pada dasarnya KTT ini membahas masadepan bumi yang lebih manusiawi. Semua berharap, dalam KTT iklim di Kopenhagen bulan Desember mendatang, dapat disetujui kesepakatan penerus Protokol Kyoto menyangkut batasan maksimal emisi gas rumah kaca karbondioksida. Tapi sejauh ini berbagai perundingan persiapan berlangsung amat alot. Para aktifis pelindung lingkungan dan pakar iklim sudah mengkhawatirkan akan gagalnya KTT iklim di Kopenhagen, dengan dampaknya berupa bencana ekologis.

AS/AR/dpa/afpd