1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikKorea Utara

Presiden Yoon: Dialog dengan Korut Bukan Sekadar Pertunjukan

17 Agustus 2022

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mendesak Korea Utara mengakhiri pengembangan nuklir dan memulai denuklirisasi dengan imbalan bantuan ekonomi bertahap.

https://p.dw.com/p/4Fd8K
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menyampaikan pidato selama konferensi persnya, menandai 100 hari pertama menjabat, Rabu (17/08)Foto: Chung Sung-Jun/Pool/REUTERS

Berdialog dengan Korea Utara seharusnya bukan untuk pertunjukan politik, tetapi berkontribusi untuk membangun perdamaian, kata Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol pada hari Rabu (17/08) dalam konferensi pers menandai 100 hari pertamanya menjabat.

Yoon mengulangi seruannya kepada Korea Utara untuk mengakhiri pengembangan senjata nuklirnya dan memulai denuklirisasi dengan imbalan bantuan ekonomi bertahap.

"Setiap dialog antara pemimpin Selatan dan Utara atau negosiasi antara pejabat tingkat kerja utama, tidak boleh menjadi pertunjukan politik, tetapi harus berkontribusi untuk membangun perdamaian substantif di semenanjung Korea dan di Asia Timur Laut," katanya.

Komentar itu merupakan kritik nyata terhadap serangkaian pertemuan puncak yang melibatkan pendahulunya Moon Jae-in, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan mantan Presiden AS Donald Trump.

Korea Selatan tidak dalam posisi menjamin keamanan Korea Utara jika menyerahkan senjata nuklirnya, tetapi Seoul tidak ingin memaksa perubahan rezim di Pyongyang, katanya.

Menghadapi penurunan jumlah jajak pendapat dan kontroversi, Yoon ditekan oleh media tentang berbagai masalah termasuk reformasi tenaga kerja, kekurangan perumahan, dan pemulihan dari banjir baru-baru ini.

Dia meyakini bahwa perselisihan historis dengan Jepang sejak pendudukan kolonial di semenanjung Korea dari tahun 1910 hingga 1945 dapat diatasi dan kedua negara perlu bekerja sama lebih erat dalam rantai pasokan dan keamanan ekonomi.

AS dan Korea Selatan akan mulai latihan militer gabungan

Amerika Serikat dan Korea Selatan akan memulai pelatihan militer gabungan terbesar mereka dalam beberapa tahun pada pekan depan untuk menghadapi Korea Utara yang semakin agresif, yang telah meningkatkan uji coba senjata dan ancaman konflik nuklir terhadap Seoul dan Washington, kata militer Korea Selatan, Selasa (16/08).

Latihan musim panas bersama tersebut dinamai Ulchi Freedom Shield dan akan berlangsung dari 22 Agustus hingga 1 September 2022 di Korea Selatan. Latihan gabungan ini melibatkan pesawat, kapal perang, tank, dan kemungkinan puluhan ribu tentara.

Sebuah rudal ditembakkan selama pelatihan bersama antara AS dan Korea Selatan di lokasi yang dirahasiakan di Korea Selatan pada 25 Mei 2022
Amerika Serikat dan Korea Selatan akan memulai latihan militer gabungan terbesar mereka dalam beberapa tahun, mulai 22 Agustus 2022Foto: South Korea Defense Ministry/AP Photo/picture alliance

Latihan tersebut menggarisbawahi komitmen Washington dan Seoul untuk memulihkan pelatihan skala besar, setelah mereka membatalkan beberapa latihan reguler menjadi simulasi komputer dalam beberapa tahun terakhir, untuk menciptakan ruang bagi diplomasi dengan Korea Utara dan karena kekhawatiran COVID-19.

Departemen Pertahanan AS juga mengatakan angkatan laut AS, Korea Selatan, dan Jepang mengambil bagian dalam peringatan rudal meliputi latihan pencarian dan pelacakan rudal balistik di lepas pantai Hawaii dari 8 hingga 14 Agustus 2022, tujuannya untuk melanjutkan kerja sama tiga arah dalam menghadapi tantangan Korea Utara.

Sementara Amerika Serikat dan Korea Selatan menggambarkan latihan mereka sebagai pertahanan, Ulchi Freedom Shield hampir pasti akan menarik reaksi marah dari Korea Utara, yang menggambarkan semua pelatihan sekutu sebagai latihan invasi.

Cina, sekutu utama Korea Utara, menyatakan keprihatinan atas perluasan latihan militer AS dengan sekutu Asianya, dengan mengatakan hal itu dapat memperburuk ketegangan dengan Korea Utara.

"Korea Utara telah berulang kali menyatakan keprihatinannya atas latihan bersama," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin pada hari Selasa (16/08).

"Dampak negatif dari latihan militer terhadap situasi di Semenanjung Korea patut diperhatikan. Semua pihak harus bertindak hati-hati dan menghentikan tindakan apa pun yang dapat meningkatkan ketegangan dan konfrontasi serta merusak rasa saling percaya," katanya.

Namun, Korea Selatan mengungkap hal lain. "Arti terbesar dari (Ulchi Freedom Shield) adalah menormalkan latihan gabungan Korea Selatan-AS dan pelatihan lapangan, (berkontribusi) dan membangun kembali aliansi Korea Selatan-AS, dan postur pertahanan gabungan," kata Moon Hong-sik, seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan.

Beberapa ahli mengatakan Korea Utara mungkin menggunakan latihan itu sebagai alasan untuk meningkatkan ketegangan.

bh/ha (Reuters, AP)