1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Presiden Putaran Kedua di Afghanistan

22 Oktober 2009

Harian Eropa menyoroti pemilu presiden putaran kedua di Afghanistan.

https://p.dw.com/p/KCw8

Harian Italia La Repubblica berkomentar:

"Setelah kampanye pemilu yang berat dan mempolarisasi Afghanistan, setelah kedua pihak berulang kali mengumumkan kemenangan, debat kusir mengenai hasil pemilu dan teguran pihak internasional, Karzai yang pernah menjabat menteri luar negeri berpikir untuk menghadiahkan ranting pohon zaitun kepada rival politiknya. Terutama mengingat penerimaan luas yang dibutuhkan secara mutlak. Meski begitu, sejumlah pengamat memperkirakan bahwa Karsai akan kembali diteguhakan sebagai presiden. Saat ini, kedua rival politik menyatakan bahwa suatu koalisi tidak mungkin dibentuk. Menjelang pemilu penentuan presiden, Afghanistan tetap menjadi besi panas politik internasional."

Harian Spanyol El Periodico de Catalunya yang terbit di Barcelona menulis:

"Berita bahwa akan dilakukan putaran penentuan pemilu presiden sebenarnya adalah kabar baik. Pemilihan ini memberikan legitimasi baru bagi putaran pemilu pertama yang tercoreng oleh manipulasi. Di saat yang sama, putaran kedua ini merupakan pengakuan bagi warga Afghanistan yang tetap memberikan suaranya meski diancam dan diintimidasi. Meski begitu, situasi yang diwarnai kekerasan dan kekacauan di Afghanistan tidak akan berubah di waktu dekat. Tenggat waktu sampai putaran pemilu kedua sangat singkat sehingga tidak cukup untuk menciptakan syarat yang menjamin pemilu berlangsung lancar. Selain itu, ketidakpastian yang menyebabkan warga Afghanistan tidak memberikan suaranya pada putaran pertama tidak akan hilang."

Surat kabar Inggris The Times yang berhaluan konservatif menulis:

"Hamid Karzai patut menerima pengakuan karena ia mengizinkan dilakukannya putaran penentuan pemilu. Manipulasi pemilu Agustus lalu tak hanya dilakukan oleh pendukung Karzai. Mereka hanya lebih sukses dalam memalsukan suara yang menguntungkan Karzai. Keputusan Karzai untuk menggelar pemilu penentuan antara dirinya dan rival utama Karzai Abdullah Abdullah adalah langkah penting yang juga merupakan risiko pribadi bagi Karzai. Kini, ia harus memenangkan putaran pemilu kedua ini."

Harian Belanda Trouw berpendapat beda:

"Putaran pemilu kedua bukan solusi untuk menyelesaikan semua masalah yang dihadapi Afghanistan. Pemerintah dan pengadilannya korup, Taliban menguasai sebagian Afghanistan, pembangunan kembali berjalan tersendat-sendat dan para perempuan belum mendapatkan haknya. Dan dunia internasional harus menyaksikan bagaimana Karzai berkali-kali dan dengan cara meragukan bertindak pragmatis. Ia bekerja sama dengan pemimpin perang dari suku-suku yang korup dan brutal untuk membentuk satu fron untuk menghadapi kelompok Taliban. Bagi Amerika Serikat dan NATO ketenangan dan keamanan di Afghanistan sangat penting. Obama mengaitkan keberhasilan politik luar negerinya dengan situasi di Afghanistan. Sementara NATO mempertaruhkan segalanya untuk menjamin sukses di negara Hindukush itu.

Terakhir, harian Denmark Politiken berkomentar:

"Masyarakat internasional menepuk bahunya sendiri karena merasa berhasil mendesak Presiden Hamid Karzai untuk menggelar putaran pemilu kedua yang ditentukan oleh konstitusi Afghanistan. Ini adalah jalan keluar terbaik bagi krisis yang merundung Afghanistan. Tapi sebelum PBB dan masyarakat dunia terlalu dimabuk keberhasilannya harus diingat bahwa lingkungan internasional sudah terlalu lama menutup matanya terhadap manipulasi pemilu. Nyatanya, orang nomer dua PBB di Afghanistan, diplomat AS Kenneth Galbraith dipecat karena ia tidak ikut bungkam menyoal manipulasi pemilu yang dilakukan Karzai."

(ZER/dk/dpa)