1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PBB: Meski Pandemi, Gas Rumah Kaca Tembus Rekor Tertinggi

24 November 2020

Banyak ilmuwan berharap emisi yang dihasilkan manusia akan berkurang tahun ini akibat dari pandemi COVID-19. Tetapi PBB menggambarkan harapan itu sebagai "titik kecil."

https://p.dw.com/p/3lijX
Emisi CO2 semakin tinggi meski di tengah pandemi
Foto: picture-alliance/dpa/B. Roessler

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengumumkan pada hari Senin (23/11) bahwa tingkat karbon dioksida di atmosfer mencapai rekor baru pada 2019 dan terus mengalami peningkatan pada tahun ini, meskipun telah dilakukan penguncian wilayah dan tindakan lainnya untuk meredam pandemi COVID-19.

Menurut WMO, tingkat karbon dioksida yang merupakan produk dari pembakaran bahan bakar fosil yang berkontribusi terhadap pemanasan global itu mencapai puncaknya di level 410,5 bagian per juta (ppm) pada 2019. Peningkatan emisi tahun ini lebih besar dari tahun sebelumnya dan melampaui rata-rata selama satu dekade terakhir.

"Tingkat kenaikan seperti itu tidak pernah terlihat dalam sejarah catatan kami," kata Sekretaris Jenderal WMO Profesor Petteri Taalas, mengacu pada peningkatan emisi sejak 2015 dan mendesak negara-negara untuk berupaya keras dalam "perataan kurva (emisi) yang berkelanjutan."

Lockdown hanya 'sebentar' menurunkan emisi

Badan PBB yang berbasis di Jenewa itu mencatat bahwa penutupan wilayah, larangan terbang, dan pembatasan lainnya memang telah mengurangi banyak polutan dan gas rumah kaca seperti karbon dioksida.

Berdasarkan hasil awal dari Buletin Gas Rumah Kaca tahunan terbaru yang dirilis WMO menyebutkan bahwa ketika pandemi merebak awal tahun ini, produksi CO2 harian turun 17% di bawah rata-rata tahun lalu.

Tetapi WMO mengingatkan agar tidak berpuas diri dan menyebut penurunan global dalam aktivitas industri karena pandemi ini justru tidak membatasi rekor konsentrasi gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer, meningkatkan suhu, memicu naiknya permukaan laut, dan memicu cuaca ekstrem.

"Penurunan emisi akibat penguncian hanyalah titik kecil pada grafik jangka panjang," kata Kepala WMO Petteri Taalas.

Sebelumnya WMO memperkirakan penurunan emisi tahunan antara 4,2% dan 7,5%. Tetapi WMO mengatakan bahwa penurunan ini tidak akan menyebabkan konsentrasi CO2 di atmosfer berkurang dan mengingatkan bahwa dampak pada konsentrasi itu "tidak lebih besar dari fluktuasi normal tahun ke tahun."

Data di seluruh dunia untuk tahun 2020 memang belum tersedia tetapi tren konsentrasi yang meningkat tampaknya tidak berubah, kata WMO, mengutip bacaan awal dari stasiun Tasmania dan Hawaii.

ha/gtp (Reuters, AFP, dpa)