1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIndonesia

Jadi Pahlawan Bagi Hewan Domestik yang Terlantar dan Disiksa

A. Kurniawan Ulung
10 November 2021

Kekerasan terhadap hewan domestik seperti anjing dan kucing seolah tiada hentinya di Indonesia. Padahal makhluk ini juga ingin hidup aman dan damai.

https://p.dw.com/p/42nXR
Seekor anjing di penampungan Natha Satwa Nusantara
Anjing bernama Jack ini telah tinggal di shelter Natha Satwa Nusantara selama 6 tahun. Ia menunggu diadopsi Foto: Natha Satwa Nusantara

Kucing terlantar itu kini sudah bisa bernafas normal kembali setelah menjalani operasi hernia diafragma. Si kucing adalah korban tabrak lari. Saat terlindas, kantong diafragmanya robek akibat organ di dalam perut menekan organ-organ di dalam tulang rusuk seperti jantung dan paru-paru. Dampaknya, ia pun sesak nafas.

Beruntung nyawa kucing itu bisa diselamatkan oleh Natha Satwa Nusantara (NSN). Sejak tahun 2019, yayasan ini mengobati, merehabilitasi, dan merumahkan kembali hewan-hewan domestik yang menjadi korban kejahatan manusia, seperti penelantaran, kekerasan, dan penganiayaan.

Ingin memiliki, tapi tidak mau memelihara

Selain Natha Satwa Nusantara, ada juga Jakarta Animal Aid Network (JAAN) yang sejak tahun 2008 mengedukasi masyarakat untuk mengakhiri aksi kekerasan dan kekejaman terhadap hewan domestik seperti anjing, kucing dan kuda.

Saat ini NSN merehabilitasi 80 anjing dan 200 kucing. Sedangkan JAAN merawat 7 kuda, 40 kucing, dan 110 anjing. Sebagian besar hewan-hewan ini adalah korban dari mantan pemilik yang tidak bertanggung jawab.

"Jadi orang-orang beli anjing atau kucing di pet shops. Ketika sakit, mereka tidak dirawat dan lalu dibuang ke jalan. Orang-orang ini lalu beli hewan baru," Merry Ferdinandez, dokter hewan dan ketua divisi domestik JAAN, mengatakan kepada DW Indonesia. 

seekor kucing putih digendong seorang perempuan
Kucing bernama Loka dijemput oleh Agustina yang mengadopsinya. Loka dirawat diklinik selama 25 hari. Kucing ini sebelumnya diinjak hingga pingsan oleh yang tidak bertanggung jawab.Foto: Natha Satwa Nusantara

Hal itu menunjukkan lemahnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya kepemilikan hewan secara bertanggung jawab. Hanya karena pemiliknya merasa bosan, banyak hewan ditelantarkan, ujar Merry.

Selain itu, juga masih banyak hewan domestik yang disiksa dan dianiaya oleh tuannya. Pada akhir Oktober, misalnya, JAAN mengevakuasi anjing tua bernama Monang yang dikurung oleh pemiliknya di kandang kecil dan kotor selama hidupnya.

Alotnya negosiasi untuk selamatkan hewan peliharaan

Menurut Merry dari JAAN, tantangan utama dalam menyelamatkan hewan-hewan domestik ialah bernegosiasi dengan pemiliknya. "Negosiasinya alot ketika kita menghadapi orang yang melakukan penyiksaan dan penelantaran hewan," ujarnya.

Merry mengungkapkan bahwa dalam banyak kasus, timnya bahkan mengajak aparat keamanan untuk mengevakuasi anjing-anjing domestik yang disiksa tuannya.

"Setahun lalu, misalnya, kita menangani kasus yang sangat berat. Ada anjing diperlakukan sangat sadis. Setiap hari anjingnya dipukul pada pagi, siang, dan sore hari. Berdasarkan laporan tetangganya, pemiliknya sudah pernah diajak omong, tapi alot sekali. Kita sampai bawa polisi," katanya.

Senada dengan Merry, Davina Veronica, pendiri dan ketua NSN, mengatakan bahwa menyadarkan manusia-manusia yang tega menyakiti hewan merupakan tantangan utama yang ia dan rekan-rekannya terus hadapi.

Seekor anjing tua tengah dirawat
Anjing tua terlantar bernama Damkar dirawat di salah satu klinik hewan di Jakarta. Damkar yang diduga mengidap pyometra dievakuasi dari Jl. TB Simatupang.Foto: Natha Satwa Nusantara

"Manusianya tidak bisa dibuat mengerti bahwa makhluk hidup ini juga punya perasaan. Mereka juga punya rasa dan karsa. Seperti manusia, binatang 'kan juga punya kehendak untuk hidup aman dan damai," ujar Davina kepada DW Indonesia.

Kampanye hentikan konsumsi daging anjing

Selain mengevakuasi dan mengobati hewan terlantar, yang jadi perhatian di kalangan pencinta hewan adalah keberlanjutan kampanya untuk menghentikan konsumsi daging anjing. Sebagai informasi, konsumsi daging anjing telah resmi dilarang di tiga kota di Jawa Tengah, yakni Karanganyar, Sukoharjo, dan Salatiga.

"Sekarang sedang proses follow up ke kota Semarang yang akan segera meluncurkan surat edaran untuk pelarangan daging anjing," kata Merry. "Kota Semarang akan menjadi ibu kota provinsi pertama di Indonesia yang melarang perdagangan daging anjing."

Meskipun demikian, perjuangan menghentikan konsumsi daging anjing masih panjang, seperti di Surakarta. JAAN Domestik memperkirakan pada tahun 2020, sekitar 13.740 ekor anjing hidup setiap bulannya disuplai dari Jawa Barat ke Surakarta untuk dipotong dan dikonsumsi. Menurut investigasi JAAN, ada setidaknya 85 warung di Surakarta yang menjual makanan dengan olahan daging anjing.

Merry mengingatkan bahwa jika terus dibiarkan, praktik konsumsi dan jual beli daging anjing ini bisa menjadi bom waktu wabah penyakit rabies. 

"Ini ancamannya besar sekali. Penyebaran penyakit rabies ini mengancam kesehatan masyarakat tidak hanya secara regional tetapi juga nasional," kata Merry.

Prioritaskan hewan yang butuh pertolongan darurat

Merry dan Davina mengandalkan laporan warga untuk mengetahui hewan-hewan domestik yang butuhkan pertolongan segera. Akan tetapi, karena terbatasnya kapasitas tempat penampungan, jumlah tenaga evakuasi, dan dana operasional, tidak semua laporan bisa ditindaklanjuti. Prioritas pertolongan memang diberikan kepada hewan-hewan dalam kondisi kritis, seperti patah tulang akibat kecelakaan atau penyiksaan dari pemiliknya.

NSN dan JAAN Domestik memanfaatkan sosial media untuk mengangkat isu kesejahteraan hewan dan menggalang donasi untuk menyelamatkan hewan terlantar yang terluka.

Pada 8 November, misalnya, Rp3.340.000 berhasil terkumpul dalam hitungan jam dari pengikut-pengikut akun Instagram NSN yang masing-masing berdonasi Rp20.000 untuk membiayai operasi amputasi Mobu, kucing terlantar dengan kondisi kaki kiri membusuk. Untuk membayar biaya pengobatan, vaksinasi, dan sterilisasi, mereka juga berkolaborasi dengan seniman.

Pintu bagi siapa saja yang ingin menjadi orang tua asuh bagi hewan-hewan domestik yang sedang dalam masa perawatan dan pengobatan juga terbuka lebar. Sebagai orang tua asuh, ada saja orang-orang yang ikut membantu yayasan dalam memenuhi kebutuhan hidup hewan domestik ini setiap bulan, seperti membelikan makanan, obat cacing, dan obat anti kutu. (ae)