1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sang Penghancur Bernama Donald Trump

Ines Pohl
15 Mei 2018

Api dan pertempuran di Jalur Gaza setelah pembukaan Kedutaan Besar AS di Yerusalem adalah bukti kekuasaan Presiden Donald Trump yang berbahaya dan merusak, kata pemimpin redaksi DW Ines Pohl.

https://p.dw.com/p/2xjj7
Israel Palästinensische Protestierende
Foto: Getty Images/AFP/M. Abed

Apa yang mendorong Donald Trump untuk merayakan pembukaan kedutaan AS di Yerusalem pada peringatan 70 tahun pengusiran orang-orang Palestina dari negara baru Israel pada tahun 1948? Kompleks kedutaan meluas hingga ke Yerusalem Timur - wilayah yang akan diklaim Palestina sebagai ibukotanya dalam hal solusi dua negara. Ini adalah tamparan diplomatik di wajah banyak orang Palestina. Itu memang tidak membenarkan terjadinya kekerasan, tetapi ini adalah provokasi yang disengaja,  yang berarti presiden AS juga bertanggung jawab atas banyaknya orang yang tewas dan terluka dalam protes yang diakibatkannya.

Ines Pohl Kommentarbild App
Pemred DW Ines PohlFoto: DW/P. Böll

Menghancurkan kesepakatan Iran

Apa yang mendorong Trump untuk menghancurkan kesepakatan nuklir Iran dengan satu tanda tangan, tanpa berkonsultasi dengan rekan-rekannya di Eropa dan menentukan jalan ke depan? Dengan langkahnya, Trump telah menunjukkan kesediaan untuk mengambil risiko eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah, serta membuang 70 tahun hubungan trans-Atlantik yang damai dengan Eropa.

Apa yang membuatnya berusaha memporak-porandakan setiap pencapaian pendahulunya, tanpa punya rencana apa yang harus dilaksanakan usai perusakan itu?

Donald Trump sebelumnya bukan politisi terpilih. Dia belum pernah bersosialisasi dalam bisnis yang sistemnya memberi dan menerima, bergumul untuk mencapai kompromi, juga pertimbangan yang cermat antara keuntungan dan kerugian. Dan dalam skenario terbaik, juga memikirkan dengan hati-hati konsekuensi dari tindakan mereka - termasuk yang jangkauannya sampai jauh ke masa depan.

Orang hanya perlu melihat simbol yang dipilihnya untuk menggambarkan kekuatannya. Huruf-huruf emas yang mengeja namanya, dan terpampang di menara yang dibangunnya, menunjukkannya: Lihat aku, aku yang terbaik, dan aku bisa melakukan apa yang kuinginkan. Ini juga menunjukkan apa yang jadi dorongan bagi tindakannya, bukan "America First" melainkan "Donald Trump First."

Tidak ada Plan B

Ini bukanlah sesuatu yang baru, semua sudah tahu. Tapi kejadian baru-baru ini menyoroti kekuatan merusak yang dimiliki pria ini. Trump tidak punya rencana B. Ketika dia bertindak, dia tidak memikirkan konsekuensinya, yang mungkin baru jelas empat atau delapan tahun nanti. Dia tidak peduli bagaimana tindakannya dan serangan verbalnya mempengaruhi negara lain selain AS.

Dia menggunakan kekuasaannya, karena ia mampu. Dan selalu dengan tujuan menarik perhatian sebanyak mungkin kepada dirinya sendiri. Dan itu mudah diperoleh jika orang dengan penuh keyakinan menabur kehancuran.

Itulah alasan mengapa dia memilih hari bersejarah yang penting untuk membuka kembali Kedutaan Besar AS di Yerusalem. Dan itulah alasan mengapa ia keluar dari kesepakatan dengan Iran, tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bangun, Jerman dan Eropa!

Untuk Eropa dan Jerman, ini artinya, harus sigap. Tujuh dekade setelah berakhirnya Perang Dunia II, inilah saatnya bagi Eropa untuk menjadi dewasa. Dan itu berarti memikul tanggung jawab untuk kebijakan luar negeri dan masalah keamanan. Jerman sekarang harus serius dan mulai berinvestasi dalam angkatan bersenjatanya lagi, walaupun banyak orang sampai sekarang bisa tinggal di Jerman, dengan pasukan yang tidak sepenuhnya diperlengkapi untuk pertahanan.

Inggris perlu mengklarifikasi  bagaimana mereka akan bekerja sama dengan Perancis dan Jerman dalam masalah keamanan dan pertahanan, walaupun Brexit sudah terjadi. Dan Uni Eropa perlu menemukan cara untuk menghentikan krisis internalnya dan muncul sebagai badan yang kuat, dengan definisi yang jelas, di komunitas seperti apa ingin hidup di masa depan.

Ini adalah tantangan besar, tetapi ada satu hal yang jelas: Orang bukan hanya tidak bisa bergantung, melainkan tidak boleh bergantung pada negara yang dipimpin pria seperti Donald Trump. Peristiwa menyedihkan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza jadi bukti menyedihkan bagaimana mendesaknya langkah yang harus diambil.